Suara Raja Bramasta terdengar tegas, namun ada nada putus asa di dalamnya
Raja Bramasta: "Sekar, apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah bilang, jangan pernah menampakkan diri di hadapanku lagi!"
Suara Dayang Sekar terdengar lirih, penuh air mata
Dayang Sekar: "Yang Mulia, hamba mohon ampun. Hamba hanya ingin menjelaskan semuanya. Hamba tidak bermaksud menyakiti hati Yang Mulia."
Raja Bramasta: "Menjelaskan apa? Bahwa kau telah menghancurkan hidupku, menghancurkan keluargaku? Pergi! Jangan pernah kembali!"
Suara Ibu Suri terdengar dingin, penuh amarah
Ibu Suri: "Cukup, Bramasta! Cukup sandiwara ini! Aku sudah tahu semuanya. Aku tahu tentang hubunganmu dengan wanita ini!"
Bintang Senja terkejut mendengar suara ibunya. Ia tidak pernah melihat ibunya semarah ini sebelumnya.
Raja Bramasta: "Kandahar... dengarkan aku. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Ibu Suri: "Tidak seperti yang kupikirkan? Jadi, apa? Kau ingin mengatakan bahwa kau tidak berselingkuh dengan dayangmu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainul hasmirati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Dengan Pangeran Dari Negeri Seberang
Mentari senja memerah keemasan, menyinari taman istana yang mulai sunyi. Bintang, dengan gaun sutra berwarna lembayung pemberian Ibu Suri, berjalan anggun di antara mawar-mawar yang mulai meredup. Hatinya masih berdebar-debar setelah kejadian di ruang perpustakaan. Sentuhan Pangeran Rockwell, tatapan matanya, semuanya terasa begitu nyata dan membingungkan.
"Melamun lagi, Bintang?"
Bintang tersentak kaget. Di hadapannya, berdiri seorang pria dengan senyum menawan. Pangeran Kael dari Kerajaan Utara. Pangeran Kael adalah putra mahkota dari kerajaan yang terkenal dengan kemajuan teknologi dan kekuatan militernya. Kedatangannya ke Kencana Loka adalah untuk mempererat hubungan kedua kerajaan.
"Pangeran Kael," sapa Bintang seraya membungkuk hormat.
"Maaf, saya tidak melihat Anda datang."
"Tidak masalah," jawab Pangeran Kael dengan ramah.
"Saya justru senang bisa bertemu Anda di sini. Taman ini sangat indah, bukan?"
Bintang mengangguk. "Benar, Pangeran. Taman ini adalah tempat favorit saya di istana."
"Saya dengar, Anda memiliki pengetahuan yang luas tentang tanaman obat," kata Pangeran Kael sambil berjalan berdampingan dengan Bintang.
"Saya sangat tertarik dengan hal itu. Di kerajaan saya, kami sedang mengembangkan teknologi pengobatan modern, tapi kami juga tidak melupakan khasiat dari tanaman-tanaman alami."
"Saya senang mendengarnya, Pangeran," balas Bintang.
"Saya percaya, kombinasi antara teknologi dan alam adalah kunci untuk menciptakan pengobatan yang lebih baik."
"Saya sangat terkesan dengan keindahan alam di istana Kencana Loka. Apakah Anda sering menjelajahi hutan dan gunung di sekitar sini, Bintang?"
"Dulu, ketika saya masih kecil, saya sering pergi ke hutan bersama ayah saya. Kami mencari tanaman obat dan belajar tentang berbagai jenis hewan. Tapi, sekarang saya tidak punya banyak waktu untuk itu."
"Sayang sekali. Saya yakin, Anda memiliki banyak pengetahuan yang bisa dibagikan kepada orang lain. Mungkin, kita bisa menjelajahi hutan bersama suatu hari nanti?"
Bintang tersenyum "Mungkin saja, Pangeran. Tapi, saya harus meminta izin kepada Ibu Suri terlebih dahulu."
"Apa yang kalian berdua bicarakan tadi? Saya melihat kalian tertawa bersama."
"Kami hanya membicarakan tentang kebudayaan masing-masing kerajaan, Pangeran. Tidak ada yang aneh."
Pangeran Rockwell cemburu ke putri Bintang "Saya tidak suka cara Pangeran Kael menatap Anda, Bintang. Tatapannya seperti ingin memiliki Anda."
"Pangeran, jangan bicara seperti itu. Pangeran Kael adalah tamu di kerajaan ini. Kita harus menghormatinya."
Mereka berdua terus berjalan dan berbincang-bincang tentang berbagai hal. Mulai dari tanaman obat, teknologi, hingga kebudayaan masing-masing kerajaan. Bintang merasa nyaman berbicara dengan Pangeran Kael. Ia adalah sosok yang cerdas, ramah, dan memiliki wawasan yang luas.
Tiba-tiba, langkah mereka terhenti di depan sebuah air mancur yang memancarkan air jernih. Pangeran Kael menoleh ke arah Bintang dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Bintang," ucap Pangeran Kael dengan suara yang lebih serius. "Saya ingin mengatakan sesuatu yang penting kepada Anda."
Jantung Bintang berdegup kencang. Ia merasa gugup, tapi juga penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Pangeran Kael.
