Mendadak Jadi Ratu

Princess Belle mengaku tak tahu menahu soal berkas yang dibawanya itu. Ia tak ingin bertanggung jawab perihal apa yang telah ditulis di laporan yang harusnya dia ikut andil untuk bertanggung jawab.

“Mestinya sebagai putri mahkota, Yang Mulia harus banyak mengetahui hal ini!” sahut Marquez Albert kecewa.

Princess Belle tak mengatakan apa-apa ia memang malu setengah mati jika mengungkap kekurangan dirinya. Ia sebisa mungkin berkelit.

“Maka itu aku menghadiahkan kepemimpinan kerajaan Harley pada yang Mulia Ratu. Itu adalah maharku pada Kaisar!” ujarnya sedikit pongah pada Raisa.

Ingin sekali Raisa menyumpal mulut manis perempuan yang memakai gaun kekecilan itu. Seorang putri raja yang berpakaian sangat tidak pantas.

“Kalau aku menolak mahar itu, bagaimana?” cetus Ratu Raisa pelan.

“Jangan terburu-buru Yang Mulia, jika kau sangat pintar. Kau pasti tau apa keuntungan jika menerima mahar fantastis ini,” sahut Princess Belle dengan senyum indah dan seringai licik.

“Dunia akan tunduk di bawah kakimu Yang Mulia,” lanjutnya.

Ratu Raisa hanya diam, hadiah mahar itu memang benar-benar membuat semua orang akan memandang dan juga menyorotinya. Sedang rumor yang jika Kaisar menerima pinangan Pirncess Belle sudah menyebar.

“Aku yakin jika Kaisar akan berlaku adil pada istri-istrinya,” lanjut Princess Belle makin berani.

“Di sana seorang istri yang memimpin sebuah kerajaan paling besar dan paling kaya. Kaisar Henry akan mengangkat dagunya karena semua raja dunia tunduk. Aku cukup di sini sebagai permaisuri, yang melayani kaisar dan melahirkan semua keturunannya,” lanjutnya begitu tenang.

Ratu Raisa meremas kuat ujung meja hingga menancap kuku-kukunya yang runcing. Di sana dapat terlihat jika Princess Belle akan merebut semua perhatian Kaisar dan hanya menyisakan sedikit untuknya. Princess Belle berdiri, ia menekuk kakinya dan menunduk hormat pada sang ratu.

Ratu Raisa nyaris melempar pot kristal ke arah di mana jalur itu di lalui oleh gadis yang begitu berani menantang dirinya.

"Yang Mulia kendalikan dirimu,” tekan perdana menteri Marquez Albert.

‘Aku sumpahi kau jatuh cinta nanti, harus merangkak di tanah untuk membuktikan cintamu Marquez!” sentak Ratu Raisa berang bukan main.

Wanita itu menatap kesal pada pria yang berdiri tenang di sana, ia pun mendekus dan pergi dengan langkah anggun. Raja Namont tadi dipanggil untuk masuk dalam rapat. Princess Belle memilih pergi ke ruangan yang disediakan untuknya.

Princess Belle membuka gaunnya dibantu oleh para pelayan. Kulitnya yang putih ada beberapa bercak coklat di dada dan punggungnya. Ia berdecak kesal. Namun ketika ia melihat dadanya yang besar, bulat dan kenyal, Princess Belle tersenyum bangga.

“Dadanya saja kecil begitu. Apa yang dibanggakan,” gumamnya pelan sekali.

Malam hari, Princess Belle mengenakan gaun yang terbuat dari kain katun dan banyak renda dengan rok mengembang berwarna biru langit. Sepertinya gadis itu penyuka warna biru, ia hanya mengganti mode tetapi tidak warna.

“SIlahkan Yang Mulia,” ujar Marquez Albert.

Pria itu harus menemani tamunya. Ratu Raisa tak boleh keluar oleh Kaisar ketika malam tiba. Pria penguasa itu masih kesal dengan istri yang mengabaikannya itu.

“Mari Yang Mulia, maaf Ratu dan Kaisar tak bisa menemani,” jelasnya ketika melihat Princess Belle seakan mencari keberadaan yang lain.

“Apa Kaisar begitu sibuk dengan Ratu hingga tak bisa menemaniku?” tanyanya.

Marquez Albert tak menjawab, karena itu tak pantas dan bukan ranahnya untuk menjawab. Bahkan pertanyaan Pirncess Belle sangat tidak sopan.

“Perhatikan pertanyaanmu Princess Belle,” tegur staf protokoler istana.

