Di khianati adik tiri dan pacar nya, Airin langsung memilih seorang Pria secara acak hari itu. Tanpa ia tahu, Pria itu adalah seorang narapidana yang sedang menghadiri sebuah acara penting. Airin pun terjebak. Ia tak bisa menghindar dan terpaksa menikah dengan laki-laki itu.
Bagaimana kah kehidupan Airin setelah menikah dengan seorang narapidana? Akan kah ia bertahan atau kah ia harus menyerah?
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Airin tiba di tempat favoritnya di masa kecil. Tempat itu adalah taman yang menjadi tempat bermain ketika masa kecil nya. Dulu, setiap hari libur, Ayah nya akan membawa nya bermain.
Saat itu, hanya ada mereka berdua. Karena Ayah nya belum menikah dengan Ibu nya Meta. Hanya Airin dan Ayah nya yang menghabiskan waktu mereka di sana.
"Sudah lama?" Tanya Airin pada Ayah nya. Beliau ada di sana dan duduk di sebuah bangku yang ada di taman. Bangku itu masih sama. Hanya warna cat nya saja yang sudah berubah.
"Baru saja duduk di sini."
"Aku kira, Ayah sudah lupa sama tempat favorit kita dulu."
"Airin. Ayah masih sama seperti yang dulu. Kamu saja yang berubah dan menjaga jarak sejak menikah."
"Sudah lah. Apa yang Ayah inginkan dari ku saat ini? Apa ini tentang Meta?"
"Airin."
"Ayah tak perlu menjelaskan apapun. Aku mengerti. Ayah bisa melakukan segala nya jika itu menyangkut anak kesayangan ayah itu. Aku, sudah belajar mengalah sejak dahulu."
"Airin. Maafkan Ayah. Tapi, adik mu."
"Semenjak dia berkhianat, dia bukan lagi adik ku."
"Airin. Maafkan adik mu kali ini saja. Dia juga korban dari laki-laki brengsek itu."
"Korban? Dia bahkan begitu bahagia karena bisa merebut calon suami ku, Ayah. Apa Ayah lupa? Sejak Ayah dan Mama nya Meta menikah, Ayah bahkan tak pernah lagi pergi ke makam Ibu kandung ku."
"Kenapa kau membahas masa lalu. Jika kamu tidak mau membantu, tidak perlu bahas hal yang tidak penting."
Mata Airin membelalak sempurna saat mendengar kan apa yang dikatakan oleh Ayah nya itu. Ia tak menyangka jika Ayah nya bisa mengatakan hal itu.
"Tidak penting? Lalu, apakah Meta dan Ibu nya yang lebih penting saat ini? Oke. Aku pergi. Urus saja urusan kalian. Karena bagi ku, kalian tidak penting."
Airin bahkan berjalan pergi dari hadapan Ayah nya, tanpa menoleh lagi. ia mengira, jika ia masih bisa berdamai dan memaafkan Ayah nya atas apa yang telah terjadi.
Namun Ayah nya Meta itu, entah mengapa malah membuat lu-ka baru di hati Airin. Untuk apa lagi Airin berlama-lama di sana. Lebih baik ia pergi dan melupakan segala masa lalu.
Airin berjalan cepat menuju mobil nya. Di sana, bodyguard nya sudah menunggu. Tadi ia tak mengizinkan bodyguard nya untuk ikut.
Ia mengira, Ayah nya akan datang ke sana karena merindukan diri nya dan masa lalu mereka. Tapi nyata nya, semua untuk Meta.
Ayah bahkan sangat tega membahas tentang Meta di tempat penuh kenangan yang mereka alami di masa lalu.
"Bu Airin, kita kemana?"
"Kita pulang."
"Bagaimana dengan rapat?"
"Aku tidak mood."
"Baik."
Supir langsung mengantarkan Airin pulang. Mereka selalu mendengar kan perintah Airin. Karena Leo dan juga Nyonya Lina sudah berpesan seperti itu.
Airin tiba di rumah mertua nya. Karena memang beberapa saat ini ia tinggal di sana. Leo sedang mengurus sesuatu dan Leo tak ingin Airin sendirian di apartemen nya.
