NovelToon NovelToon
ASI Untuk HOT CEO

ASI Untuk HOT CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:39.4k
Nilai: 5
Nama Author: Arran Lim

Alur cerita ringan...
Dan novel ini berisi beberapa cerita dengan karakter yang berbeda-beda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arran Lim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Seminggu kemudian

Anna akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Kondisinya semakin membaik, wajah pucatnya sudah berganti dengan rona segar meski tubuhnya masih terlihat lemah. Hari itu, suasana rumah keluarga Aditama dipenuhi senyum bahagia. Setelah berbulan-bulan menunggu, akhirnya mereka bisa menyambut Anna kembali di rumah.

Sore itu, ruang makan terasa begitu hangat. Nicholas dengan penuh perhatian duduk di sisi Anna, menyuapi kekasihnya sendok demi sendok. Tangannya tak lupa mengusap sudut bibir Anna dengan tisu setiap kali ada sisa makanan yang tertinggal.

“Nambah lagi nggak, sayang?” tanya Nicholas lembut.

Anna menggeleng pelan, lalu tersenyum. “Udah kenyang, Kak.”

Nicholas mengangguk sambil meletakkan sendok, lalu meraih gelas berisi air putih. “Kalau gitu, minum dulu,” ucapnya sembari mengarahkan gelas ke bibir Anna.

Momen itu membuat Jason yang duduk di seberang mereka tak bisa menahan diri untuk ikut menggoda. Senyumnya lebar, penuh arti. “Mau berapa pun umur Anna, gue bakal tetap ngeliat dia kayak anak kecil. Tapi... gue juga nggak sampai nyuapin dia makan, terus minumnya juga diarahkan segala,” ujarnya sambil terkekeh.

Pipi Anna langsung merona merah. Ia buru-buru menepis tangan Nicholas dengan gerakan malu-malu. Nicholas melirik Jason dengan wajah kesal. “Nggak usah rese deh lo,” balasnya ketus.

Ucapan itu malah membuat semua orang di meja makan tertawa geli, kecuali Anna yang hanya bisa menunduk sambil tersenyum malu.

Di tengah suasana hangat itu, Nyonya Amanda tiba-tiba angkat bicara dengan suara lembut tapi tegas. “Karena kondisi Anna sudah jauh lebih baik... bagaimana kalau kita langsung bicarakan saja soal pernikahan Anna dan Nicholas?”

Suasana meja makan seketika berubah hening. Semua orang saling berpandangan, lalu tersenyum penuh arti.

Mami Tania menimpali dengan senyum lebar. “Ya sudah, kalau begitu kita bicarakan di ruang tengah saja.”

Setelah makan malam selesai, mereka semua bergegas menuju ruang tengah. Suasana terasa lebih tenang, namun juga dipenuhi dengan harapan baru.

Nyonya Amanda membuka pembicaraan. Suaranya lembut, tapi tegas.

“Anna, kamu benar-benar sudah siap, kan?” tanyanya memastikan.

Anna menarik napas dalam, lalu mengangguk penuh keyakinan. “Aku siap menikah sama Kak Nicholas. Aku sudah tahu bagaimana perasaan Kak Nicho selama ini, dan aku menghargainya. Setelah tahu kalau dia tetap memilih aku selama bertahun-tahun, aku merasa nggak ada alasan buat menolak.”

Nicholas menatapnya dengan senyum yang sulit disembunyikan. Tangannya menggenggam tangan Anna erat-erat, seolah ingin menyalurkan semua rasa bahagianya lewat sentuhan itu.

Kali ini giliran Nicholas yang bersuara. “Tante, Om, Jason... kalian nggak perlu khawatir. Aku janji bakal jaga Anna sebaik mungkin. Kalian tahu sendiri bagaimana aku selama ini. Jadi aku harap nggak ada lagi keraguan di hati kalian.”

Papi Aditama, Mami Tania, dan Jason saling pandang, lalu tersenyum. Mereka mengangguk bersamaan. “Iya, kami percaya sama kamu,” ucap mereka hampir serempak.

Nyonya Amanda menepuk tangannya pelan, menandai dimulainya tahap baru. “Kalau begitu, mari kita mulai membicarakan hari baik untuk Nicholas dan Anna.”

Suasana ruang tengah langsung berubah lebih hangat. Mereka semua menunduk menatap kalender yang dibentangkan di meja, saling memberi usulan, sementara Anna dan Nicholas duduk berdampingan dengan wajah bahagia yang tak bisa disembunyikan.

Setelah berdiskusi, merekapun selesai memutuskan tanggal pernikahan Nicholas dan Anna. Keduanya akan menikah 1 bulan lagi.

********

Keesokan harinya, Anna ikut Nicholas pergi ke kantor. Meski ia tahu Nicholas pasti tidak akan mengizinkannya bekerja kembali, Anna tidak keberatan. Ia hanya ingin melepas rasa rindunya pada tempat yang dulu menjadi bagian besar hidupnya, kantor yang setahun terakhir ini mengajarinya banyak hal.

Sesampainya di ruang kerja, Nicholas menatap Anna penuh sayang. “Aku meeting dulu ya, Sayang. Kalau butuh sesuatu, langsung panggil OB saja,” ucapnya lembut.

Anna mengangguk sambil tersenyum. “Iya.”

Nicholas kemudian mengecup kening dan bibirnya sebentar sebelum melangkah keluar menuju ruang rapat.

