NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Duda Anak Satu

Pesona Dokter Duda Anak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: My Starlight

"Itu hukuman buat kamu! Jangan sampai kau melanggar lagi aturan sudah yang aku buat. Kalau tidak …." Kalimatnya menggantung.

"Kalau tidak apa, Kak?" tanya Lyana mulai berani.

"Sesuatu yang lebih buruk dari ini akan terjadi." Anggara berlalu dari hadapan Lyana. Aliran darahnya mulai memanas.

"Hah, sesuatu yang buruk? Bahkan kakak sudah mencuri ciuman pertamaku, menyebalkan." Kini giliran Lyana yang marah. Dia membuka dan menutup pintu kamar dengan keras. Sirkuasi udara di dalam kamar seolah berhenti seketika.

"Ciuman Pertama? Hah, pandai sekali dia berbohong."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Starlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiket Kereta

Anggara berjalan cepat ke arah Lyana. Melemparkan piyama yang teronggok dibawah di tempat tidur ke pangkuan Lyana yang kini tengah duduk bersandar.

"Bersihkan dirimu dan Ikut aku ke bawah ." Anggara berlalu meninggalkan Lyana yang mata nya mulai mengembun.

"Sakit." Lyana mencoba menurunkan kaki nya ke lantai. Bagian intinya masih terasa perih seperti teriris. Membuat langkahnya gontai, pelan-pelan dia berhasil masuk kamar mandi namun apa yang dia lihat dihadapanya buram. Akhirnya Air mata Lyana yang dia tahan dari tadi lolos membasahi kedua pipinya.

"Bodoh. Bodoh. Apa yang barusan kamu lakukan Ly, kamu berharap apa? Jadi istri yang di cintai si dokter sok perfect itu?Hah. Ayah Ibu bagaimana ini? Aaaa. " Tangis Lyana pecah, di temani suara gemricik kran dari kamar mandi.

Lama Lyana membersihkan diri nya di dalam kamar mandi. Sementara itu di kamar Reno.

"Ayah jangan marah sama tante Lyly. Plis. " Ucap Reno memohon ketika Ayahnya habis mencerca beberapa pertanyaan ke Reno.

Tadi siang di sekolah Reno.

Suara bell berbunyi tanda memasuki jam istirahat sekolah. Reno yang sedang makan anggur dari kotak bekalnya merasa bosan. Namun mulutnya tetap mengunyah buah itu dengan malas. Rasanya memang manis, tapi Reno juga ingin makan chiki berwarna itu.

Dia melihat sekelilingnya , hampir semua teman-teman Reno makan chiki jadi sekarang dia tergoda ingin memakannya juga. Aji mumpung hari ini yang jemput Bi Nina bukan Lyana. Dengan hati riang dia melangkahkan kaki kecil itu menuju kantin, tempat semua jajanan tersedia. Deretan aneka chiki warna-warni itu mencuri perhatian Reno . Segera dengan senangnya dia mengambil beberapa macam chiki sampai tanganya penuh.

Enak. Rasanya enak, manis gurih renyah.

Reno menghabiskanya tanpa sisa.

"Nanti kalau aku batuk tinggal minta obat ke Ayah. Tante Lyly juga pasti enggak jadi pergi kan kalau aku sakit."

Reno membuang bungkus chiki tadi ke tong sampah, kemudian berjalan malas ke dalam kelas. Pikiran bocah TK B itu mengingat kembali ucapan Lyana.

"Reno sayang. Kalau tante pergi, kamu yang nurut ya sama Ayah dan Bi Nina. Jangan banyak menjawab lakukan saja apa yang Arah perintahkan. Paham?Lyana mengusap rambut Reno.

"Iya tant, memang tante mau pergi kemana?" Pertanyaan itu lolos dari bibirnya yang mungil. Tangan kanan Reno menyentuh pipi Lyana menghapus air mata yang tersisa. Gurat sedih nampak di wajah Reno.

"Ah tante sudah memesan tiket kereta besok hari minggu sayang. Tante ingin pindah ke Jawa aja Ren, tinggal sama nenek."

"Ayah jahat ya sama tante ?"

"Reno kan udah enggak nakal lagi tant. Kenapa Ayah marahin tante terus." Celoteh Reno tanpa henti.

"Tante yang salah Ren, belum bisa jadi istri yang baik buat Ayahmu. Sudah, kita tidur yuk udah malem. " Lyana memeluk tubuh mungil Reno . Buliran hangat kembali membasihi pipinya.

Anggara memang keterlaluan. Hanya karena tidurnya dibangunkan sebentar sama Lyana malah berbicara semena-mena. Padahal Anaknya sendiri yang ingin mengajaknya bermain.

"Tant, jangan pergi ya. Reno janji enggak akan nakal lagi. " Reno memeluk Lyana erat. Walaupun Lyana sudah menikah dengan Ayahnya. Reno tetap memanggil Lyana tante karena katanya terlalu muda dipanggil mama. Namun karena panggilan itu Reno kini lebih dekat dengan Ibu sambungnya itu ketimbang Ayahnya sendiri.

