Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34 Sumpah Seorang Gadis Kecil
Happy reading
"Zi, kejar layang-layang nya!"
"Gassss! Kalian juga harus ikut ngejar!"
Suara riuh segerombol anak kecil yang sedang berlarian mengejar layang-layang mengalihkan atensi Arjuna yang semula tertuju pada hamparan sawah menghijau.
Sudut bibirnya melengkung kala menyaksikan polah tingkah seorang anak perempuan yang seolah berperan menjadi komandan diantara semua teman laki-laki-nya.
Dengan sangat tangkas, anak perempuan itu naik dari satu pohon ke pohon lain untuk mengambil layang-layang temannya yang tersangkut.
Topi berwarna hitam yang dikenakan terbalik, kaos oblong yang dilipat sampai ujung bahu, dan celana pendek jeans berwarna gelap, menunjukkan karakter anak perempuan itu. Tomboy.
'Zizi' Panggilan yang disematkan oleh teman-temannya.
"Zi, hati-hati! Jangan sampe layanganku sobek!" Salah seorang teman Zizi berteriak sambil menyaksikan atraksinya dari bawah.
"Diem! Dasar bawel! Aku lagi fokus!" sentak Zizi. Tangan mungilnya berusaha melepas benang yang melilit pada ranting pohon.
"Ck, susah banget," gumamnya--hampir menyerah.
Karena terlalu fokus, Zizi tidak menyadari jika ranting pohon yang dipijak-nya keropos dan tiba-tiba patah.
"Arggggghhhgg." Suara teriakan Zizi mengiringi tubuh mungilnya yang terjun bebas dari atas pohon.
Beruntung, Arjuna sigap menangkap dan berhasil menyelamatkan Zizi kecil.
Zizi mengejap-ngejapkan sepasang mata bulatnya.
Ia mengira jika nyawanya sudah melayang dan saat ini dirinya berada di surga, bertemu dengan seorang malaikat berparas tampan yang tak bisa dinafikan pesonanya.
"Dek, kamu nggak pa-pa 'kan?" Suara malaikat itu membuat Zizi terhenyak dan tersadar jika dirinya masih hidup.
"Eng, aku nggak pa-pa," ucapnya sedikit terbata.
"Lain kali lebih berhati-hati ya!" Arjuna memperlihatkan sebaris senyum sambil menurunkan tubuh Zizi.
Zizi hanya membalas dengan anggukan. Namun tanpa mengalihkan pandangan mata dari objek yang membuatnya terpana.
"Zizi, ayo kita main layang-layang lagi!" ujar salah seorang teman Zizi sambil merapikan benang dan menggulungnya dengan kaleng bekas.
Zizi tak acuh. Ia masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri saat ini, meski sang malaikat penolong sudah berlalu pergi.
"Kakak, tunggu!" Zizi berteriak dan berlari mengejar Arjuna yang berjalan semakin menjauh.
Langkah Arjuna terhenti saat tangan mungil Zizi berhasil meraih ujung kaos yang dikenakannya.
"Kak, jangan pergi dulu!" pinta Zizi. Gadis kecil itu terengah-engah sambil memegangi kedua lututnya.
Arjuna pun terdorong untuk memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Zizi.
"Kak, makasih ya. Aku sumpahin, besok kalau aku udah gede, kakak bakal jadi suamiku." Zizi berucap polos sembari menatap lekat wajah Arjuna.
"Aku punya dua gelang. Yang satu aku pake, dan yang satu lagi aku kasihin ke kakak. Jangan dibuang, karena gelang itu yang bakal jadi petunjuk," sambungnya sambil menyerahkan gelang tali berwarna hitam pada Arjuna.
Arjuna tidak berkeinginan untuk menanggapi ucapan Zizi dan menganggapnya sebagai celotehan seorang anak kecil. Berbeda dengan Zizi yang berharap sumpahnya itu menjadi doa yang kelak diijabah oleh Tuhan-nya.
"Kak, aku pergi dulu ya! Jaga baik-baik gelang yang aku kasih." Zizi menerbitkan senyuman yang teramat manis, lantas memutar tumit dan berlari ke arah teman-temannya yang sudah menunggu di bawah pohon asam.
"Ck, ada-ada saja. Dasar bocah." Arjuna tersenyum tipis, kemudian memasukkan gelang pemberian Zizi ke dalam saku celana.
Kakinya kembali terayun menuju rumah besar berbentuk joglo yang berada di tengah sawah.
Setiap libur semester, Arjuna sering meluangkan waktu untuk mengunjungi kakek dan neneknya yang tinggal di desa.
Namun setelah kakek dan neneknya tiada, Arjuna jarang sekali berkunjung ke desa itu. Terlebih, setelah rumah peninggalan kakek dan neneknya diwakafkan untuk mendirikan masjid.
"Zizi." Arjuna bergumam sambil tersenyum. Ingatannya tentang gadis kecil bernama Zizi membuatnya merasa geli, sampai-sampai ia terlupa jika di hadapannya ada istri yang sedang ingin diperhatikan dan didengarkan.
"Ck, malah dikacangin. Dah lah, merem aja."
Ucapan Ayu membuat Arjuna tersadar dari lamun. Ia pun segera mengalihkan kembali perhatiannya pada Ayu yang ternyata sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Ay, maaf. Aku nggak bermaksud mengabaikan mu --"
"Bodo'."
"Ay, jangan ngambek. Aku perlu jelasin ke kamu." Arjuna segera memindah posisi duduknya di sofa dan menjadikan pahanya sebagai tumpuan kedua kaki Ayu.
"Ay, kamu mirip sekali dengan gadis kecil yang pernah aku temui enam tahun lalu. Dia bernama Zizi."
"Zizi --" Dahi Ayu mengernyit, diikuti pandangan mata yang beralih pada wajah tampan Arjuna.
Seketika ia teringat pada seorang malaikat berparas tampan yang pernah menolongnya dan disumpahi menjadi suami.
Jangan-jangan dia ---
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁
mandi berdua juga harusnya.
khilaf lagi ntar. Fix gak ke sekolah mereka hari ini
surga dunia..
aseeekk