Om Puas Aku Lemas

"Pilihlah, apa yang kamu mau," kata Om Bobby pada Ariel ketika mereka berada di toko mas yang kebetulan masih buka sore ini.

"Aku bingung, Om. Om saja ya yang pilihkan," jawab Ariel.

Om Bobby lalu memilih beberapa model perhiasan, mulai dari kalung, gelang dan cincin. Untuk cincin, Om Bobby membeli sepasang, untuknya dan untuk Ariel. Kalung dan gelang yang dipilihkan Om Bobby adalah model terbaik yang dimiliki oleh toko emas tersebut.

"Ada logam mulia tidak?" tanya Om Bobby pada karyawan toko mas.

"Ada, Pak. Mau yang berapa gram?" tanya balik karyawan toko mas tersebut.

"Yang 25 gram saja ... saya ambil dua ya!" pesan Om Bobby.

"Ada lagi yang mau kamu beli tidak?" tanya Om Bobby pada Ariel.

Ariel menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ssudah cukup, Om."

Om Bobby senang dengan sikap Ariel yang tidak suka mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ariel membebaskan Om Bobby memilih perhiasan yang akan dibeli sebagai mahar tanpa menuntut ini dan itu. Saat ditawari untuk membeli lagi pun Ariel menolak. Jarang ada perempuan seperti Ariel.

Sebelum pulang, Om Bobby mengajak Ariel membeli sebuah kebaya beserta kainnya untuk akad nikah besok. Om Bobby juga membelikan alat-alat make up untuk Ariel. Andai pasar yang ada di dekat rumah Ariel lebih lengkap, mungkin Om Bobby akan membeli perlengkapan lain untuk menyenangkan hati Ariel.

Selesai berbelanja di pasar, Om Bobby mengajak Ariel dan Galang untuk makan dulu karena perutnya lapar. Galang terus menempel pada Om Bobby dan tak mau digendong oleh Ariel sama sekali. Anak itu bahkan mau makan banyak saat disuapi oleh Om Bobby, padahal sebelum Om Bobby datang, Ariel membujuknya untuk makan saja selalu ditolak.

"Tuh, manja deh kalau sama Om Bobby. Kalau sama Mama makannya sedikit, kalau sama Om makannya banyak. Galang manja banget nih!" Ariel mencubit pipi anaknya dengan gemas.

Galang mengacuhkan Ariel. Ia Asyik bermain dengan Om Bobby yang menyuapinya dengan sabar. Ariel terus menatap pemandangan indah di depannya. Lelaki tampan yang dengan sabar begitu menyayangi anaknya, bahkan Om Bobby tak masalah mereka makan di lingkungan pasar bukan di restoran mahal.

Ariel merasa bersyukur sekali mengenal Om Bobby. Rasa syukurnya semakin bertambah karena mereka akan segera menikah. Sebenarnya, Ariel agak sedih karena hanya akan dinikahi secara sirih namun bagi Ariel, sudah menikah dengan Om Bobby saja merupakan sebuah keberuntungan untuknya. Ia tak mau serakah dan mengharap yang lebih dari itu. Ariel sadar diri, siapa dirinya.

Mereka kembali ke rumah saat malam tiba. Kedua orang tua Ariel bertanya kenapa begitu lama mereka berada di pasar, barang belanjaan Ariel menjadi buktinya. Banyak sekali yang dibelikan Om Bobby pada Ariel dan Galang. Bapak Ariel yang semula bersikap ketus dan tegas, kini melihat kesungguhan yang dimiliki oleh Om Bobby untuk menikahi anaknya. Om Bobby pun dipersilahkan untuk makan malam bersama dengan menu seadanya.

Selesai makan, Om Bobby pun diantar ke kamar adiknya Ariel, Yoga. Malam ini Om Bobby akan tidur bersama Yoga. Yoga sudah tahu siapa Om Bobby. Malaikat yang sudah menolongnya terlepas dari masalah akibat kenakalannya waktu itu. Merasa malu akan kesalahannya, Yoga lebih banyak diam.

Om Bobby yang sudah kelelahan seharian memilih untuk tidur cepat sehabis membersihkan tubuhnya. Rasanya lelah sekali hari ini namun ia bahagia bisa bertemu lagi dengan Ariel dan Galang. Tidurnya lelap dan tak terasa hari sudah berganti pagi saja. Udara sejuk dan suara katak yang ramai menambah lelap tidurnya.

