NovelToon NovelToon
Aku (Tak) Mau Menikah Ummah

Aku (Tak) Mau Menikah Ummah

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.

"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"

"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."

Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.

yuk ikuti kisah nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Saya mohon

...Kenapa harus ada kehilangan, jika itu menyakitkan. Harusnya tetap ada, tetap memiliki bukan pergi....

...Entah apa yang engkau rencanakan Tuhan....

...*Harfa*...

----------------

"Kamu baik-baik saja."

Gumam Bumi bersembunyi di balik grobak penjual es kelapa.

Bumi sedikit lega melihat dokter Harfa baik-baik saja. Setidaknya itu membuat rasa bersalah Bumi sedikit berkurang.

Walau jujur, hatinya sedikit tak suka melihat dokter Harfa jalan bersama dokter Langit. Bumi tahu betul jika dokter Langit sangat menyukai dokter Harfa. Sebagai sesama laki-laki Bumi tahu itu.

Namun, apa hak Bumi jika harus cemburu. Bumi juga sudah menikah walau terpaksa. Tapi, pernikahan itu Sah di mata hukum dan agama. Bumi tak bisa mempermainkan hal itu.

Tapi bagaimana bisa Bumi bersikap sebagai seorang suami jika hatinya milik orang lain. Itu hal yang sangat menyiksa bagi Bumi.

Walau selama menikah Bumi tak pernah menyakiti Zahira dari segi perilaku atau ucapan.

Tapi siapa hati yang tahu apa Zahira merasa sakit atau tidak.

"Sulit bagiku menerimanya Harfa. Apa yang harus aku lakukan. Wajah mu selalu hadir ketika aku ingin belajar menjadi suami Zahira seutuhnya. Semua sulit aku kendalikan. Hati ku tersiksa."

----------------

Dokter Harfa masih terdiam tak tahu harus menjawab apa. Dokter Harfa menatap pemuda di hadapannya dengan tatapan sulit.

Apa yang membuat pemuda itu berubah. Tiba-tiba hadir mengusik perasaan dokter Harfa.

"Saya mohon."

"Jangan lancang."

Ketus Dokter Langit mendorong pemuda itu karena ingin menarik lengan dokter Harfa.

"Dokter, tolong tinggalkan kami berdua."

Tegas dokter Harfa membuat dokter Langit terdiam. Dokter Langit ingin membantah tapi siapa dirinya. Sulit bagi dokter Langit mengusik perasaan dokter Harfa. Tapi pemuda ingusan itu sudah berani lebih terhadap Dokter Harfa.

Dengan perasaan jengkel dokter Langit pergi meninggalkan dokter Harfa dan pemuda itu. Kini tinggal dokter Harfa dan pemuda itu saling berhadapan.

"Apa yang harus saya tolong, katakan?"

Dokter Harfa bukan dokter yang suka basa basi. Apalagi pemuda itu orang asing bagi dokter Harfa.

"Nenek, nenek saya."

"Kenapa dengan nenek mu?"

"Ikut saya, saya mohon."

Dokter Harfa tak bisa menjawab karena dirinya juga masih ada tugas. Tak mungkin meninggalkan rumah sakit.

"Saya tak bisa."

"Saya mohon, tolong nenek saya."

Mata pemuda itu mulai memerah membuat dokter Harfa terkesiap. Terlihat jelas ketakutan di sana.

"Tidak bisa sekarang, saya masih ada tugas."

Pemuda itu terdiam cukup lama seolah berpikir. Apa yang harus ia lakukan. Tapi pemuda itu juga tak bisa memaksa dokter Harfa.

"Saya menunggu. Datanglah ke alamat ini. Dokter akan tahu semuanya."

Pemuda itu langsung berlari tanpa menunggu persetujuan Dokter Harfa. Dokter Harfa menghela nafas panjang menatap kertas yang bertuliskan alamat lengkap.

Dokter Harfa memilih masuk kedalam rumah sakit karena ia sudah di tunggu. Namun, pikiran dokter Harfa kembali terganggu.

"Astaghfirullah, Harfa fokus. Itu bukan mas Bumi. Dan .., "

Dokter Harfa menggelengkan kepala. Padahal dokter Harfa sudah berusaha membuang bayang-bayang Bumi. Kenapa kembali muncul. Kini bertambah masalah baru. Pemuda itu, sudah berani mengacaukan konsentrasi dokter Harfa.

Rasa penasaran membuat dokter Harfa tak bisa abai. Sesudah menyelesaikan tugasnya dokter Harfa bergegas pergi menuju alamat yang di berikan pemuda itu.

Dokter Harfa tidak berpikir itu bahaya atau tidak. Apalagi ia pergi seorang diri. Itu alamat berbeda dengan rumah yang pertama kali dokter Harfa mengantar pemuda itu.

Rumah sederhana penuh bunga di halamannya. Pohon rindang membuat suasana rumah nampak asri.

Di rumah itu banyak penjaga, dokter Harfa memberanikan diri masuk kedalam halaman rumah itu.

"Maaf, anda siapa?"