"Silakan, Pangeran," jawab Bintang dengan suara yang sedikit bergetar.
Pangeran Kael menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.
"Sejak pertama kali bertemu dengan Anda, saya merasa ada sesuatu yang istimewa. Anda adalah wanita yang cantik, cerdas, dan memiliki hati yang mulia. Saya..."
Ucapan Pangeran Kael terhenti ketika seseorang memanggil nama Bintang dari kejauhan.
"Bintang!"
Bintang menoleh dan melihat Pangeran Rockwell berjalan ke arah mereka dengan wajah yang tidak senang.
"Maaf mengganggu," kata Pangeran Rockwell dengan nada dingin.
"Tapi Ibu Suri mencari Anda, Bintang."
Bintang merasa bingung dan tidak enak hati. Ia menatap Pangeran Kael dengan tatapan meminta maaf.
"Saya harus pergi sekarang, Pangeran," kata Bintang. "Maaf telah meninggalkan Anda."
Pangeran Kael tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Bintang. Saya mengerti. Sampai jumpa lagi."
Bintang membungkuk hormat kepada Pangeran Kael sebelum bergegas menghampiri Pangeran Rockwell. Ia bisa merasakan tatapan tajam Pangeran Rockwell menusuk punggungnya.
"Apa yang sedang Anda lakukan dengan Pangeran Kael?" tanya Pangeran Rockwell dengan nada cemburu.
"Kami hanya berbincang-bincang, Pangeran," jawab Bintang jujur.
"Tidak ada yang istimewa."
"Benarkah?" Pangeran Rockwell menatap Bintang dengan curiga.
"Saya tidak suka melihat Anda dekat dengan pria lain, Bintang. Anda adalah milik saya."
Bintang terkejut mendengar ucapan Pangeran Rockwell. "Saya bukan milik siapa pun, Pangeran," balas Bintang dengan tegas.
"Saya adalah diri saya sendiri."
Pangeran Rockwell terdiam sejenak. Ia kemudian meraih tangan Bintang dan menggenggamnya erat.
"Maafkan saya, Bintang," kata Pangeran Rockwell dengan suara yang lebih lembut.
"Saya hanya tidak ingin kehilangan Anda. Anda sangat berarti bagi saya."
Bintang menatap mata Pangeran Rockwell. Ia bisa melihat ketulusan di sana. Tapi, ia juga merasa ragu. Apakah ia benar-benar bisa mempercayai Pangeran Rockwell?
"Saya juga tidak ingin kehilangan Anda, Pangeran," jawab Bintang.
"Tapi, saya butuh waktu untuk memikirkan semuanya."
Pangeran Rockwell mengangguk mengerti. Ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Bintang.
"Baiklah," kata Pangeran Rockwell.
"Saya akan menunggu Anda, Bintang. Beri tahu saya jika Anda sudah siap."
Bintang tersenyum tipis. Ia merasa lega karena Pangeran Rockwell mau mengerti perasaannya.
"Terima kasih, Pangeran," kata Bintang.
"Mari kita temui Ibu Suri sekarang."
Mereka berdua berjalan berdampingan menuju ruang Ibu Suri. Bintang masih memikirkan tentang pertemuannya dengan Pangeran Kael dan ucapan Pangeran Rockwell. Ia merasa semakin bingung dengan perasaannya sendiri. Siapakah yang sebenarnya ia cintai? Pangeran Rockwell atau Pangeran Kael? Atau mungkin, tidak ada siapa-siapa?
Langkah Bintang terasa berat saat memasuki ruangan Ibu Suri. Pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan bersama Pangeran Kael dan Pangeran Rockwell. Ibu Suri, yang sedang duduk di kursi kebesarannya, menyambut Bintang dengan senyum lembut.
"Bintang, cucuku, kemari lah," sapa Ibu Suri.
"Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu."
Bintang mendekat dan duduk di kursi yang telah disediakan. Ia bisa merasakan tatapan menyelidik dari Ibu Suri.
"Ibu Suri, apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Bintang dengan hati-hati.
Ibu Suri menghela napas pelan. "Aku tahu tentang pertemuan mu dengan Pangeran Kael di taman tadi," kata Ibu Suri.
"Aku juga tahu tentang perasaan Pangeran Rockwell padamu."
Bintang terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Ibu Suri mengetahui semua ini.
"Ibu Suri, saya..." Bintang mencoba menjelaskan, tapi Ibu Suri mengangkat tangannya.
"Aku tidak menyalahkan mu, Bintang," kata Ibu Suri.
"Kau adalah wanita muda yang cantik dan cerdas. Wajar jika banyak pria yang tertarik padamu. Tapi, kau harus ingat, kau adalah seorang putri dari Kencana Loka. Masa depan kerajaan ini ada di tanganmu."
Bintang terdiam. Ia mengerti apa yang dimaksud oleh Ibu Suri. Sebagai seorang putri, ia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kerajaan. Ia tidak bisa hanya mengikuti kata hatinya.
"Aku tahu ini sulit bagimu, Bintang," lanjut Ibu Suri.
"Tapi, kau harus memilih. Pilihlah pria yang benar-benar kau cintai dan yang bisa membantumu memajukan kerajaan ini."