Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan keluarga Mahesa
Sementara di jakarta, di mansion Mahesa. Kebahagiaan keluarga besar Reno sudah lengkap dengan kehadiran cucu kembar Reno dan Delena. Seminggu kemudian Vania sudah pulang dari rumah sakit. Semua keluarga sedang berkumpul di ruangan kelurga sambil mengobrol.
Vano dan Safira menggendong si kembar dengan penuh hati-hati. Dengan penuh kasih sayang Savira menciumi kedua pipi bayi perempuan yang sedang ia gendong. Vano tidak kalah seru ikut menciumi keponakannya.
"Papa... Ala juga mau cium dede." gadis kecil turun dari pangkuan Reno dan berlari kearah Vano.
"Sini, cium dedek nya." kata Vano sambil menyodorkan bayi mungil laki-laki itu kedepan Arabella. Gadis berusia 3,5 tersebut mencium pipinya dengan senang.
"Mama, Ala juga mau cium dedek lagi."
"Sini, tapi hati-hati ya ciumnya. Dedek nya lagi bobo."
Arabella mendekat dan mencium bayi perempuan sambil tertawa senang. "Mama.. Papa, Ala juga mau punya dedek bayi kaya Aunty pana."
Seketika Vano dan Savira saling bersitatap, melihat ucapan polos anak kandungnya yang menggemaskan.
Vania dan Nathan terkekeh. Delena dan Reno senyum-senyum sendiri melihat kelakuan cucunya yang bicara apa adanya.
"Ara, bentar lagi juga punya dedek bayi dari Mama dan Papa." kata Vania menggoda saudara kembarnya.
Dengan polosnya Ara berkata "Ohhh.. Papa sama Mama lagi buat dedek bayi buat Ala ya."
Mendekat celoteh Arabella, semuanya berkelakar dan suasana semakin harmonis. Savira dan Vano menahan tawa karena kepolosan anak gadisnya.
"Mommy juga pingin gendong vir."
"Iya mom." Savira menyerahkan bayi perempuan pada Delena.
"Papa... dedek nya di gendong opah ajah." pinta Ara sambil menunjuk Reno yang duduk di sebelah Delena.
"Iya tapi papa masih kangen sama dedek nya."
"Opah mau gendong juga." rengek Arabella, Vano mengalah dan memberikan bayi laki-laki pada Reno.
Pria paruh baya itu begitu terharu melihat kelahiran cucunya yang cantik dan tampan
"Apa kalian sudah berikan nama baby kembar?" tanya Delena.
"Belum mom, biar Daddy dan mommy saja yang berikan nama." kata Vania
"Mas berikan nama untuk cucu kita." Delena menimpali.
Reno terdiam sejenak, lalu menyebutkan dua nama. "Baby Oliver dan Olivia."
"Bagaimana menurut kalian? Tanya Reno.
Vania bertanya pada suaminya Nathan. "Gimana kak, apa setuju dengan nama pemberian dari Daddy."
"Nama yang di berikan Daddy sangat bagus, kalau aku setuju." sahut Nathan.
"Aku juga setuju, apapun yang Daddy berikan kami berdua sangat menyukainya."
Delena tersenyum "Baby Olivia, namanya cantik secantik paras nya." ucap Delena, tak henti-hentinya menciumi pipi gembul baby Olivia.
Reno sumringah "Oliver, kelak akan menjadi pemimpin yang bijaksana."
Malam itu suasana begitu hangat dan harmonis. Mereka bercerita banyak hal, pada jam sembilan malam Vania dan Nathan masuk kedalam kamar sambil membawa baby Olivia dan baby Oliver.
Pada jam sepuluh malam, Delena dan Reno masuk kedalam kamar. Arabella sudah tertidur pulas dalam gendongan Reno.
"Sayang, aku mau cek pekerjaan dulu sebentar. Kamu tidur saja lebih dulu."
"Aku mau menemi kakak, aku buatkan kopi ya."
"Ya sudah, aku ke ruangan kerja dulu."
Vano menaiki anak tangga menuju ruangan kerja, sementara Savira berjalan ke pantry untuk membuat kopi.