Seorang penjaga berpakaian hitam dengan postur tubuh tinggi menghadang langkah dokter Harfa.

"Saya di suruh ke sini oleh tuan muda kalian."

Jawab dokter Harfa santai sambil memberikan kertas yang bertuliskan alamat di sana.

Penjaga tersebut membaca kertas itu. Di bawah tulisan itu ada sebuah tanda khusus yang tentu hanya mereka yang mengerti.

"Silahkan, nona."

Nada penjaga itu sedikit merendah tidak setegas tadi. Mempersilahkan dokter Harfa masuk lebih dalam lagi.

Dokter Harfa berjalan menuju arah di mana letak pintu rumah itu berada.

"Masuk saja."

Dokter Harfa di kejutkan lagi oleh penjaga lain yang tiba-tiba muncul entah dari mana menyuruh dokter Harfa masuk kedalam.

"Dasar pembunuh, kembalikan anak-anak ku."

"Kembalikan mereka."

Teriakan seseorang mencuri perhatian dokter Harfa. Langkah dokter Harfa semakin cepat menuju arah taman belakang.

Dokter Harfa menutup mulutnya melihat suasana tegang di sana. Tubuh dokter Harfa menjadi kaku. Apa yang dokter Harfa lihat bukan sesuatu yang mengenakan. Rasa kasihan dan juga ngeri tak bisa dokter Harfa sembunyikan.

"Cepat bawa nenek ke kamar nya."

Titah pemuda itu, membuat beberapa penjaga langsung membawa nenek yang sudah tak sadarkan diri itu menuju kamar.

Pemuda itu mengelap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya. Tersenyum lembut pada dokter Harfa.

"Terimakasih dokter sudah mau datang."

"A-apa yang sebenarnya terjadi. Tadi ..,"

Sungguh dokter Harfa tak bisa melanjutkan ucapannya karena masih Shok dengan apa yang ia lihat. Jadi, selama ini luka yang di dapatkan pemuda itu adalah karena ulah neneknya sendiri. Entah apa yang terjadi, kenapa nenek nya sendiri bisa dengan tega memukuli cucunya sendiri sampai babak belur. Antara percaya dan tidak, tapi itulah kenyataannya.

"Dia nenek ku, nenek yang sangat menyayangiku."

Ucap pemuda itu sambil memegang lengan lemah nenek tua yang terlihat tak berdaya.

"Tapi .., itu dulu. Saat semua baik-baik saja."

"Semua bermula saat kedua orang tua ku meninggal dunia dua tahun lalu akibat kecelakaan. Mereka tak bisa di selamatkan, hanya aku selamat. Nenek menyalahkan aku atas insiden itu. Seolah aku seorang pembunuh yang harus di hukum."

"Dan kamu diam, membiarkan nenek mu menghukum sesuatu yang bukan kesalahan kamu."

"Iya, asal dia tetap baik-baik saja."

Kini, dokter Harfa faham betul dengan apa yang terjadi.

Menerima sebuah takdir memang lah tak mudah. Mengingat sang nenek kehilangan untuk selama-lamanya.

Dokter Harfa sangat memahami akan hal itu. Bagaimana dengan dokter Harfa sendiri yang sama-sama kehilangan. Bedanya, dokter Harfa masih bisa melihat Bumi tapi tidak dengan nenek itu.

Dokter Harfa seolah sedang mendapati pelajaran yang sangat berharga.

"Kak, kini aku mulai faham maksud kata ikhlas mu."

Batin dokter Harfa mulai mengerti akan setiap perkataan kakak Ifa.

"Tolong, bantu nenek agar kembali pada nenek yang dulu. Tolong saya, dokter."

Mohon pemuda itu, pemuda itu sangat berharap besar pada dokter Harfa. Entah kenapa, pemuda itu sangat percaya jika dokter Harfa bisa mengembalikan senyum neneknya yang hilang.

"Kenapa harus saya. Saya bukan dokter psikiater."

"Saya percaya dokter mampu. Bantu saya, saya mohon."

Dokter Harfa terdiam menatap nenek tua itu. Raut wajahnya nampak gelisah, bibirnya mulai bergumam tak jelas. Sungguh, sebuah guncangan yang dahsyat.

Pasti sulit bagi sang nenek menerima kenyataan yang ada. Apalagi sebuah kehilangan.

Kenapa harus ada kehilangan, jika itu menyakitkan. Harusnya tetap ada, tetap memiliki bukan pergi.

Entah apa yang engkau rencanakan Tuhan.

Bersambung ....

Jangan lupa Like, Hadiah komen dan Vote Terimakasih...

1
Psbu Paus biru
sangat bagus
Psbu Paus biru
🥰🥰🥰🥰
Psbu Paus biru
😍😍😍
Drezzlle
mampir kak
Rahma Qolayuby: terimakasih banyak kak🥰
total 1 replies
Drezzlle
/Cry/ baru mulai udah sedih
Tien
kenapa diulang ceritanya kak
Rahma Qolayuby: bukan di ulang kk, cuma ini di daftarin buat kompetisi nulis periode 2
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!