Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keliling kota Malang
"Hai....tunggu, Desi" Sebelum gadis itu semakin jauh, Dhika berlari mengejarnya.
"Apa lagi mas? Bisa jangan nganggu saya? "Lagi lagi Dhika menahan tawanya.
" Pertama, berhenti panggil saya "Mas" karena saya bukan asli orang jawa, terdengar seperti panggilan mesra istri untuk suaminya, hahaha
"Lalu apa? "
Desi tetap cuek. Dia merasa tidak ada yang lucu untuk membuatnya tertawa
"Ya terserah.... kakak, abang, dhika atau sayang, terdengar lebih indah"
Dhika masih gigih menggoda Desi, sementara Desi cuek bebek.
"Lalu, apa tujuan kakak memanggil saya? "
"Oke, kedua, saya bukan menganggu kamu".
" Lalu mau apa lagi, kak? "
"Cuma menghibur kamu. Ayo, mau ke mana kamu hari ini? "
"Dasar orang aneh".
Desi mencibir, tidak menolak ajakan Dhika. Lumayan juga.... dari pada galau sendirian dan mengitari kota malang tanpa tujuan, kan? pikirnya.
Akhirnya dia menghabiskan hari terakhir di malang dengan laki-laki itu
Setidaknya, Dhika bisa sedikit menghibur dan melupakan Bobby untuk sementara.
Capek! Tapi, seru juga. Dhika berhasil membuat Desi melupakan kegalauan tentang pertunangan Bobby dan Wulan. Dan besok, Desi harus pulang ke makassar. Namun, dia belum memberi tahu siapa pun mengenai kepulangannya. Dia juga belum mengaktifkan ponselnya sejak semalam. Meskipun setelah ini Desi tidak akan lagi menginjakkan kaki di malang, setidaknya dia sudah puas berkeliling hari ini.
Tekadnya sudah sangat bulat. Dia akan kembali ke makassar, membiarkan Bobby dan Wulan bahagia di sini.
Bobby memang asli Malang. Dia baru pindah ke makassar sewaktu kelas IX. Desi tahu bahwa orang tuanya ingin tetap di malang selama Bobby tinggal di makassar. Sekarang lelaki itu sudah kembali ke kota kelahirannya untuk berkuliah, bekerja, dan hidup bahagia bersama Wulan.
"Kakak jadi kayak sopir kamu ya, Desi? Nganterin pulang dan cuma di cuekin", suara Dhika seperti anak kecil yang merajuk, lucu sekali.
" Kak, terima kasih ya udah bikin aku senang hari ini ", ucap Desi dengan tulus.
" Iya, Sama sama, Desi. Kamu jadi besok balik ke makassar? "
"Insya Allah jadi, kak".
" Yah, sepi dong hari hari kakak ".
Mulai lagi deh godain Desi. Emang gak bisa di baikin banget ini Dhika.
Desi melengos. Dhika terkikik geli melihat tingkah Desi.
Terios hitam milik Dhika menepi di seberang rumah om dan tante Desi. Rumah ini sangat dia rindukan.
"Sekali lagi..... terima kasih ya, kak. Sampai bertemu lagi".
" Desi, boleh aku minta sesuatu? "
Dhika terlihat sangat serius. Baru kali ini Desi melihat tampangnya yang seperti ini.
"Apa, kak? "
"Tunggu aku pulang ke makassar dengan gelar sarjana ku.
Setelah itu, aku janji gak akan ada lagi kesedihan".
Dhika memandang Desi dengan tatapan yang sangat serius. Dengan satu tarikan napas, dia mengucapkan kata kata itu. Memang bukan kata cinta, apalagi ijab Kabul. Menurutnya, itu sudah cukup bisa membuat Desi mengerti.
Sejak bertemu di kapal, Dhika merasa Desi adalah gadis yang berbeda, aneh, unik dan tentu saja Dhika suka. Lucu sekali saat Dhika menyampaikan Desi bukan seperti gadis yang biasanya. Wajah gadis normal akan memerah mungkin, sementara Desi? Dia memasang tampang bingung yang membuat Dhika gemas.
Dhika melihat Desi yang berjalan ke arah gerbang rumah yang terlihat asri. Gadis itu tampak menengok ke arahnya dan tersenyum. Sungguh Dhika senang melihat Desi tersenyum semanis itu.
Demi Tuhan! Bodoh sekali laki-laki yang membuat gadis seluruh Desi terus menerus menangis.
Sementara Desi berjalan memasuki gerbang, rumah om dsn tantenya terlihat sangat ramai. Mungkin sedang ada pertemuan untuk acara pertunangan Wulan, pikirnya.
Ya Allah, kuatkan hatiku. Air mata, kumohon jangan turun sekarang. Setidaknya jangan di depan mereka.
Desi berusaha menguatkan hatinya sendiri. Dengan sangat hati-hati, dia memasuki pintu yang memang terbuka lebar.
Jangan jangan memang hari ini ya pertunangannya? atau, aku kabur saja malam ini? Bahkan sekarang aku sudah ada di depan pintu. Kalau tiba-tiba aku kabur, apa kata mereka? Aku harus kuat!!!
"Assalamualaikum", ucap Desi dengan suara bergetar. Dia menyalami tamu yang ada satu per satu. Dia melihat Bobby duduk fi sebelah Wulan dengan tatapan yang entah apa ke arahnya. Sementara itu, Wulan tersenyum penuh kebahagiaan. Ketika Desi berada di depan seorang laki-laki paruh baya, matanya membulat.
"Ayah? " Bahkan ayahnya di undang hadir di acara ini.
"Kenapa, sayang? kangen ayah ya? "
Desi langsung memeluk sang ayah dengan sangat erat. Air matanya benar-benar tak tahu kondisi.. ayolah, Desi! Jangan terlihat seperti bocah ingusan sekarang.
"Kenapa nangis? Sudah sini, ayah kenalkan sama ayah dan ibunya Bobby. Masi ingat om Heru dan tante Tutik? "
" Tentu saja Desi ingat"
Desi mengalami mereka berdua. Tak lupa dia memeluk bundanya. Desi merasa harus segera pergi sebelum lebih lama lagi melihat Bobby yang sekarang sedang tertawa