"Pergilah! Jangan buang waktumu disini, aku tidak tertarik padamu apalagi menginginkan dirimu,"
Dihari pertama pernikahannya, Rania langsung mendapat penolakan dari sang suami.
Akankah Rania bertahan untuk menjalankan misi yang telah dipercayakan padanya? Atau justru Rania akan menyerah dan pergi begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB33. Menghasut.
Rania tertawa kecil menanggapi umpatan Erina, ia merasa lucu melihat penampilan Erina. Bahagaiman tidak, Erina terlihat seperti orang yang habis kebanjiran. Bajunya setengah basah, sepatunya ditenteng, plus lagi rambutnya terlihat berantakan.
Rania berpikir, setelah ini Erina pasti akan berpikir panjang untuk datang lagi ke kantor Bram.
.
.
Pemikiran Rania ternyata salah, Erina tidak kapok mancari Bram. Siang ini, Erina kembali ke ruang Bram. Penampilannya jauh lebih cantik dan menarik dari pagi tadi.
Hadeeehh, dia lagi. Rania tampak malas melihat Erina berlenggak lenggok dari arah lift menuju kerahnya. Rania pun berpura-pura sibuk.
"Nggak usah pura-pura sibuk," ucap Erina. Sepertinya ia tahu Rania hanya berpura-pura sibuk.
"Eeeh ada Erina lagi, sorry ya aku nggak liat," sahut Rania santai.
"Nggak usah sok manis Lu, dengar ya Rania, gua udah tahu hubungan Lu sama Bram seperti apa, gua juga tahu alasan kalian nikah," Erina telah mencari tahu semua tentang Bram dan Rania, tentang pernikahan mereka, tentang perlakukan Bram pada Rania dan tentang foto-fotonya yang masih terpajang indah di rumah Bram selama ini.
"Wooww ternyata kamu tahu banyak hal ya Erina, hebat, hebat," Rania memberi pujian.
Erina tersenyum bangga menanggapi pujian Rania. "Gua peringatin Lu ya, Rania. Bram cinta mati sama gua dan selamanya hanya ada nama Gua di hatinya,"
Rania memutar bola matanya malas, kupingnya terasa sakit mendengar ocehan Erina.
"Lu lihat foto? Ini adalah foto waktu Bram lamar gua dulu," Erina memperlihatkan selembar foto pada Rania.
"Ini momen penting yang tidak akan perna kita berdua lupakan. Lu tau nggak apa yang Bram bilang ke gua waktu itu?"
"Nggak," Rania menggeleng polos.
"Bram bilang, hanya aku satu-satunya wanita yang dia cintai di dunia ini." Erina terlihat bersemangat saat mengatakan semua itu.. "Awalnya aku pikir tidak ada harapan lagi untuk kita berdua kembali bersama karena dia telah menikah, tapi aku salah, ternyata cintanya masih begitu besar pada saat aku menemukan foto ini di laci meja kerjanya,"
Hati Rania terasa panas mendengar cerita Erina, ingin sekali ia mengusir Erina keluar dari sana, tetapi Rania berusaha tenang. Rania mengingat jelas pesan Bramnya, tidak boleh mempercayai cerita apapun tentang Bram dari mulut orang lain.
"Udah ceritanya?" tanya Rania.
Erina tersenyum puas melihat wajah asam Rania, akhirnya ia bisa membalas perbuatan Rania padanya pagi tadi.
"Belum! Lu lihat kalung ini?" Erina memegang kalung di lehernya.
"Ini kalung tertulis nama kita berdua dan tanggal jadian kita. Dan kalung ini juga sebagai bukti ikatan cinta kita berdua. Selamanya Bram ada disini dan selamanya aku ada dihati Bram."
"Oh jadi tujuan kamu kembali kesini untuk merebut kembali Bram?" tanya Rania.
"Bukan merebut, tapi mengambil apa yang seharus menjadi milikku," Erina terlihat tidak terima dengan kata merebut yang dilontarkan oleh Rania. "Kau yang sudah merebut Bram dariku!" Wajah Erina terlihat tegas.
"Jadi aku yang perebut disini?" Rania tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya. "Dengarkan aku baik-baik Erina. Aku membiarkanmu berkeliaran di dekat suamiku karena aku menghargai kamu sebagai mantan terbaik suamiku, secara tidak langsung kamu telah mengajarkan suamiku menjadi lebih dewasa. Tapi bukan berarti kamu lupa daratan dan melakukan segalanya sesuka hatimu. Ingat Erina, aku bisa saja menendangmu keluar dari kantor ini sekarang juga, tapi aku tidak mau merusak cintaku hanya karena wanita yang tidak punya malu sepertimu. Jadi tolong ya kamu jaga sikap sebelum kesabaranku habis," Saking kesalnya Rania berbicara sambil merapat kedua giginya.
Wanita mana yang tidak emosi dan sakit ketika mendengar cerita mesrah si mantan dengan suaminya sendiri.
Wajah Erina terlihat memucat mendengar ancaman Rania, tetapi bukan Erina namanya jika langsung mundur begitu saja. Erina yang kebetulan melihat Bram baru kembali dari ruangan meeting langsung berjalan menghadang Bram.
Erina tersenyum sambil melihat ke arah samping dan atas berharap Bram bisa melihat kalung di lehernya.
"Apa kau tidak punya kerjaan lain? Bukanya tadi pagi kau sudah kesini?" tanya Bram.
"Eeh aku, aku hanya menepati janji aku. Kitakan sudah janjian mau makan siangan bersama,"
"Aku tidak pernah bikin janji denganmu," Bram melanjutkan langkahnya.
"Tunggu, Bram. Kitakan sudah janjian kemarin malam," Erina berusaha mengejar Bram. Namun, dihentikan oleh Felix.
"Nona Erina sebaik Anda pergi dari sini, Tuan Bram sedang punya banyak masalah,"
Erina menatap tajam pada Felix. "Kau," Erina ingin menonjok Felix tetapi ia menarik kembali tanganya. Erina pun pergi dengan perasaan kesal.