Wan Yurui terbangun kembali saat usianya masih belia. Ingatan di dua kehidupan itu melekat kuat tidak bisa di hilangkan. Satu kehidupan telah mengajarinya banyak hal. Cinta, benci, kehancuran, kehilangan, penghianatan dan luka.
Di kehidupan sebelumnya dia selalu diam di saat takdir menyeretnya dalam kehampaan. Dan sekarang akankah semua berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyerahan dekrit pernikahan
Setelah penyerahan dekrit pernikahan juga surat resmi pernikahan. Yu Xiao dan Wan Yurui bangkit dari lantai menerima kedua surat yang selalu mereka nantikan.
Pangeran ketujuh Yun Weisheng menatap wanita cantik yang telah meluluhkan hati Panglima Yu. "Anda pasti Nyonya Wan!"
Wan Yurui memberikan salam dengan sedikit merendahkan tubuhnya untuk beberapa detik. "Pangeran ketujuh, saya Wan Yurui."
"Pantas saja adik sepupu sangat terburu-buru." Melirik kearah Yu Xiao. "Ternyata." Menutupi senyumannya dengan kipas bambu bermotif daun bambu hijau.
Sindiran itu membuat Yu Xiao menyembunyikan ekspresi malunya.
"Kali ini aku datang tidak hanya untuk menyambut pernikahanmu. Aku juga membawa pesan dari Ayahanda." Pangeran ketujuh Yun Weisheng merangkul pundak Yu Xiao lalu menariknya keluar dari ruangan. "Kamu pasti juga sudah paham mengapa Ayahanda sangat menentang pernikahan ini. Istrimu keponakan dari Perdana menteri Zhi Dao. Dia salah satu orang yang selalu menjadi ketakutan di balik kekuasaan. Apa lagi kekuatannya telah pulih seutuhnya setelah perang dengan Kekaisaran Jing. Tanpa persetujuan dari Ayahanda kamu tidak akan bisa bergerak dari perbatasan timur. Sekali saja kamu lakukan pergerakan tanpa izin. Hukum penggal akan di jalankan."
"Aku tahu," saut Yu Xiao santai.
Pangeran ketujuh mengerutkan dahinya. "Demi cinta kamu bahkan membuat pembatas untuk hidupmu sendiri." Memberikan dua jempol tangannya.
"Aku hanya merasa. Jika melewatkan dirinya kali ini. Tidak akan ada lagi kesempatan yang aku miliki." Menatap langit siang dengan gerombolan awan yang menyebar. "Ada hal lain yang ingin kamu katakan?" Yu Xiao memperhatikan Pangeran ketujuh Yun Weisheng.
"Menteri perdamaian Ning Geng dari Kekaisaran Jing juga datang. Beliau ingin membahas perdamaian lintas jalur timur dua Kekaisaran," ujar Pangeran ketujuh Yun Weisheng. "Saat ini beliau masih berada di kota Song."
Yu Xiao mengangguk mengerti. Selang beberapa detik saja perhatiannya telah di alihkan kearah gadis muda yang baru saja turun dari kereta. "Kamu juga membawanya."
Pangeran ketujuh Yun Weisheng menyunggingkan bibir sampingnya. "Eh, ya."
Hela nafas malas terdengar dari Yu Xiao.
"Kenapa? Kamu tidak menyambut kedatanganku." Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu berjalan santai dengan wajah terangkat memberikan kesan angkuh.
"Huh." Yu Xiao mendengus.
"Dia sudah meminta izin kepada Ayahanda. Aku tidak bisa berbuat apa-apa," bisik pelan Pangeran ketujuh Yun Weisheng.
Gaun berwarna putih salju bertabur manik permata bersinar indah di bawah cahaya matahari. "Bagaimana pun juga aku pernah memiliki hubungan spesial denganmu. Kenapa sikapmu selalu dingin kepadaku." Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu mengaitkan kedua tangannya di dada. Dia mengalihkan pandangannya kearah wanita cantik yang keluar dari dalam tenda utama. "Dia?"
Wan Yurui melangkah tenang menatap tanpa gangguan. Dia memberikan hormat kepada Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu. "Tuan putri."
Kedua pasang mata menatap penuh perhitungan.
"Kekasih lama dan baru. Cukup menegangkan," Kipas bambu di ayunkan cukup kuat kearah wajahnya. Pangeran ketujuh Yun Weisheng mendekatkan dirinya kearah Yu Xiao. "Apa kamu tidak takut istrimu kabur karena adik ketiga belas?" Tatapan mematikan langsung tertuju kearahnya. "Ehem." Sedikit menjauh.
Yu Xiao segera menghalangi Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu yang tengah berjalan mendekati istrinya. Dia menatap dingin. "Pertunangan hanya sekedar nama. Dari mana datangnya hubungan spesial yang kamu maksudkan!"