"Bu, kita sampai."
"Aku akan turun sebentar lagi."
"Baik."
Supir dan juga bodyguard Airin turun dan masuk ke dalam rumah mencari Nyonya Lina. Mereka berencana untuk mengatakan pada Nyonya Lina tentang Airin.
Tidak lama kemudian, Nyonya Lina pun keluar dan mencari menantu nya itu. Tampak wajah nya begitu khawatir.
"Airin. Ada apa, nak? Sini sama Ibu."
Suara lembut Ibu mertua nya membuat Airin langsung menangis. Ia bahkan tak bicara dan terus menangis sesenggukan.
"Ibu. Ibu. Ibu."
"Iya, nak. Sini sama Ibu."
Nyonya Lina membantu Airin keluar dari mobil dan langsung memeluk menantu nya itu. Ia tepuk pelan punggung Airin.
"Sudah lah. Jangan menangis. Ada Ibu di sini. Kamu anak Ibu. Kalau ada apa-apa, katakan saja pada Ibu."
"Bu, Airin bukan anak kandung Ibu. Tapi kenapa ibu begitu baik dan sayang dengan Airin. kenapa, Ayah tidak bisa seperti Ibu."
"Sudah. Jangan menangis lagi. Lupakan saja laki-laki tak bertanggung jawab itu. Sekarang kamu adalah anak Ibu. Airin, kalau kamu rindu Ibu mu, besok kita ke makam nya."
"Terima kasih, Bu."
Nyonya Lina menghapus air mata Airin dan membawa nya masuk. Tidak lupa ia memberikan dua jempol nya pada supir dan juga bodyguard nya Airin.
Karena mereka berdua, Nyonya Lina bisa dengan cepat membujuk Airin dan bisa membawa nya masuk.
Entah mengapa, Nyonya Lina begitu menyayangi Airin. Padahal Airin hanya lah menantu nya. Tapi ia, menyayangi Airin seperti anak kandung nya sendiri.
"Airin, kita makan dulu. Kamu pasti lapar."
Nyonya Lina tahu, jika tadi Airin begitu senang karena Ayah nya mengajak bertemu di tempat penuh kenangan antara mereka berdua.
Nyonya Lina pun mengira Airin dan Ayah nya akan berbaikan dan makan siang bersama. Tapi siapa sangka, Airin masih terlalu berharap. Di mata laki-laki itu, hanya Meta dan Meta saja.
"Makasih, Bu. Airin lapar sekali."
Airin pun makan. Namun, saat ia baru makan satu suap, tiba-tiba saja ia muntah. Dan hal itu pun bukan sekali.
Nyonya Lina ketakutan saat melihat menantu nya yang tiba-tiba saja tidak bisa makan apapun. Ia panik dan langsung menghubungi Leo yang sedang bertugas.
Wajah Airin memucat. Ia langsung di bawa masuk ke dalam kamar. Dokter keluarga yang selalu siap, langsung di panggil ke kediaman itu.
"Bu, apa yang terjadi dengan Airin? Mengapa tiba-tiba saja ada dokter? Apa ayah nya melakukan sesuatu pada istri ku?"
Wajah Leo mulai memerah. Ia seperti sedang menahan amarah saat itu. Walaupun ia tak ada di sisi Airin, tapi ia bisa tahu apa saja yang dilakukan Airin selama ini.
Seperti itu lah cara Leo tahu apa yang menjadi kesukaan Airin sejak dulu. Ia terus menguntit wanita yang saat ini sudah menjadi istri nya.
"Dok, bagaimana keadaan Airin?"
"Tak perlu khawatir. Seperti nya Airin sedang mengandung."
"Apa? Mengandung? Aku akan jadi nenek?"
"Tentu, Nyonya Lina. Dan Tuan Leo akan menjadi seorang Ayah."
dasae manusia tak tau blas budi masih sj menyalahkan
terua saja di perbudak oelh ayah kandung sndri dan ibu tiri
wis kok yo g melek matane sih