SKIZOPRENIA PARANOID

...----------------...

Sambil menahan tangis, Amalthea memutar tubuhnya dan menghambur masuk ke dalam rumah.

'PRAAAANG.....PYAAAR....'

Carvey melemparkan gelasnya dengan kesal ke arah halaman. Gelas itu pecah berderai dengan menimbulkan suara berisik di keheningan tengah malam.

'Uggghhh...'

Alceena hanya menggeliat dan tidak terbangun karena suara itu. Dia baru membuka matanya ketika Carvey mengangkat tubuhnya dari sofa dan menggendongnya ke kamar.

Carvey meletakkan tubuh Alceena dengan perlahan dan hati-hati ke atas tempat tidur.

Alceena mencium bau 4lkohol dari mulut Carvey, air matanya meleleh kembali. Dipeluknya Carvey dengan erat, seolah-olah dia ingin berbagi sakit hati mereka.

Carvey tidak berkata apa-apa. Dia hanya menelusupkan kepalanya ke d4d4 Alceena dan membaringkan tubuhnya di samping istrinya.

Lalu mereka berdua sama-sama...menangis.

Hiks..... Hiks.... Hiks...

...🎂🎂🎂...

Keesokan paginya, tidak ada yang bicara ketika Amalthea melangkahkan kakinya masuk ke ruang makan.

TAP.... TAP.... TAP....

Papanya sedang duduk membaca koran sambil menyesap kopinya dengan perlahan, sedangkan Mamanya sedang menuang jus jeruk ke dalam gelas.

Tidak ada yang menoleh ke arah Amalthea dan juga sapaan selamat pagi seperti biasanya.

Saat Amalthea duduk diam-diam di meja makan, Papanya malah membalik korannya.

SRAAAK....

"Thea tahu, Thea salah...." ujar Amalthea membuka perbincangan.

Nada suara Amalthea terkesan datar, dan dia tidak perduli akan di dengar atau tidak oleh kedua orangtuanya.

"Tapi Thea menginginkan bayi ini.... Thea tidak ingin 4borsi..." ujar Amalthea.

SREEEETTT....

Carvey meremas koran yang sedang dibacanya dengan gemas.

"Siapa yang menyuruhmu 4borsi? Ayah dari bayi itu?" tanya Carvey datar.

"Claus tidak menginginkan anak ini..." jawab Amalthea datar.

BRAAAAKKK

Carvey memukul meja di depannya dengan geram.

"Siapa yang menanyakan keinginannya?! Jika dia tidak ingin bertanggung-jawab...." ucapan Carvey di sela oleh Amalthea.

"Papa tidak perlu memaksanya!" potong Amalthea tegas.

"Sejak kecil, Papa sudah mengajari Thea agar jangan cengeng! Thea tidak akan merengek-rengek untuk meminta dia bertanggung-jawab! Thea akan melahirkan anak ini dengan atau tanpa dia!" ujar Amalthea dengan tekad bulat.

"Hah!... Lalu, bagaimana dengan sekolahmu?" ujar Alceena sambil menghela nafas berat.

"Mama tidak usah khawatir! Setelah Thea melahirkan, Thea akan melanjutkan sekolah!" jawab Amalthea.

"Lalu, siapa yang akan mengurus bayi kamu?" tanya Alceena kembali.

"Jika Mama keberatan untuk mengurusnya, mada dia bisa diadopsi..." jawab Amalthea.

Alceena dan Carvey saling memandang, ketika mendengar jawaban Amalthea.

"......"

...****************...

...*Rumah Sakit Jiwa*...

...------------------------------...

Avram Everglass duduk mematung di dalam sel-nya. Dokter Cabas Adonis, Dokter Dryas Dafandra, serta beberapa orang mahasiswa kedokteran yang sedang mengambil mata kuliah dalam bidang psikiatri, mengawasi Avram melakui pintu berterali besi.

Hari itu Avram menjadi obyek studi kasus yang sedang dilakukan para mahasiswa, di bawah bimbingan Dokter Cabas Adonis.

"Avram Everglass adalah salah satu contoh kasus Kepribadian Ganda dan Deviasi S3ksual yang klasik..." ujar Dokter Cabas kepada para mahasiswa itu.

"Jika dia sedang menjadi Avram, yaitu kepribadian dia yang pertama... Dia menjadi seorang manusia yang terhormat, pekerjaan bagus, kelakuan yang nyaris sempurna, sehingga sering mengecoh orang-orang yang mengenalnya... " jelas Dokter Cabas kepada mereka.

Dokter Cabas lalu berjalan keluar, diiringi para koas-asisten yang sibuk mencatat di buku notes kecil mereka.

