Alina seorang wanita muda yang harus menerima kehancuran rumah tangganya karena ulah suami dan ibu tirinya yang suka bermain di belakang. 
Selama ini dia sudah menganggap bu Nurma seperti ibu kandungnya sendiri tapi ternyata wanita itu malah mengambil suaminya. 
"Emmhhh Rizal... Tambah lagi ya pompanya" Ucap Nurma sambil memejamkan matanya. 
"Suka ya sayang?" Tanya Rizal dan menambah ritme pompaannya sesuai dengan permintaan Bu Nurma. 
Mau tahu kisah mereka bertiga selanjutnya? baca terus novel ini ya kak, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Rizal minta maaf
Kini Rizal langsung menuju ke meja Alina, disana ternyata juga masih ada Irma yang sedang makan dengan perutnya yang mulai terlihat menonjol karena kandungannya berusia empat bulan lebih.
“Alina..” Panggil Rizal.
“Iya ada apa?” Tanya Alina.
“Bisa kita bicara empat mata saja? Ada hal penting yang mau ku sampaikan” Jawab Rizal.
“Ayo kita kesana” Ucap Alina dan menuju ke arah balkon.
Rizal pun mengikuti langkah Alina ke arah balkon.
“Ada apa?” Tanya Alina.
“Aku mau minta maaf sama kamu, meskipun kita tidak bisa kembali lagi setidaknya kamu mau memaafkan semua kesalahanku Lin” Ucap Rizal dengan sungguh-sungguh.
Dia kini menyesal karena mudah termakan rayuan Nurma, dia memang menikmatinya dengan Nurma selama ini tapi jauh di lubuk hatinya yang terdalam ada perasaan bersalah pada Alina dan kini dia menyesal telah menyia-nyiakan wanita seperti Alina.
“Iya aku sudah memaafkan kamu Riko, semoga perceraian kita berjalan dengan lancar dan hubungan kamu dengan Nurma juga langgeng. Segeralah menikah jangan berbuat zi-na terus menerus, dosa Rizal” Jawab Alina mencoba memaafkan semua kelakuan orang-orang yang sudah menyakitinya itu, agar hatinya jauh lebih ikhlas dan lega.
“Terimakasih kamu sudah memaafkan aku Lin, aku belum tahu mau menikah dengan Nurma atau tidak” Ucap Rizal.
“Apa kamu mau terus-terusan zi-na dengan Nurma?” Tanya Alina.
“Hmm enggak juga Lin, jangan bahas hubungan kami yang rumit ini. Saat ini aku mau minta izin sama kamu, aku boleh ambil satu kasur dan lemari di rumah?” Tanya Rizal.
“Buat apa? Mau kamu jual ya, kamu kan tahu kalau rumah itu akan aku jual beserta isinya” Ucap Alina.
“Tidak Lin, saat ini aku dan Nurma mengontrak sebuah rumah tapi rumah itu masih kosong melompong gak ada isinya sama sekali. Aku mau ambil kasur di kamar ibu, tv, lemari dan juga kursi teras serta beberapa peralatan dapur. Nanti saat penjualan rumah kamu kurangi saja jatahku” Ucap Rizal..
Alina berfikir sejenak, dia mau menolak tapi barang-barang itu juga di beli dengan uang Rizal.
Apalagi Rizal meminta jatahnya di kurangi saat pembagian harta gono gini nanti.
“Oke, tapi tunggu aku pulang kerja. Sekalian kamu sewa kendaraan buat angkut barang yang kamu mau, tapi ingat ini semua akan aku potong saat pembagian harta gono gini nanti” Jawab Alina.
“Iya Lin, kamu potong saja. Aku mau beli baru tapi uang tabunganku menipis apalagi habis mengontrak rumah” Ucap Rizal.
“Iya, nanti sekalian aku buatkan surat perjanjian sebelum kamu membawa pulang barang-barang itu” Jawab Alina.
“Ya terserah kamu saja Lin, aku tadi sudah menjual cincin nikah kita. Ini aku bagi dua buat kamu” Ucap Rizal dan memberikan uang sejumlah empat jutaan pada Alina.
“Gak usah buat kamu saja, lagian cincin itu kan di beli dengan uang kamu sendiri” Jawab Alina.
“Tidak Lin, kamu ada hak karena cincinnya kan milik kamu satu” Ucap Rizal.
“Sudah kamu bawa saja, bolehkah aku bertanya satu hal sama kamu” Ucap Alina.
“Tanya saja” Jawab Rizal.
“Apa semenjak kamu tak menyentuhku lagi, itulah awal kamu berselingkuh dengan Nurma?” Tanya Alina.
“Iya maafkan aku, karena Nurma tak mau tub-uhku terbagi dengan kamu. Maaf juga karena aku selama ini tak pernah mau makan masakan kamu” Jawab Rizal.
“Sudahlah tidak apa-apa, aku paham” Ucap Alina.