Hari ini rencananya Om Bobby dan Ariel akan menikah. Bapak Ariel sudah menghubungi penghulu yang kebetulan rumahnya tak jauh dari rumah mereka. Ibu Ariel pun mempersiapkan acara pernikahan yang serba dadakan tersebut. Ibu memotong beberapa ekor ayam peliharaannya untuk dimasak dan dibagikan ke tetangga sebagai wujud rasa syukur.

Ariel mengenakan kebaya yang kemarin Om Bobby diberikan. Ia memoles wajahnya dengan make up agar terlihat makin cantik. Ariel mau hari ini ia terlihat istimewa, meskipun ini bukan pernikahannya yang pertama.

Acara pernikahan pun berlangsung dengan lancar dan tanpa kendala berarti. Ariel begitu senang saat Om Bobby menyematkan cincin emas di jari manisnya. Ia tak menyangka, dirinya akan menikah dengan Om Bobby, lelaki tampan yang sudah banyak membantu hidupnya.

Karena tak bisa berlama-lama meninggalkan perusahaannya, Om Bobby pun langsung memboyong Ariel dan Galang untuk pulang ke Jakarta. Berbagai wejangan pun diberikan kepada Om Bobby dari bapak dan ibu Ariel. Mereka berharap Om Bobby akan mencintai dan menyayangi anaknya dengan tulus dan rumah tangga Ariel dan Om Bobby akan bahagia dan langgeng selamanya.

Om Bobby mengemudikan mobilnya dengan hati riang. Galang yang sejak tadi terus mengoceh dan sesekali bernyanyi membuat suasana selama di perjalanan sangat riang. Anak kecil itu mengekspresikan kebahagiaannya lewat lagu. Suaranya yang tak jelas kadang membuat Om Bobby tertawa terpingkal-pingkal dengan ulahnya.

Ariel pun senang karena hari ini ia sudah resmi menjadi istri Om Bobby. Mereka seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia. Om Bobby sudah menjadi suaminya dan Galang kini bisa tetap dekat dengan Om Bobby.

Ariel menatap Om Bobby yang terlihat amat bahagia bisa membawa mereka pulang ke Jakarta. Mulai kini Ariel tak perlu takut lagi selama berada di rumah Om Bobby. Ia kini istrinya, orang yang berhak atas Om Bobby seutuhnya.

"Mulai malam ini, kita bisa tidur bersama ya, Riel," kata Om Bobby sambil malu-malu.

Ariel tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya. Aku jadi punya dua bayi lagi deh. Galang dan Om."

Om Bobby melirik ke arah Galang yang kini sudah tertidur pulas karena kelelahan sehabis mengoceh seharian. "Riel, maaf ya, mungkin aku enggak bisa menafkahi kamu secara batin. Kamu tahu sendiri bagaimana keadaanku."

"Aku mengerti kok, Om. Kita terus mencoba ya. Aku yakin suatu hari nanti, Om akan sembuh," kata Ariel dengan penuh keyakinan.

"Iya, aku juga yakin kalau aku akan sembuh. Kamu bantu aku terus ya!"

"Tentu, Om. Aku akan usaha sampai milik Om bisa perkasa lagi seperti dulu!"

Om Bobby tertawa mendengar jawaban Ariel. "Sok tahu kamu! Kayak pernah lihat saja!"

"Pernah dong! Waktu itu 'kan aku lihat kalau punya Om sempat berhasil berdiri tegak, sayang cuma sebentar lalu loyo lagi. Kayaknya, Om harus mendapat lebih banyak sentuhan deh di area inti itu," kata Ariel dengan nada menggoda.

"Nakal ya kamu! Kalau begitu bagaimana kalau malam ini kita langsung coba?"

"Boleh. Siapa takut? Aku siap loh melayani suamiku dengan sepenuh hati!" jawab Ariel sambil tersenyum menggoda.

"Wah, aku ditantangin balik nih. Aku jadi enggak sabar Bagaimana kalau kita buatkan tempat tidur khusus untuk Galang agar dia tidak mengganggu aktivitas kamu dan aku?"

"Aku sih setuju saja. Pokoknya, aku mau adil membagi waktuku untuk Galang dan kamu, Om. Aku mau Om puas, tak apa aku yang lemas."

****