NovelToon NovelToon
Seharum Cinta Shanum

Seharum Cinta Shanum

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Selingkuh / Cinta Terlarang / Ibu Mertua Kejam / Pelakor jahat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Shanum dan Wira Wiguna sudah menikah selama 6 tahun dan memiliki seorang anak bernama Mariska namun kebahagiaan mereka harus diuji saat Niar, mertua Shanum yang sangat benci padanya meminta Wira menikah lagi dengan Aura Sumargo, wanita pilihannya. Niar mau Wira menikah lagi karena ingin memiliki cucu laki-laki yang dapat meneruskan bisnis keluarga Wiguna. Saat itulah Shanum bertemu Rivat, pria yang membuatnya jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama Siapa yang Salah

Niar melarikan diri dari rumah setelah apa yang ia lakukan pada Helmi, tawanya yang membahana perlahan menghilang saat ia memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Hatinya dipenuhi kegilaan, ia tidak peduli apa yang terjadi pada Helmi. Di benaknya, hanya ada satu tujuan: melarikan diri. Sementara itu, di rumah Wiguna, para pelayan menemukan Helmi tergeletak tidak sadarkan diri di bawah tangga, darah segar mengalir dari kepalanya.

Para pelayan segera membawa Helmi dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan, namun sudah terlambat. Kepala Helmi membentur lantai dengan keras, menyebabkan pendarahan otak yang parah. Setelah beberapa jam, dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah sedih, lalu mengabarkan berita duka. Rupanya nyawanya tak dapat diselamatkan. Helmi meninggal dunia.

Wira yang sedang berada di rumah sakit, menunggu kabar Mariska, terkejut mendengar kabar kematian papanya. Ia segera berlari menuju kamar jenazah, tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Di sana, ia melihat Anne, tantenya, menangis tersedu-sedu. Wira menghampiri jenazah papanya, tubuhnya gemetar, hatinya hancur.

"Papa..." bisik Wira, air matanya mengalir deras. Ia tidak menyangka semua ini akan terjadi. Ia tidak tahu mengapa Niar bisa sekejam ini. Wira yang tahu itu tentu saja langsung shock. Ia mengingat semua yang terjadi. Pertengkaran Niar dan Helmi, ancaman Niar, dan sekarang, papanya meninggal. Ia tak menyangka kalau mamanya tega melakukan hal gila itu.

Anne, yang masih menangis, menatap Wira dengan mata memerah. "Mama-mu... dia yang melakukan ini, Wira. Dia yang membunuh kakakku."

Wira tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya bisa menangis. Hatinya dipenuhi amarah dan kebencian pada Niar. Niar sudah melampaui batas, ia sudah menjadi monster yang tidak bisa dimaafkan. Niar tidak hanya menghancurkan hidupnya, tetapi juga merenggut nyawa papanya.

Anne, yang kehilangan satu-satunya kakaknya, tidak bisa menerima kenyataan ini. Ia menatap jenazah Helmi, lalu menatap Wira.

"Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja," ucap Anne, suaranya dipenuhi amarah. "Aku bersumpah, aku akan membalaskan dendam kakakku. Aku akan membuat Niar membayar semua yang telah ia lakukan."

Anne bersumpah melakukan pembalasan pada wanita itu. Ia akan memastikan Niar dihukum seberat-beratnya. Ia akan menggunakan semua kekuasaannya, semua koneksinya, untuk menjebloskan Niar ke penjara.

Wira mengangguk, ia setuju dengan Anne. Ia juga ingin Niar mendapatkan hukuman yang setimpal. Ia tidak akan melindungi Niar lagi. Ia harus membalas kematian papanya. Perang baru telah dimulai, dan kali ini, Wira tidak akan membiarkan Niar menang.

****

Hari itu, langit Jakarta terasa kelabu, seolah turut berduka atas kepergian Helmi Wiguna. Di sebuah pemakaman mewah, peti jenazah Helmi diturunkan perlahan ke liang lahat. Suasana hening, hanya ada suara angin dan isak tangis yang memilukan. Anne, dengan pakaian serba hitam, memeluk peti mati kakaknya seolah tak rela melepaskan. Air matanya terus mengalir, membasahi wajahnya yang pucat. Ia terus menyebut nama Helmi, berjanji akan membalaskan dendamnya.

Wira memakai kacamata hitam untuk menyembunyikan matanya yang sembap. Di balik kacamata itu, ia menatap nanar liang lahat papanya. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia tidak bisa melupakan bagaimana papanya meninggal. Ia tahu, semua ini adalah ulah Niar, mamanya sendiri. Wira merasakan amarah dan kebencian yang mendalam, bercampur dengan rasa kehilangan yang tak terhingga. Ia bersumpah dalam hati, ia akan mencari Niar dan memastikan wanita itu mendapatkan hukuman yang setimpal.

Di samping Wira, Sheila nampak sedih papanya meninggal dunia. Ia terus menangis, memeluk lengan Wira. Namun, Wira bisa merasakan ada yang berbeda dengan tangis Sheila. Tangisnya terasa dingin, tidak tulus. Wira tahu, Sheila adalah kaki tangan Niar. Ia tahu, Sheila juga berbohong padanya selama ini. Wira menatap Sheila dengan tatapan dingin, membuat Sheila sedikit bergidik.

