Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke Setelan Pabrik
Sepanjang hari ini Arlan terus menemani Maysha dan tidak meninggalkannya lebih dari 30 menit. Tadi ia hanya ke kamar ujung untuk mandi dan ganti baju. Setelah itu ia kembali ke kamar Maysha dan menjaganya.
Sekarang lelaki itu sedang berada di dapur dan membuat susu untuk Maysha. Susu rasa cokelat pun menjadi pilihannya. Ketika membawa segelas susu dan meletakkan ke meja, Maysha menatapnya sedikit heran.
“Kamu tahu dari mana aku suka susu cokelat?” tanya Maysha. Bukankah setahunya ingatan Arlan belum pulih?
“Aku hanya menebak,” jawab Arlan santai. “Memang benar ya kamu suka susu cokelat?”
Maysha memilih anggukan kepala sebagai jawaban. Arlan membantunya untuk bangun dan meminum susu hangat itu. Maysha merasa lebih baik setelahnya.
“Kamu tidak kembali ke kamar Laura? Nanti dia pasti akan marah kalau kamu di sini terus.”
“Aku sudah transmigrasi ke kamar ujung,” jawab Arlan santai.
Laki-laki itu kemudian membenarkan bantal agar istrinya dapat berbaring dengan nyaman. Sepanjang malam Arlan menemani maysha. Ia sendiri memilih tidur di kursi karena jika berbaring di tempat tidur yang sama, ia takut akan lepas kendali.
Maysha terlalu menggoda untuk diabaikan dan lovebird nackal milik Arlan itu benar-benar akan bereaksi jika berada di dekat Maysha.
Arlan hanya berani mencuri ciuman di kening saat Maysha sudah benar-benar lelap.
*
*
*
Pagi hari Maysha disambut dengan pemandangan mengejutkan. Arlan tampak sudah rapi dengan setelan pakaian kerja. Sebelum berangkat ia membawa sarapan untuk Maysha. Tadinya ia ingin menyuapi, namun Maysha menolak karena merasa tubuhnya sedikit lebih baik.
Akhirnya Arlan menyerah dan tidak memaksa. Ia menuju dapur dan melihat Bik Wiwin yang sedang membersihkan dapur.
“Bik, titip Maysha, ya. Jangan biarkan Laura masuk ke kamarnya,” perintah Arlan.
Bik Wiwin sempat terheran mendengar perintah sang majikan. Tetapi, ia ikut senang jika memang Arlan bisa bersikap tegas terhadap Laura dan lebih adil dengan Maysha.
Sejak kemarin Arlan juga memutuskan untuk pindah ke kamar ujung. Tentu saja itu adalah berita bagus, kecuali bagi Laura.
“Baik, Den.”
“Kalau ada apa-apa cepat lapor ke saya. Bibi ada nomor saya sama nomor kantor, kan?”
“Ada, Den. Saya akan laporkan kalau ada apa-apa.”
Arlan bernapas lega dan bisa tenang meninggalkan Maysha di rumah. Ia menduga bahwa Laura mungkin akan menyerang atau mengganggu Maysha. Karenanya ia meminta Bik Wiwin untuk mengawasi Maysha dan melaporkan jika terjadi sesuatu.
Laki-laki itu berjalan cepat menuju parkiran. Pagi-pagi sekali ia sudah menghubungi Andre dan memintanya datang ke kantor lebih awal.
“Saya mau bawa mobil sendiri,” ucapnya ketika Pak Udin hendak naik ke mobil. Ia duduk di kursi kemudi dan melajukan mobil meninggalkan halaman rumah.
Sementara Laura menatap di balik jendela kamarnya. Laura kembali dibuat bertanya-tanya. Selama ini Arlan memiliki trauma dalam menyetir. Tetapi, pagi ini ia melihat sendiri Arlan mengemudikan mobilnya sendiri.
“Bagaimana Mas Arlan bisa bawa mobil sendiri padahal selama ini dia trauma? Apa satu hari bersama Andre bisa membuat mas Arlan lupa dengan traumanya?”
*
*
*
Mobil yang dikemudikan Arlan memasuki halaman kantor. Seorang petugas keamanan menyambut dengan membungkuk hormat.
Arlan langsung masuk setelah menyerahkan kunci mobil dan memerintahkan salah satu dari petugas keamanan memarkir mobilnya.
Sepasang mata lelaki itu menyala saat melihat beberapa staf sedang asyik mengobrol pagi itu. Karena asyiknya mengobrol, mereka sampai tak menyadari kehadiran sang bos tepat di belakang mereka.
“Aku dengar Pak Arlan kembali bawa istri muda. Kasihan Bu Maysha. Padahal sudah lama menunggu,” ucap salah satu staf wanita.
“Iya, aku juga dengar begitu. Tapi katanya istri muda Pak Arlan itu cantik, loh,” balas staf lainnya.
“Oh ya, cantik mana sama Bu Maysha?”
“Ehm!” Suara deheman berat Arlan berhasil membuat para staf itu terlonjak. Mereka langsung menunduk saat menyadari siapa yang ada di hadapan mereka sekarang.
“Kalian digaji untuk bekerja, bukan untuk bergosip!” tegur Arlan.
Tak ada yang berani mengangkat kepala untuk sekedar menyahut. Teguran itu saja sudah mampu membuat wajah mereka terlihat pucat bak mayat hidup.
“Ba-baik, Pak. Kami minta maaf,” salah satu staf laki-laki memberanikan diri menyahut.
Arlan tak banyak bicara. Ia segera meninggalkan beberapa staf menuju lift.
“Sepertinya Pak Arlan sudah kembali ke setelan pabrik, deh,” ucap salah satu staf sambil mengusap dada.
...****...