Sungguh Princess Belle merasa tidak dihormati di sini. Ia membawa tiga peti emas sebagai laporan berharga ke istana. Setidaknya Kaisar menemuinya mengucap terima kasih padanya. Tetapi hingga selesai makan. Pria penguasa itu tak menampakkan batang hidungnya.

Pagi menjelang, semua petugas dan pekerja istana sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Princess Belle memutuskan pergi berjalan-jalan ke kebun bunga mawar. Dari kedatangannya ia sudah mencium bau harum yang ia yakini dari taman belakang.

"Indah sekali!” pujinya.

Berbagai bunga mawar aneka warna tampak berjejer rapi. Kumbang dan kupu-kupu terbang menghisap sari madunya. Sungguh pemandangan itu memanjakan mata, terlebih di sana ada sebuah pondokan yang terbuat dari bambu dan kolam juga air mancur mini.

“Ikan?” pekiknya dengan mata berbinar ketika melihat kolam yang mengelilingi pondokan bambu itu. Ia mencari jalan, karena semua yang ada hanya air.

“Jalan saja Yang Mulia, kolam itu dikapisi kaca setebal 1000cm dan mampu menahan berat lebih dari 100 kilo,” ujar maid.

Begitu beningnya kaca sampai Princess Belle takut-takut melangkah. Netranya mengitari pemandangan yang disusun sedemikian rupa. Sangat indah dan juga menenangkan mata.

“Ini semua adalah dekorasi Ratu Raisa,” ucap salah satu maid memberitahu.

Princess Belle berdecak, ia tak menyukai apapun tentang Ratu yang memang sangat cantik itu. Tetapi ia masih mendongakkan dagu.

“Aku lah pemeran pentingnya. Ratu boleh pintar, tetapi aku lah yang memiliki tahta yang menggiurkan semua orang,” gumamnya dalam hati.

“Yang Mulia Ratu menciptakan air mancur dengan sistem berputar, jadi hanya air itu-itu saja tak memerlukan air dari tempat lain. Kami jadi tak kesulitan untuk menyiram tanaman,” lanjut maid membanggakan ratunya.

“Aku ingin sarapan di sini apa boleh?’ tanyanya mengalihkan perbincangan.

“Maaf Yang Mulia. Princess Belle harus ke ruang makan sekarang. Yang Mulai Marquez Albert menunggu anda sarapan!” ujar staf istana.

Princess Belle sangat berharap jika Kaisar akan ada di ruang makan dan sarapan bersamanya. Ia akan memberikan perhatian penuh pada kaisar sebagai hadiah karena telah menolongnya dulu dan melatih diri sebagai permaisuri.

Princess tiba di ruang makan, di sana seorang pria tampan tersenyum padanya dengan tatapan penuh pemujaan. Tangan pria itu menjulur, Princess Belle mengulurkan tangannya. Pria itu mengamit ujung jari dan mencium pucuk jemari tangannya.

“Princess Belle Harley, selamat datang. Maaf aku tak menyambutmu kemarin,” ujar pria itu dengan nada menyesal.

Princess Belle menatap sang Ratu yang hanya menunduk, ia pun dengan anggun mengangkat dagu. Pria itu merengkuh pinggangnya dan menarik kursi.

“Duduklah Yang Mulia,” ujar pria itu penuh kelembutan.

Princess Belle duduk dengan anggun, sekali lagi sebuah kecupan dilayangkan pada ujung jemari gadis itu. Beberapa pelayan langsung melayani mereka. Princess Belle menahan tangan pelayan ketika hendak melayani sang Kaisar.

“Ijinkan aku yang melayani Kaisar,” pintanya dengan suara lembut.

“Dengan senang hati Princess,” sahut Kaisar dengan senyum menawan.

Dengan gerakan anggun ia melayani pria penguasa itu, terkadang Princess Belle sengaja menyentuh lengan Kaisar dan melirik sang ratu yang terus menunduk. Princess Belle selesai menghidangkan makanan di piring kaisarnya, lalu ia hendak berlalu. Secara sengaja ia terjatuh tepat dipangkuan sang kaisar.

“Princess,” suara Kaisar begitu memukau Princess Belle.

“Kaisar,” sahutnya sambil membuka mulutnya dengan begitu menggoda.

“Princess Belle?”

“Yang Mulia,” sahut gadis itu menatap pria di depannya yang mendadak berubah.

Princess Belle terkejut bukan main. Ia berada dalam rengkuhan Marquez Albert. Gadis itu buru-buru berdiri tegak. Mukanya memerah luar biasa. Sedangkan Albert juga bermuka sama. Ia tadi menangkap tubuh putri raja itu yang tiba-tiba terjatuh.

Bersambung.

Hahahaha ... ngekhayalnya ketinggian si Belle.

Next?