Pertempuran Wanita Jelek

“Dasar menyebalkan! Dzolim, suka seenaknya!” gerutu Alana dalam hati menatap ke arah Zayn yang berbaring di sofa panjang.

Sejak tadi tangan Alana mengupas bawang merah hingga matanya tampak memerah dan air mata mulai mengembun keluar.

Ya, Alana benar-benar tertahan tak bisa meninggalkan rumah untuk bertemu dengan Arion karena tugas dari pemuda itu.

Alana masih ingat dengan benar bagaimana tadi dia bicara di hadapan Zayn dan memohon padanya.

“Kak Lain kali saja, memasak rendang butuh waktu yang lama,” mohon Alana kemurahan hati dari pemuda jutek ini.

Bagaimana mungkin dia memasak masakan itu sedangkan dia memiliki janji.

“Iya besok saja, aku harus pergi Arion telah menungguku,” bujuk Alana.

Uhg, dia juga tidak bisa membatalkan janji pentingnya dengan Arion sang idola itu.

“Tidak bisa! Ini tidak bisa di tunda! Aku mau sekarang!” tekan Zayn tak ada tawar menawar.

“Kak Zayn, Arion telah menungguku.”

Raut wajah Alana terlihat putus asa.

“Aku tidak peduli! Selesaikan tugasmu lalu kau boleh pergi!” kekeh Zayn tak terbantahkan.

Ahh, Alana mengusap wajah frustrasi. Padahal dia telah rapi dan siap untuk pergi. Dasar lelaki menyebalkan! Benar-benar tak bisa di bujuk.

Walau dengan menggerutu Alana pun mengerjakan tugas dari Zayn, dan di sinilah dia, sejak tadi dia masih menyiapkan bumbu rempah untuk masakannya. Dan hebatnya bahan makanan di rumah ini begitu lengkap.

Alana beredecak kesal, terus melayangkan tatapan tajam pada Zayn. Dan yang paling menyebalkan dia tidak ingin bumbu itu di haluskan menggunakan mesin, harus menguleknya. Katanya agar bumbu meresap sempurna dan lebih nikmat. Oh nikmat kepalamu Zayn! tangannya bisa keseleo kalau begini.

“Dasar suka seenaknya! Perintahnya sudah seperti raja Firaun!” gerutu Alana lagi.

Dering ponsel yang berada di atas meja makan terdengar, gadis ini pun menghentikan sejenak kegiatannya. Alana melangkahkan kaki meraih ponselnya.

“Arion,” gumam Alana saat membaca nama kontak yang tertera.

Alana menarik napas berat, artis itu pasti telah menunggunya.

Alana lagi-lagi mengarahkan pandangannya pada Zayn yang belum beranjak, masih berada berbaring di sofa panjang dengan menatap ponselnya.

Alana memutar mata malas, ini semua karenanya, Arion pasti sudah menunggunya. Alana lalu menjawab panggilan itu.

“Hallo.”

“Hallo Alana kau di mana?” suara Arion terdengar cemas.

“Maaf Arion, aku ada perkerjaan mendadak," alibi Alana.

"Pekerjaan mendadak! Sampai kapan?

“Sepertinya aku tidak bisa datang,” ucap Alana lemah dan tak bersemangat.

“Aku akan menunggumu."

"Tapi Arion ....”

“Pokoknya aku akan menunggumu. Selesaikan secepatnya! Ingat aku menunggumu! By.”

Panggilan terputus Alana menghela napas berat. Ini bukan perkara satu atau dua jam. ini menghabiskan waktu berjam-jam.

Bagaimana ini dia membuat aktor terbaik Jerman menunggu. Ini gila, memangnya siapa dia.

Alana kembali melangkah lemah ke dapur. Sedangkan Zayn yang berbaring di sofa mengalihkan wajahnya sejenak dari ponsel yang ada dihadapannya, menatap Alana, lalu senyum samar terlihat dari wajah tampannya itu. setelahnya kembali menatap ponselnya.

Waktu berlalu Alana menatap jam di pergelangan tangannya dengan wajah cemas.

Hari telah menjelang malam namun dia belum juga menyajikan masakannya. Alana menatap wajan yang berada di atas kompor. Tinggal sedikit lagi air santan bercampur bumbu itu menyusut lalu mengering.

Ahhh, cepatlah! Arion menunggunya.

“Cepat selesaikan! Katanya kau ingin pergi! Kau sudah sangat terlambat!” ucap Zayn dengan nada mengalun yang kini duduk di meja makan menanti masakan Alana, nadanya terdengar mengejek, jangan lupa senyum seringai menyebalkan itu menghiasi wajah tampannya.

Membuat Alana menjadi kesal mendengarkannya. Di tambah wajah yang seakan tak berdosa.

Apa dia bilang? Dia sudah terlambat! Hei. Ini semua karenamu! Decak Alana rasanya ia ingin mengetuk kepala pemuda itu dengan sutil yang ada di tangannya.

Dia telah batal bertemu dengan Arion karenanya. Ahh, dia tidak mendapatkan tiket gratis untuknya dan Gisel.

Setelah beberapa waktu Alana menarik napas lega, masakannya telah selesai. Tinggal menghidangkannya. Yes akhirnya selesai juga ritual memasak panjang ini.

“Sudah selesai kak,” lapor Alana.

Bel pintu berbunyi, membuat perhatian mereka terkalihkan. Alana hendak melangkah keluar namun terhenti saat Zayn telah berdiri.

"Biar aku saja yang buka! Kau siapkan saja di meja!” ucap Zayn lalu melangkah ke luar untuk membuka pintu melihat siapa yang datang ke rumahnya.

Zayn mendesah kasar sembari melangkah, setelah beberapa langkah kini dia telah berada di ambang pintu, tangannya mulai menarik benda persegi itu.

Manik mata Zayn menatap orang yang berdiri di ambang pintu rumahnya.

Apa ... Dia ....

Bak di sambar geledek.

Zayn tercengang, matanya membulat sempurna seakan ingin jatuh dari tempatnya, melihat siapa yang datang.

“Kau! Mau apa kau kemari!” sentak Zayn memasang wajah tak suka.

***

Hai segini dulu ya, malam jumat nih. tahulah uhui, yang jomblo mana ngerti ....

Like yang kenceng

Coment

Vote ...

Okey, Udah dulu lilinnya udah nyala nih, mau keliling dulu, semoga berkah ...