Banyak sekali orang yang datang. Banyak rekan sesama pengusaha datang ke acara pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir. Mereka mengucapkan bela sungkawa pada Wira, namun di balik itu, mereka juga bertanya-tanya. Mereka semua tahu, kematian Helmi tidak wajar. Mereka tahu, ada sesuatu yang terjadi di balik semua ini.

Media pun juga datang mengabarkan ini. Para wartawan berkerumun, mengambil gambar, dan mencoba mendapatkan informasi dari Wira dan Anne. "Pak Wira, bagaimana kondisi Papa anda saat meninggal? Apa benar ada pertengkaran dengan Nyonya Niar?" tanya seorang wartawan. Wira hanya diam, tidak menjawab. Ia tidak ingin membuka aib keluarganya di hadapan publik.

Namun, Anne, dengan amarah yang membara, tidak bisa menahan diri. "Kalian semua harus tahu! Helmi tidak meninggal karena sakit! Dia dibunuh! Dia dibunuh oleh Niar!" teriak Anne, suaranya parau. Para wartawan terkejut, mereka segera mengambil gambar Anne yang sedang histeris.

Di antara kerumunan itu, ada satu orang yang tak terlihat. Hanya Niar saja yang tak ada di sana. Tidak ada yang tahu di mana Niar berada. Niar melarikan diri, meninggalkan semua kekacauan yang ia ciptakan. Ia menjadi buronan. Pemakaman itu, yang seharusnya menjadi tempat penghormatan terakhir, kini menjadi awal dari sebuah balas dendam. Anne akan mencari Niar, Wira akan mencari Niar, dan semua orang yang mencintai Helmi, akan mencari Niar. Dan Niar, yang kini hidup dalam pelarian, akan segera menerima balasan dari semua perbuatan jahat yang ia lakukan.

****

Di sebuah ruangan rawat inap, suasana terasa tenang. Shanum duduk di samping ranjang Mariska, menggenggam tangan putrinya yang baru saja siuman. Mariska tersenyum lemah, membuat Shanum merasa lega. Bu Roro dan Pak Pamuji juga sudah berangsur pulih, mereka dipindahkan ke ruangan lain. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan kasar. Aura mendatangi Shanum di rumah sakit, wajahnya dipenuhi amarah. Ia berjalan dengan langkah cepat, matanya menyalang penuh kebencian. Shanum terkejut, tidak menyangka Aura akan datang ke sana.

"Kau!" bentak Aura, suaranya melengking. Tanpa basa-basi, ia menampar Shanum dengan keras. "Plak!" Suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan, membuat Shanum terhuyung.

Mariska yang melihat ibunya ditampar, langsung menangis histeris. Ia mencoba bangun dari ranjang, namun tubuhnya masih terlalu lemah. Shanum yang saat ini tengah bersama Mariska yang baru siuman berusaha menenangkan putrinya, namun pipinya masih terasa perih akibat tamparan Aura.

"Dasar wanita tak tahu diri!" maki Aura, suaranya parau. Aura memaki Shanum yang katanya biang keladi kenapa Wira membatalkan acara pernikahan mereka. "Ini semua salahmu! Kau yang membuat Wira membatalkan pernikahan kami! Kau penyebab semua masalah ini!"

Shanum hanya bisa diam, air matanya menetes. Ia tidak tahu harus berkata apa. Semua tuduhan Aura tidak berdasar, namun ia tidak punya kekuatan untuk melawannya. Aura terus memaki, menghina, dan menyalahkan Shanum atas semua hal yang terjadi.

Tiba-tiba, pintu ruangan kembali terbuka. Rivat segera datang. Ia yang mendengar keributan itu, langsung masuk dan melihat apa yang terjadi. Matanya membelalak, ia melihat Shanum yang sedang dimaki-maki oleh Aura. Tanpa ragu, Rivat menarik paksa Aura keluar.

"Pergi dari sini! Jangan ganggu Shanum!" bentak Rivat, suaranya menggelegar.

Aura meronta, "Lepaskan aku! Aku belum selesai dengan wanita hina ini!"

Namun, Rivat tidak peduli. Ia terus menyeret Aura keluar dari ruangan itu. Rivat mendorongnya sampai jatuh ke lantai, membuat Aura meringis kesakitan.

Rivat berdiri di atas Aura, menatap wanita itu dengan mata penuh amarah. Rivat menunjuk Aura dengan jarinya. "Dengar baik-baik! Kau dan ibunya Wira sudah membuat hidup Shanum menderita! Kalian sudah membakar rumahnya! Kalian sudah membuat keluarganya celaka! Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti Shanum lagi! Pergi dari sini! Atau aku akan panggil polisi!"

Aura terdiam, ketakutan melihat amarah Rivat. Ia tidak menyangka Rivat akan seberani ini. Dengan langkah gemetar, Aura bangkit dan melarikan diri, meninggalkan Rivat dan Shanum yang masih berada di dalam. Rivat kemudian kembali masuk, memeluk Shanum, dan mencoba menenangkannya. Namun, Shanum hanya bisa menangis, hatinya dipenuhi rasa sakit.

1
Rohmi Yatun
dari awal cerita kok wira sama Bpk nya tu gk pinter jdi laki2.. heran aja🤔
Hatus
Shanum yang sabar ya.. terkadang mendapat suami baik ada aja ujiannya, apalagi jika ujian itu dari mertua 🥹
Hatus
Padahal, senang itu di puji🤭
Hatus
Romantisnya 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!