“Nanti sore aku ke rumah dengan Nurma juga. Aku harap kamu mau menahan emosi” Jawab Rizal.
“Ya, sudah gak ada yang perlu di bahas kan? Oh ya surat panggilan sidang mungkin akan di kirimkan ke kantor kamu” Ucap Alina.
“Ya kirimkan ke kantor saja” Jawab Rizal dan berlalu meninggalkan Alina di balkon cafe tersebut.
Setelah Rizal pergi, Irma mendekat dan memeluk Alina.
“Sabar Lin, jangan kamu terlihat lemah di depan lelaki macam dia” Ucap Irma.
“Iya Ir, aku sudah melupakan semua kenangan bersama dia. Tapi mendengar kejujurannya tadi entah kenapa terselip sedikit rasa sakit di hati” Jawab Alina,
“Sebagaimanapun kita membencinya, tapi pasti masih ada rasa sakit dan kecewa karena dia pernah singgah di hati kita Lin” Ucap Irma.
“Kamu benar Ir, ya semoga saja Rizal bahagia dengan pilihannya” Jawab Alina.
“Iya dan kamu juga semoga lekas menemukan kebahagiaan kamu sendiri Lin” Ucap Irma.
“Amiin Ir, aku berharap setelah ini hanya ada kebahagiaan di dalam hidupku” Jawab Alina.
“Semangat Alina! Kamu pasti bisa melewati semua ini dengan ikhlas, oh ya Rizal tadi ngapain emangnya?” Tanya Irma.
“Mau ngambil beberapa barang di rumah dari pada beli baru, nanti tinggal di kurangi dari hasil penjualan rumah” Jawab Alina.
“Apa dia gak ada uang buat beli Lin?” Tanya Irma.
“Kayaknya sih lagi bokek dia Ir, Rizal tadi juga mau memberiku uang penjualan cincin nikah tapi aku tolak” Jawab Alina.
“Lah kenapa malah kamu tolak Lin?” Tanya Irma.
“Ya ngapain Ir, lagian itu kan hak dia. Biarlah uang itu di pakai buat beli makananan apalagi mereka habis mengontrak sebuah rumah” Jawab Alina.
“Aaa baik banget sih temenku ini, ayo kita makan lagi. Makanan milik kamu udah datang itu” Ucap Irma.
“Ayolah aku udah laper banget ini, malah kedatangan tamu tak di undang lagi” Jawab Alina.
“Haha mukanya tadi kayak lesu banget gitu” Ucap Irma.
“Iya kayaknya dia lagi pusing gitu” Jawab Alina.
“Dah lah biarin aja jangan urusin dia, ayo kita makan” Ucap Irma dan mulai makan makanan miliknya lagi.
Mereka berdua sama-sama menikmati makanan di depannya, hingga ponsel Alina berdering dan ternyata yang menghubunginya adalah Nurma.
“Siapa Lin kok gak di angkat?” Tanya Irma.
“Nurma, masih males mending aku habisin dulu makanan ini” Jawab Alina.
“Haha kalau telfonan sama dia nanti bikin gak mood makan lagi kan ya” Ucap Irma.
“Bener, habis ini saja aku telfon balik” Jawab Alina dan menghabiskan makanan miliknya.
Setelah sepuluh menitan barulah dia menghubungi Nurma.
[halo ada apa?] Tanya Alina.
[bisa kita ketemu?] Tanya Nurma.
[gak bisa saya lagi kerja, nanti sore saja datanglah ke rumah sama Rizal sekalian ngambil barang- barang yang kalian mau] Jawab Alina.
[apa Rizal sudah bilang sama kamu?] tanya Nurma.
[sudah, kamu mau bahas masalah itu kan?] Tebak Hanum.
[enggak, aku mau bahas hubungan antara kita. Antara ibu dan anak gak ada hubungannya sama Rizal, Lin] Jawab Nurma.
[ibu dan anak? Yakin kita ada hubungan seperti itu] Ucap Alina.
[ya terserah kamu mau anggap aku apa, yang jelas ada hal penting yang mau saya bahas] Jawab Nurma.
[hmm besok saja jam istirahat kantor datanglah ke cafe kamboja yang ada di sebrang kantorku] Ucap Alina.
[oke kita ketemuan disana] Jawab Nurma dan langsung mematikan panggilannya dengan Alina.
Alina menghela nafas panjang dan meletakkan ponselnya di atas meja cafe.
“Kenapa Lin? Ada masalah penting” Ucap Irma.
“Nurma mau ngajak ketemu dan berbicara antara ibu dan anak katanya” Jawab Alina.
“Ibu dan anak kok malah menghancurkan hubungan rumah tangga anaknya! Dasar Nurma aneh” gerutu Irma.
“Haha kan dia emang agak-agak gi-la” jawab Alina.
Lantas mereka berdua menertawakan kekonyolan Nurma.
Seharusnya sih Nurma malu, tapi namanya "muka tembok" jadi biarpun dia yang bikin salah ya..... gak merasa tuh