Sinopsis
Menceritakan tentang gadis bernama Lavanya yang begitu mencintai Aciel, pria dingin yang selalu mengacuhkannya. Namun hal itu tak pernah membuat Lavanya menyerah, bagaikan bekicot yang bergerak perlahan mendekati sang beruang kutub.
Hati Aciel yang beku perlahan mencair karena ketulusan Lavanya, namun disaat dia sudah menyadari perasaannya itu. Dia harus menerima kenyataan pahit bahwa gadis yang dia cintai sedang berjuang melawan maut.
"Siapa kamu? " ucap Lavanya karena dia tidak bisa melihat jelas wajah dari orang yang sedang memangkunya itu.
"Aku El Yaya" ucap Aciel yang kini air matanya sudah meluruh membasahi pipinya.
"El? bohong... El sangat membenci Yaya, kamu bukan El" ucap Lavanya perlahan karena dia susah untuk berbicara.
Mendengar itu hati Aciel terasa sangat sakit, dia merasa dia pria paling bodoh di dunia ini.
"Tidurlah sayang... maafkan aku yang terlambat menyadari keberadaanmu" ucap Aciel dengan deraian air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Burik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Mimisan
"Lavanya kamu baru aja sekolah udah dua kali masuk ruang BK" ucap Buk Fani.
"Kamu mau jadi apa nanti, mau jadi preman kamu?!" lanjutnya.
"Gak buk, kalo besar nanti Yaya pengen jadi istrinya El aja" ucap Lavanya polos.
Sedangkan Aciel yang mendengar itu semakin kesal, Aciel tak habis pikir dengan jalan pemikiran Lavanya.
"Ibuk lagi gak bercanda Lavanya!!! " ucap buk Fani meninggikan nada bicaranya.
"Kalo bukan memandang keluarga kamu saya sudah mengeluarkan kamu dari sekolah ini" ucap Buk Fani tegas.
Lavanya hanya menundukkan kepalanya, dia tak bisa berkata-kata lagi.
"Sebagai gantinya kamu bakal di skors selama 3 hari" ucap buk Fani final.
"Yahh buk kok Yaya di skors sihh, kan Yaya gak salah, itu sihh nenek lampir itu yang mulai duluan" ucap Lavanya tak terima di skors, karena kalau sampai dia diskors maka dia tidak akan bisa bertemu Aciel di sekolah selama tiga hari itu.
"Kamu masih berani membela diri atau mau ibuk tamabahin skors kamu?! " ucap Buk Fani.
Lavanya pun terdiam, dia tidak mau skorsnya ditambah lagi.
"Yaudah sekarang kamu keluar, ibuk hukum kamu hormat di tiang bendera sampai istirahat jam pelajaran kedua" ucap buk Fani.
Lavanya hanya cemberut, "El Yaya gak salah kok tapi buk Fani malah hukum Yaya" ucap Lavanya mengejar langkah Aciel di depannya.
"Jauh-jauh dari gue, lo cuma pembawa sial dalam hidup gue!!" bentak Aciel.
Lavanya yang dibentak seperti itu sudah terbiasa, dia malah tersenyum ke arah Aciel, "Yaya gak bakal jauhin El karena El kan tunangan Yaya" ucap Yaya.
"Terserah lo!!! " ucap Aciel.
......................
Lavanya pun berdiri di depan tiang bendera sedari tadi, banyak pasang mata yang melihatnya.
"Rasain tuhh upik abu, belagu sih" umpat mereka.
Lavanya pun semakin geram, kalo tidak dihukum mungkin dia akan berkelahi lagi dengan para penggosip itu.
Matahari semakin naik sehingga terik matahari semakin panas, keringat bercucuran membasahi tubuh Lavanya.
"Panas sekali, haus lagi" gumannya.
"Ehh Ciel, itu bukannya tunangan gadungan lo? " tanya Bianca teman cewek sekelas Aciel.
Aciel pun menatap ke lapangan, disana terdapat Lavanya yang sedang berdiri memberi hormat pada tiang bendara.
"Kasihan juga dia" ucap Bianca.
"Kalo lo kasihan lo aja yang gantiin dia" ucap Leon.
"Ogah!, panas" elak Bianca.
"Gue kan cuma bilang kasihan bukan berarti gue mau gantiin" lanjutnya lagi.
Aciel sama sekali terlihat tidak perduli, Sementara Lavanya yang di hukum melihat Aciel dan kawan-kawanya.
"El... " teriak Lavanya memanggil Aciel namun tak dihiraukan.
Aciel semakin menjauh dari lapangan dan menghilang dari pandangan Lavanya.
"Apa El denger yaa, kalo Yaya panggil" guman Lavanya.
Matahari semakin meninggi, wajah Lavanya nampak pucat pasi. "Yaya haus,," lirihnya. Lavanya pun akhirnya menyelesaikan hukumannya, kepalanya sangat pusing dan sakit tapi dia berusaha untuk menahannya.
Wajahnya semakin memucat, dan sekarang dia sedang menunggu pak Anton sang supir.
"Non ayo masuk" ucap pak Anton yang baru datang.
Lavanya langsung masuk mobil, pak Anton yang melihat muka nona mudanya sangat pucat melalui kaca spion.
"Non sakit? " tanya pak Anton.
"Pusing dikit aja kok pak" ucap Lavanya sambil tersenyum, dia tidak mau pak Anton khawatir walau sekarang kelapanya benar-benar sakit.
Lavanya yang besandar di kursi belakang, dia merasa ada sesuatu yang keluar dari hidungnya.
"NON MIMISAN" ucap pak Anton panik dan Lavanya dia sudah tak sadarkan diri.
NEXT