Tuan putri ketiga belas memiringkan tubuhnya agar bisa tetap melihat wanita yang tengah di lindungi suaminya. "Kakak perempuan, tidak seharusnya kamu menikah dengan pria dingin ini. Lihatlah wajahnya sangat menyebalkan. Aku benar-benar bersyukur pertunangan kita bisa di putuskan. Minggir..." Mendorong Yu Xiao agar tidak menghalangi jalannya. Tuan putri ketiga belas meraih tangan wanita di hadapannya. "Kakak perempuan sangat cantik. Tubuhmu bahkan di rawat dengan sangat baik." Menarik pergi wanita di depannya menjauh dari kerumunan.
Wan Yurui juga tidak melawan. Dia mengikuti setiap langkah gadis muda itu.
"Perawatan apa yang kakak perempuan lakukan? Kulitmu terasa kenyal juga lembut dan segar." Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu terus mengelus tangan Wan Yurui tanpa sungkan.
"Hanya memakai pelembab kulit seadanya," saut Wan Yurui.
"Benarkah? Kenapa bisa sebagus ini." Gadis muda itu terus berbicara tanpa henti. "Kakak perempuan, kenapa kamu mau menikah dengan orang seperti dirinya." Menengok kebelakang menatap dengan sinis kearah Yu Xiao. Sedetik setelahnya dia memalingkan wajahnya kembali. "Aku saja bosan melihat wajah kaku itu."
Wan Yurui tersenyum lepas mendengar ucapan gadis muda yang mudah akrab dengan siapa saja. Bahkan dengan orang yang baru ia kenal.
Sedangkan Yu Xiao terus memperhatikan kemana Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu akan membawa istrinya pergi. "Kelakuannya hanya akan membawa pengaruh buruk kepada istriku."
"Hahah... Tenang saja. Adik ketiga belas tidak akan berani membawa istrimu dalam keburukan," kata Pangeran ketujuh Yun Weisheng santai.
Yu Xiao menatap malas lalu melangkah pergi.
Di ruangan tenda tamu Wan Yurui terus berbincang dengan Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu tanpa henti. Gadis itu sangat energik dan ceria. Setiap perkataannya selalu dapat membuat Wan Yurui tertawa tanpa henti.
Satu ketika, Tuan putri ketiga belas memperhatikan arah luar melalui pintu yang terbuka sedikit. "Ah, aku sampai lupa tujuan awalku."
"Ada apa?" Tanya Wan Yurui.
"Aku datang kesini karena ingin melihat seseorang. Tujuan pertama melihat dia dan tujuan kedua tentu melihat istri pria menyebalkan itu," ujar Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu. "Kakak perempuan, ayo."
Wan Yurui di tarik keluar begitu saja.
Seorang pelayan wanita datang. "Tuan putri, dia ada di sungai."
Wajah Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu seketika berseri. "Sudah lama aku tidak melihatnya." Berlari penuh semangat sembari terus menggenggam tangan Wan Yurui.
Sesampainya di pinggiran sungai gadis itu berhenti di antara semak belukar. Dia menatap pria yang selalu ia rindukan. "Dia sangat tampan. Tubuhnya bahkan sangat bagus."
Wan Yurui hanya melihat sekilas lalu memalingkan wajahnya. "Tuan putri, ini tidak pantas. Jika sampai ada orang yang melihat kita ada di sini. Nama baik kita berdua tidak lagi bisa di pertahankan."
"Hanya sebentar saja. Tidak akan ada yang melihat kita. Kakak perempuan, tunggu sebentar. Aku ingin melihatnya lebih lama lagi," ujar Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu penuh kesenangan. Binar di kedua matanya bahkan semakin jelas. Dia terus menatap kearah sungai yang di penuhi prajurit laki-laki. Semua prajurit berendam sebatas pinggan dan tanpa kain yang menutupi tubuh bagian atas mereka. "Hui An." Teriakan itu membuat Wan Yurui dan semua orang yang ada di sungai terkejut.
Pengawal Hui An melihat kearah suara. Kedua matanya hampir lepas melihat Tuan putri ketiga belas dari kejauhan. "Tenggelamkan semua badan," perintahnya.
"Baik."
Semua prajurit yang tengah mandi langsung menyelamkan tubuh mereka sebatas leher. Hanya kepala mereka yang masih terlihat di permukaan air sungai.
Wan Yurui merasa udara dingin menyergap punggungnya dengan kuat. Saat dia melihat kearah belakang, "Suamiku. Aku tidak melihatnya. Hanya menemani Tuan putri ketiga belas. Aku bersumpah," ujarnya gugup.
Tatapan Yu Xiao sangat dingin dan tajam. Bahkan dapat membuat atmosfer di sekitarnya berubah mencekam.
"Hui An..." Tuan putri ketiga belas Yun Daiyu justru berlari menuju kearah tepi sungai. Dia mendekat dan berjongkok menatap penuh cinta kearah Pengawal Hui An yang masih berada di dalam sungai. "Apa kamu merindukanku?"
kenapa jadi begini......😭😭😭😭😭😭