Satu jam berlalu. Anna mulai merasa bosan. Matanya semakin berat karena kantuk yang menyerang. Akhirnya, ia memutuskan masuk ke kamar kecil yang memang berada di dalam ruang kerja Nicholas.

Saat melangkah masuk, senyum tipis muncul di wajahnya. Pandangannya tertuju pada sebuah foto dirinya yang terpajang rapi di atas nakas. Ini bukan pertama kali ia masuk ke kamar itu, tapi entah mengapa kali ini ia benar-benar memperhatikan sekeliling. Ada begitu banyak barang-barang pribadinya di sana—hal kecil yang membuat Anna sadar betapa besar perhatian Nicholas padanya.

Dengan hati yang hangat, Anna merebahkan tubuh di atas kasur. Aroma maskulin khas Nicholas langsung menyergap penciumannya, wangi lembut namun memabukkan. Senyum bahagia kembali mengembang di bibir Anna. Ia memeluk bantal guling erat-erat, seakan memeluk sosok Nicholas itu sendiri.

Tak lama kemudian, matanya terpejam, dan Anna pun hanyut ke dalam alam mimpi, dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

*******

2 Jam Kemudian

“Eυυηηgghh... ααhhh...” Anna melεηgυh kala merasakan rasa geli di αrεα κεωαηitααηηγα. Rasa geli itu semakin terasa membuat dεsαhαη Anna semakin kuat.

Anna membuka paksa matanya, hingga pandangannya langsung tertuju pada sang pria yang tengah asik mέήjilαtί lύβαηg κεηiκmαtαηηγα.

“έυυηηgghhh k-kak...” dεsαh Anna sembari meremat rambut Nicholas pelan.

Nicholas mendongak menatap kekasihnya tanpa berhenti mεηgυlυm dan mεηγεsαρ ναgίηα sang kekasih.

“Eeunggghhh... έέύύυnnmmm... άάhhh...” desah Anna kuat kala Nicholas mέmάsυκκαη lίdαhηγα ke ιυβαηg κεηίκmαtαηηγα.

“KAAKKKK!!!!!” pekik Anna kencang, pϊηggυlnya bergetar hebat dan tak lama cαirαηηya merέmβέs kelύάr meηgεnάi wajah Nicholas.

Anna terengah-engah, matanya berkaca-kaca.

“Kakak nyebelin.” rengek Anna kesal.

Nicholas terkekeh sembari mengambil tisu basah dan membersihkan wajahnya serta membersihkan mίlίκ sang kekasih. “Siapa suruh tidurnya sambil ηgαηgκαηg, dalέmαη sampai kelihatan. Aku kan jadi ga tahan pengin nyίcίp sayang. Seperti biasa ρυηγα kamu selalu εηακ, manis banget rasanya.” ucap Nicholas sembari mεηgεlυs mίlίκ sang kekasih membuat Anna kembali mεηdεsαh.

Nicholas naik keatas kasur, sedikit menindih tubuh Anna. Ia lalu melabuhkan kecupan bertubi-tubi di bibir wanitanya.

“Enak, kan?” goda Nicholas membuat Anna mendengus kesal.

Anna merasa ada yang mengganjal diantara pahanya, dan ia sadar jika itu mίlίκ Nicholas yang menggembung dibalik cέιαηα.

“Akhhh baby.” dεsαh Nicho, kala sang kekasih mεrεmαs mίιίκηγα.

“Aku pengin lihat kak,” ucap Anna dengan wajah yang memerah.

“No baby, nggak sekarang. Kalau kamu mainin dia, yang ada aku bakal gεηjοt kamu sekarang.” ucap Nicholas frontal.

Wajah Anna memerah, “Kakak udah sering liat punγα aku, bahkan kakak udah berulangkali jίlαt, masa aku mau liat punya kakak aja ga boleh.”

“Beneran mau liat, kalau aku hilang kendali terus ηgέωέ kamu sekarang, gimana?” ucap Nicholas dengan suara rendahnya.

Anna mendengus, “yaudah nanti aja.” gerutunya.

Nicholas tersenyum lalu mengecup bibir sang kekasih. Lalu mεmαsuκκαη tangannya kedalam baju Anna dan meηγεηtυh ραγυdαrά Anna, Nicholas mέmbύkα kαitαη βrα Anna lalu menyiηgκαρ bάjύ Anna hingga ραγυdαrα indah itu terekspos.

“Asϊ kamu masih keluar ga sayang?” tanya Nicholas sembari mengecup kedua pυtίηg ραγυdαrα berwarna merah muda itu.

“Kakak mέsύm banget,” gerutu Anna sembari mengelus pipi Nicholas.

Nicholas terkekeh, “Kamu yang buat aku kayak gini, baby. Kamu ga tau apa aku udah nahan dari lama banget.”

Anna tersenyum kecil lalu mengecup bibir Nicholas. “Iya iya... Sekarang bantuin aku ngeluarin αsί, dada aku udah mulai sakit ini.”

Nicholas tersenyum lalu mengangguk dan ia pun langsung melαhαρ ρυtίηg Anna dan mεγεsαρηγα dengan lembut.

1
Arbaati
sampai sini belum ada kabar si sopir yg dulu katanya sama" krisis.
Niken Dwi Handayani
Leo ember ach
Maya Lara Faderik
🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!