NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Care About Me

Sepanjang perjalanannya menuju kelas bibir Cherry terus komat-kamit melafalkan doa hingga akhirnya ia duduk di kursinya. Ia menarik napas dalam.

"Kenapa kau berbicara sendiri?" tanya Abigail, memiringkan kepala hanya demi menatap langsung wajah Cherry.

"Aku tidak berbicara sendiri, aku sedang berdoa."

"Berdoa?" Kylie yang duduk di depan tertarik dengan pembicaraan teman-temannya. Ia menoleh ke belakang dengan penasaran.

Cherry menghela napasnya. "Aku berdoa agar terhindar dari segala ancaman, gangguan, dan godaan setan."

Kylie dan Abigail saling melempar pandang, mereka tersenyum lebar. Mereka berpikir mungkin doanya untuk Drake.

"Cherry, katanya jika seorang pria sering mengganggu seorang gadis itu tandanya dia tertarik dan jatuh cinta,-"

"Tidak," sergah Cherry cepat. "Drake hanyalah anak nakal, dia tidak mencintaiku. Kalian berpikir terlalu jauh."

Kylie menoleh lagi pada Abigail, dirinya mengangkat kedua bahunya. Yasudah lah.... Kembali, ia memutar tubuh menghadap ke depan.

"Good morning, Everyone!" sapa Drake sesampainya di kelas. Laki-laki itu datang dengan senyum indah dan ceria. Matanya bergerak melirik Cherry.

Cherry buru-buru memalingkan wajahnya dari Drake. "Jangan ke sini! Jangan ke sini! Tuhan, jangan datang ke sini!"

Drake tersenyum smirk. Dia berjalan cepat ke arah Cherry lalu dalam sekali lompatan duduk di atas meja gadis itu.

Cherry memejamkan mata. Sia-sia ia berdoa. Orang yang tak ingin dilihatnya sekarang justru duduk di mejanya.

Kylie kembali menoleh ke belakang, dirinya dan Abigail terkekeh.

"Kau mungkin lupa menyebutkan namanya saat berdoa, Cherry," ujar Kyle, menatap kasihan pada Cherry yang tampaknya begitu lelah dan pasrah pada pria yang kini duduk di hadapannya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Drake, menatap silih berganti teman-teman Cherry.

"Cherry sudah berdoa banyak agar terhindar dari segala gangguan setan, tapi ternyata kau tetap datang. Jadi kupikir Cherry kurang lengkap saat berdoa."

"Tch." Drake tersenyum smirk. "Cherry berdoa meminta perlindungan dari setan, sementara aku adalah pria tampan. Tentu saja doa itu tidak mempan untukku," ungkapnya bangga.

"Demi Tuhan ini masih pagi. Kumohon.... Jangan menggangguku!" mohon Cherry sembari memejamkan matanya.

Drake tersenyum jahil. Ia tak mengindahkan permintaan itu, tangannya mengacak-acak rambut Cherry hingga acak-acakan. Cherry tetap diam, berusaha menahan amarahnya.

"Drake akhir-akhir kau mengganggu Cherry terus. Berhenti atau aku akan melaporkan mu," ancam seorang guru yang baru saja masuk.

Cherry tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan gurunya. Drake tersenyum santai, turun dari meja dan tangannya kembali mengacak-acak rambut Cherry.

"Silahkan saja laporkan. Aku tidak takut karena aku dan dia adalah,- ARGH!"

Cherry langsung menginjak kaki Drake sebelum laki-laki itu menyelesaikan ucapannya.

Drake menatap Cherry sambil menahan sakit di kakinya. Berani sekali dia...

"Diamlah, Drake!" perintah Cherry penuh penekanan, matanya bergerak seakan meminta Drake segera duduk di kursinya.

"Tsk!" Mau tak mau Drake pun duduk di kursinya.

...----------------...

Saat jam istirahat, Drake berdiri di belakang Cherry, tubuhnya sedikit condong dengan dua tangan di dalam saku, diam-diam mengintip isi ponsel gadis itu saat dia sedang fokus.

"Seperti apa pria bernama Morgan itu? Bukankah dia hanya pekerja kantoran biasa?!" tanya Drake.

"Dia pria yang sempurna. Dia tampan, kaya, baik hati, dan sangat mencintai ku, jadi aku juga sangat mencintainya," Jawab Cherry, belum menyadari siapa yang bertanya. Ia berhenti mengirim pesan pada Morgan, hanya duduk sambil tersenyum mengingat apa yang dirinya dan Morgan lakukan semalam, meski sakit tapi setelah dipikir kembali itu terasa romantis. Wajahnya memerah karena ingatan itu.

Drake memiringkan tubuhnya, penasaran dengan ekspresi wajah Cherry saat ini. Namun, pandangannya justru malah menangkap bercak merah di leher gadis itu.

"Hei, Cherry, kau tidak macam-macam dengan ayahmu itu, kan?" tanya Drake, nada suaranya menjadi dingin.

Cherry mengerutkan keningnya. Sejak kapan Drake ada di sampingnya? "Dia bukan ayahku, dia adalah Morgan. Apa maksud mu aku dan Morgan macam-macam? Macam-macam pun itu bukan urusan mu," jawabnya sinis.

Cherry kembali mengabaikan Drake dan ia segera membaca balasan pesan dari Morgan. Ia tersenyum salah tingkah saat membacanya.

"Hei, kau tersipu saat berbalas pesan dengannya. Kau menyukainya? Oh goodness. Ini berita mengejutkan," pekik Drake.

"Ini hidup ku, terserah aku. Urus saja urusan mu sendiri."