Selesai membuat Kopi dan membawa potongan buah, Savira masuk kedalam ruangan kerja suaminya dan meletakkan di atas meja.
"Kamu beneran nggak mau tidur duluan?"
"Nggak kak."
"BRUKK!
Tiba-tiba sebuah bingkai foto di dalam ruangan kerja terjatuh. Savira dan Vano terkejut.
"Apa yang terjatuh?" tanya Vano menoleh kebelakang.
"Bingkai kak." Savira berjalan kearah bingkai yang terjatuh dan memungutnya. Sebuah Foto Zidane sedang berdiri sambil memakai setelan jas berwarna hitam, pria itu sangat tampan dengan senyuman sumringah.
"Kak, bingkai foto Zidane yang terjatuh. kayaknya pakunya lepas kak."
"Ya sudah, besok kakak pasang lagi."
Savira berjalan kearah Vano "Kak, perasaan ku kok nggak enak ya, sudah lama tidak menelpon Zidane."
Vano menarik tangan Savira dan mendudukkan bokongnya di pangkuan Vano.
"Sebenarnya aku juga kangen sama adik bungsu ku, tapi Daddy melarang kita berhubungan dengan Zidane untuk sementara. Sebab Daddy ingin mengajari Zidan jadi anak yang mandiri. Tidak tergantung pada orang tua dan bisa memahami arti hidup yang sebenarnya. Daddy tidak ingin memanjakan Zidane dengan materi, sebab akan menjerumuskan hidupnya di kemudian hari."
"Iya kak, Daddy sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya."
"Itu karekter Daddy, dia memang tegas dalam hal apapun dan tidak membeda-bedakan anak-anaknya. Cuma Zidan sangat di manja oleh mommy hingga membuatnya salah jalan."
"Pasti mommy sangat menyayangi Zidane, dia anak bungsunya." Savira menyadarkan kepalanya ke dada bidang suaminya.
"Daddy dan mommy sangat menyayangi semua anak-anak sayang, termasuk Kamu. Hanya saja Daddy sedang menghukum Zidan demi kebaikannya."
"Lalu bagaimana dengan nasib Zidane kak? Apalagi semua fasilitas sudah di bekukan oleh Daddy. Bagaimana dia menjalani hidup di London tanpa fasilitas dari Daddy."
Vano mengusap lembut pucuk kepala Savira. "Kita serahkan semuanya pada Daddy, Daddy lebih tahu yang terbaik buat Zidane. Daddy tidak akan biarkan anaknya menderita sendirian."
"Iya kak aku percaya sama Daddy, semoga perasaan tidak enak ku hanya rasa kangen sama adikku."
"Hmm..."
"Ya sudah kita tidur saja sekarang."
"Loh, katanya kakak masih mau kerja."
"Bagaimana aku bisa kerja, Kalau istriku saja nempel terus untuk menggoda."
"Aiissshh.. Bisa-bisanya kakak bilang gitu." ucap Savira sambil mencubit.
Vano terkekeh sambil kelitikin pinggang Savira, membuat wanita itu kegelian.
"Kakak udah geli...." seru Savira sambil terkikik.
Vano memeluk Savira sambil menciuminya penuh kehangatan "Ara juga pingin punya adik, sekarang waktunya kita buat adonan."
"Ihh.. Kakak .." Savira salah tingkah sambil mencubit lengan suaminya.
"Kita coba di ruangan kerja, aku ingin merasakan hubungan intim dan sensasi yang berbeda saat berada di sini."
"Mau coba sekarang?" tanya Vano sambil menggoda.
Savira tersenyum sambil mengangguk. Lalu terjadilah adegan mesra penuh cinta oleh kedua insan yang sedang di mabuk asmara.
💜💜💜💜
Semoga ada yg menolongmu zidan
Jangan sampai kau berlama2 dipenjara
Sepertinya dari ke3 bersaudara nasibmu yg paling menyedihkan dan paling unik dan menegangkan
Lanjut bunda tambah penasaran jadi nya
duh kadihan bener zidane 😭😭😭