"Akan tetapi, jika dia ingin mengumbar naluri primitifnya maka dia berubah menjadi Antares. Pada pribadinya yang kedua ini, jati dirinya tidak lagi pakai disensor oleh ego dan super ego. Dia dapat melepas insting dasarnya dengan bebas, tanpa perlu.menghiraukan etika dan moral..." jelas Dokter Cabas kembali.

"Apakah ada trauma psikis pada masa kecilnya, Dok? Atau memang ada faktor keturunan dari orangtuanya?" tanya salah seorang mahasiswa.

"Tidak di dapatkan bukti bahwa salah satu dari.kedua orangtuanya mengidap kepribadian ganda. Tapi, mereka diduga merupakan pasangan sadomasokis..." jawab Dokter Cabas.

"Apakah sadisme merupakan kelainan herediter, Dok?" tanya salah satu mahasiswa itu.

"Sebenarnya, kepribadian manusia itu dibentuk oleh dua faktor. Faktor keturunan dan Faktor lingkungan. Dalam hal sadisme, saya lebih cenderung mengatakan bahwa Faktor lingkungan-lah penyebab yang paling dominan..." jawab Dokter Cabas.

"Lalu, bagaimana dengan dugaan hubungan Inses antara Avram dengan kakak tirinya Beryl, Dok?" sela Dokter Dryas bertanya kepada Dokter Cabas.

"Sampai sekarang, hubungan tersebut masih merupakan tanda tanya besar. Avram selaku berhenti tiba-tiba ditengah perbincangan, jika pertanyaan diarahkan kepada kakak tirinya. Fenomena semacam ini, dalam ilmu kedokteran jiwa disebut Sperrung atau Blocking of thought..." jawab Dokter Cabas.

"Apa mungkin karena Avram telah m3mbunuh kakak tirinya sendiri, Dok?" tanya Dokter Dryas kembali.

"Avram.tidak.pernah mengakui bahwa dia yang m3mbunuh Beryl. Menurut keyakinan dia yang sakit, Antares-lah yang m3mbunuhnya. Antares pula yang sudah m3mbunuh kedua orangtua Avram, ketika dia berusia tujuh tahun. Antares membakar mereka di dalam gudang yang terkunci..." jawab Dokter Cabas menjelaskan.

Salah seorang mahasiswi bergetar sedikit, ketika mendengar kata-kata Dokter Cabas. Dia mendadak merasa merinding... Betapa menyeramkannya pasien sakit jiwa yang seperti itu!

Dan betapa beresikonya menjadi seorang dokter jiwa, yang setiap harinya bergaul dengan orang gila!

...----------------...

Devilia menatap ibunya dengan penuh kebencian.

"Cih!... Kamu tahu apa yang dilakukan Ayah kepadaku!" ujar Devilia sengit sambil berdecih.

"Kamu tahu dari awal, tapi kamu diam saja!... KAMU HANYA DIAM SAJA!" teriak Devilia geram pada wanita dihadapannya.

Ibu Devilia tersentak kaget. Dia tidak menyangka akan menerima tuduhan itu secara gamblang. Tentu saja dia tidak dapat menyangkalnya lagi.

Semua yang Devilia katakan memang kebenaran. Tapi Devilia mengatakannya secara terang-terangan, dan itu yang membuat dirinya syok!

SREEET.... SET....

Ibu Devilia segera bangkit dari kursinya. Dia melangkah keluar dengan sempoyongan dan meninggalkan anaknya.

Wajahnya pucat dan merah, berganti-ganti. Dia menahan malu... Sedangkan Devilia masih berteriak-teriak mencaci ibunya dengan kata-kata kasar yang sangat tidak pantas untuk didengar.

"AHDV@$&#-@! A®%©£\=€℅^£[£[..." (Anggap aja itu kata-kata cacian si Devilia yah 😁🙏)

Suster Cleine langsung membawa Devilia masuk kembali ke dalam kamarnya. Ketika melewati ibu Devilia, dia mengisyaratkan agar wanita tua itu menemui Dokter Cabas.

Akan tetapi, ibu Devilia memilih untuk menghilang dari sana selamanya. Dia tidak.ingin menemui anak angkat-nya lagi...

Anak itu sudah gila, untuk apa dia dekati lagi? Hanya akan membuat malu saja!

Dia tentu sangat tahu, apa yang dilakukan oleh suaminya kepada anak angkat mereka sejak kecil. Tapi selama ini, Devilia tidak pernah terang-terangan mengungkapkannya!

Devilia hanya memendam semua itu di dalam hatinya. Sekarang, dia sudah menjadi gila... Semua yang sudah dia pendam sejak kecil, dia tumpahkan semuanya keluar!

...----------------...