"Aku yakin kalian sering melakukan itu, kan?" tebak Drake. Ia merasa tidak akan salah, apalagi setelah melihat bercak merah di leher Cherry. Ia benar-benar tidak menyangka Cherry dan ayahnya melakukan hal seperti itu.

"Apa maksud mu?" pekik Cherry, menatap Drake tak bersahabat.

Drake menunjuk wajah Cherry. "Malam tadi kalian pasti habis melakukannya, kan? Lihat tanda merah di leher mu!" Ia menyibakkan rambut Cherry.

Mata Cherry membulat sempurna, tangannya langsung menutup bekas gigitan Morgan.

"Ini... Ini bukan...ini nyamuk." Dengan jantung yang berdebar ia berusaha menyangkalnya.

Drake tertawa meledeknya. "Nyamuk apa yang menggigit begitu besar? Aku bukan anak kecil yang bisa kau bodohi."

"Terserahlah!" Cherry berdiri dan menggebrak mejanya. "Kau selalu saja menyebalkan," tukasnya sembari berlalu dari hadapan Drake.

Drake diam menatap kepergiannya sebelum akhirnya mengikutinya.

Tutup kulkas berdebam pelan setelah Cherry mendapatkan minuman yang diinginkannya. Botol dingin kini tergenggam erat di tangannya.

Ia berjalan kembali ke kelas sambil terus memaki dan pikirannya kacau gara-gara sosok menjengkelkan bernama Drake. Ia yakin pria itu pasti akan mengganggunya lagi. Kapan pria itu akan berhenti mengganggunya? Ia sudah muak dengan tingkah laku pria itu yang selalu berhasil membuatnya naik darah.

Kapan pria itu mulai bertingkah sangat menjengkelkan? Ia mulai rindu suasana tenang di sekolah.

Langkah Cherry terhenti sejenak. Saking sibuknya memikirkan Drake ia sampai baru menyadari dirinya sedang melintasi area yang terkenal sebagai sarangnya para siswa laki-laki Troublemaker sekolah.

Cherry meneguk salivanya dan merasakan bulu kuduknya meremang. Ia berusaha setenang mungkin, memasang wajah datar, dan berpura-pura buta terhadap tatapan-tatapan yang mungkin mengarah padanya. Genggaman pada botol minumnya semakin mengerat, buku-buku jarinya memutih.

Seorang pria dari kelompok itu maju selangkah, Cherry langsung tersentak, namun detik berikutnya tubuh pria itu terdorong keras oleh rekannya, membuatnya terhuyung dan kembali duduk.

"Hei, Bung," desis pria yang mendorong, suaranya penuh peringatan. "Dia wanita milik Drake. Jangan cari masalah."

Kata-kata itu sampai jelas di telinga Cherry. Napas lega lolos dari bibirnya saat ia berhasil melewati kelompok itu tanpa insiden. Namun, benaknya kembali dipenuhi pertanyaan.

"Wanita milik Drake?" gumam Cherry seorang diri, alisnya bertaut bingung. Ah, percakapan dengan Drake tempo hari kembali berputar di benaknya. "Selama aku ada di dekatmu, tidak akan ada anak lain yang berani mengganggumu." Jadi, ucapan kasual itu benar adanya?

Cherry menggelengkan kepalanya. Terserahlah. Ia tidak ingin memikirkannya. Ia kembali berjalan santai dan tenang, tapi tiba-tiba seorang siswa berkacamata didorong maju oleh beberapa siswi ke arahnya.

Mereka menyuruhnya menyiramkan kopi ke seragam Cherry. Namun, saat mata siswa itu menangkap sosok di belakang Cherry, raut wajahnya berubah pucat. Tanpa pikir panjang dia berbalik dan kabur tunggang langgang.

Kening Cherry semakin berkerut. Kenapa tiba-tiba dia lari ketakutan begitu? Ia menoleh ke belakang dan di sana berdiri Drake. Sejak kapan pria itu ada di sana dan membayanginya tanpa suara?

Drake sendiri bersikap seolah tak terjadi apa-apa, pandangannya menghindari tatapan bingung Cherry.

Mungkinkah Drake benar-benar melindungi ku? Pikiran itu berkelebat di benaknya.

"Kau menghalangi jalanku," suara ketus Drake memecah keheningan. Saat melewati Cherry tangan pria itu tiba-tiba memberikan sebuah plaster kecil.

"Gunakan itu sebelum orang lain melihatnya," ucapnya tanpa menatap, lalu melenggang pergi.

Cherry menatap plaster di tangannya. Kehangatan kecil menjalari ujung jarinya. "Drake peduli padaku?" gumamnya lagi, nada suaranya bercampur antara keheranan dan ketidakpercayaan. Ia menyentuh lehernya. Bahkan Drake peduli pada hal kecil seperti ini.

Langkah kaki Cherry terasa ringan saat meninggalkan gerbang sekolah. Hatinya sangat bahagia dan kelegaan memenuhi dadanya setelah pelajaran terakhir yang sunyi tanpa gangguan Drake.

Membayangkan perjalan pulang bersama Morgan saja sudah cukup untuk menghadirkan senyum di bibirnya.

Namun, riangnya perlahan menghilang saat tiba-tiba sosok Charles dan Diana muncul dan menghadang langkahnya.

"Ikutlah bersama kami!" pinta Charles, suaranya terdengar datar.

"Apa?" Cherry membeku di tempatnya, senyumnya lenyap seketika. Permintaan itu terasa dingin dan mengancam, lebih mirip sebuah paksaan daripada permintaan.

1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!