Kembali ke kamar Reno.

"Ayah si marah-marah terus sama Tante Lyly. " Sekarang gantian Reno yang ngambek. Reno menceritakan detail apa yang dia tahu ke Ayahnya. Pindah ke Jawa. Tiket kereta.

"Huh ." Anggara mengacak rambutnya kasar. Setelah memberi obat Reno, dia memerintahkan Bi Nina menemani Reno sebentar.

"Baik Mas. Maaf malam-malam jadi terbangun. " ucap Bi Nina pelan.

"Iya Bi, enggak apa-apa. " Anggara berlalu meninggalkan kamar Reno. Bi Nina yang mendengar obrolan Anak dengan Ayah barusan menjadi gusar sendiri.

Baru mau keluar dari kamar pintu terbuka. Raut wajah Anggara berubah. Entah apa yang sedang dia pikirkan Lyana tidak bisa menebak.

"Mau kemana?" Langkah kaki Lyana terhenti. Lengan tangan Lyana di tarik Anggara mendekat.

Ragu. Lyana terdiam di tempatnya berdiri. Mereka bersitatap, Anggara menyusuri raut wajah Lyana. Kelopak matanya bengkak meniggalkan warna merah di dalamnya. Sementara Lyana jengah enggan menatap wajah Anggara.

Lyana berhasil melepaskan tangan Anggara. Tatapan matanya berubah jadi benci. Air mata Lyana hampir tumpah lagi. Hati nya mencelos , sakit melihat laki-laki yang ada di hadapanya itu.

Habis sepah manis di buang. Itu yang Lyana rasakan sekarang. Lupakan malam panas itu. Lihat saja bahkan wajah Anggara tidak merasa bersalah sedikitpun.

Grep. Anggara justru memeluk Lyana. Hangat, wangi.

Huh. Apa ini?plis jangan terpancing. Kejadiaan beberapa menit yang lalu masih terekam jelas dalam ingatan Lyana. Kata-kata kasar Anggara sambil melemparinya baju.

Lyana memberontak ingin melepaskan pelukan Anggara. Tenaga yang hampir habis tadi terisi kembali saat hati nya kini terasa ngilu.

"Lepasin aku kak ! kak Gara mau apa lagi?" Berhasil. Suara tinggi Lyana berhasil membuat Anggara melepaskan pelukanya.

Anggara tesentak kaget. Lyana berubah drastis. Sorot mata kebencian menguar kini sedang menatapnya dingin.

"Ly." Panggil Anggara pelan.

"Apa ? Kak gara mau apa lagi dari aku?" nada bicara Lyana semakin berani.

"Hah. Harusnya aku pergi dari rumah ini dari jauh-jauh hari. " Lyana membalikan badan dan melangkahkan kakinya menjauh dari Anggara. Tangan kanan Lyana sudah memegang gagang pintu.

Anggara mengacak rambutnya kasar menyusul Lyana yang sudah menuruni beberapa anak tangga.

"Ikut Aku. " Anggara menarik Lyana masuk kedalam kamar lagi dan menguncinya.

"Lepasin kak sakit." Lyana terjerambab ke atas ranjang.

Anggara merendahkan dirinya berjongkok didepan Lyana.

"Kamu beneran mau pergi?"

Deg. Lyana menangguk cepat. Jujur saja sekarang dia yang takut di tatap seperti itu sama Anggara.

"Kenapa?" Anggara menyentuh dagunya. Buliran hangat lolos begitu saja membasahi pipi Lyana.

"Lyana Putri Hardianto. Apa kamu lupa aturan di rumah ini?" Lyana beringsut mundur kebelakang menjauhi Anggara.

"Sial. Apa sekarang dia sedang menggodaku." Dres denim itu terangkat memperlihatkan paha putih Lyana yang dari tadi mencoba mundur menjauhi dirinya.

"Mana tiket kerata itu berikan padaku." ujar Anggara pelan. Sekarang Anggara tepat berada di atas Lyana.

"Eng engg- ggak ada." Lyana menggigit bibir bawahnya, takut .

"Bohong ! cepat ambilkan. " Anggara menarik rambut Lyana dan menciumnya. Lyana seketika merinding dengan apa yang di lihatnya. Lyana menggeleng pelan.

"Masih berani mengelak?" Anggara mengunci kedua tangan Lyana ke atas tembok. Posisi keduanya sekarang semakin dekat. Hembusan nafas Anggara menyapu pipi kanan Lyana yang menggeleng kesana kemari.

"Lepaskan aku Kak. " pinta Lyana memelas.

Anggara bergeming, melihat wajah Lyana yang ketakutan.

"Katakan dimana tiket itu?" Lyana menunjuk benda pipih hitam itu di sebelah lengan Anggara.

Online. Tiket online !

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!