Luka Dari Suami, Cinta Dari Mafia

“Anak siapa ini, kurang ajar sekali!” bentak wanita itu dengan marah.

Guru kelas yang baru tiba berlari menghampiri, berusaha menenangkan suasana.

“Nyonya Lin, maaf atas kejadian yang tidak menyenangkan. Mereka masih anak-anak, tolong jangan simpan dalam hati!"

Namun Xiao Han langsung menatap gurunya dengan wajah kesal.

“Ibu guru, kenapa harus minta maaf? Kan anaknya yang menggangguku.”

Guru itu menarik napas panjang.

“Xiao Han, cepat minta maaf pada Nyonya Lin.”

“Tidak mau! Anak Nyonya Lin yang duluan mencari masalah, kenapa aku yang harus minta maaf?” jawab Xiao Han sambil melipat kedua tangannya di dada dengan ekspresi menantang.

Wajah Nyonya Lin memerah karena tersinggung.

“Siapa orang tuanya? Aku rasa mereka pasti bukan dari kalangan atas, kalau tidak mana mungkin anaknya bisa kurang ajar!"

Xiao Han mengangkat dagunya.

“Papa dan Mamaku dari kalangan atas, bahkan jauh lebih tinggi darimu.”

Anak laki-laki yang tadi berkelahi dengannya, Willy Lin, ikut menimpali dengan nada menghina.

“Kau pasti hanya anak yang dibuang orang tuamu!”

Salah satu pengawal Xiao Han segera maju selangkah, wajahnya dingin.

“Kalian berani menghina Tuan Muda kami? Percaya atau tidak, kami bisa memberi pelajaran pada kalian sekarang juga.”

“Mama, Xiao Han selalu datang ke sekolah hanya sama mereka. Orang tuanya tidak pernah muncul. Artinya dia anak yatim!” ejek Willy sambil bersembunyi di balik ibunya.

Namun sebelum suasana makin ricuh, terdengar suara wanita lembut tapi tajam menusuk udara.

“Jaga mulutmu… kalau tidak ingin dijahit.”

Semua anak yang ada di taman spontan terdiam. Tatapan mereka serentak beralih ke arah suara itu.

Seorang wanita berjalan mendekat dengan langkah anggun dan aura menekan. Rambut hitamnya terurai indah, kacamata hitam menutupi sebagian wajahnya yang tegas. Setelan elegannya menambah kesan wibawa sekaligus bahaya—ia adalah Janetta Lee, istri dari Holdes Shen.

“Mama!” seru Xiao Han sambil berlari menghampiri.

Janetta tersenyum tipis lalu berlutut, menatap anaknya penuh kasih namun tetap dengan tatapan kuat.

“Anakku, kenapa diam saja saat mereka menghinamu? Seharusnya kau membalasnya. Karena kau adalah laki-laki yang kuat.”

“Nyonya…?” ucap dua pengawal hampir bersamaan, memberi hormat.

Nyonya Lin menatap Janetta dengan tatapan meremehkan.

“Jadi Anda ibunya? Bagaimana cara Anda mendidik anak, sampai setiap hari dia melukai anak saya?!”

Janetta berdiri tegak, matanya menatap lurus tanpa gentar.

“Kenapa tidak bertanya pada anakmu lebih dulu? Bukankah dia yang suka mengganggu Xiao Han lebih dulu? Atau jangan-jangan… anakmu memang preman jalanan?”

“Preman?! Kau berani sekali menghina anakku! Asal kau tahu, suamiku adalah Jay Lin, salah satu mafia yang paling ditakuti. Dan mertuaku adalah mafia senior yang bahkan lebih berkuasa!” bentak Nyonya Lin, suaranya meninggi.

Janetta tersenyum dingin.

“Aku tidak mengenal suamimu, dan aku juga tidak peduli. Tapi jangan mempermalukan nama ‘mafia’ hanya karena kebodohanmu sendiri.”

Suasana taman langsung sunyi. Guru yang tadi mencoba menengahi hanya bisa menunduk, tidak berani ikut campur. Anak-anak pun saling berbisik pelan, terpukau oleh aura dingin dan berkelas dari Janetta Lee, wanita yang, bahkan tanpa mengucap ancaman langsung, sudah membuat semua orang gemetar.

“Apa kau tidak bisa mendidik anakmu, sampai dia bersikap seperti ini? Aku akan menghubungi suamiku, dan dia tidak akan melepaskanmu!” kecam wanita itu dengan nada tinggi.

Janetta menatapnya datar, lalu tersenyum sinis.

“Dasar wanita manja. Pantas saja anakmu begitu lemah. Badannya lebih besar dari Xiao Han, tapi bisa dikalahkan dengan mudah. Kau mengakui suamimu adalah mafia? Kalau begitu, sungguh memalukan mempunyai keturunan yang lemah!"

“Kau!” teriak wanita itu kesal. Ia melayangkan tangannya, hendak menampar Janetta.

Namun gerakannya terhenti di udara. Janetta dengan cepat menangkap pergelangan tangan wanita itu, memelintirnya sedikit hingga terdengar bunyi “krek”. Seketika wajah wanita itu memucat dan menjerit.

“Aahh! Tanganku!”

Janetta mendorongnya perlahan tapi cukup kuat hingga wanita itu terjatuh di rerumputan taman.

“Nyonya Lin!” seru guru panik sambil berlari menghampiri.

“Mama!” teriak Willy sambil memeluk ibunya yang meringis kesakitan.

Xiao Han yang berdiri di samping Janetta menatap ibunya dengan mata berbinar.

“Wah, Mamaku luar biasa! Pantas saja Papa sangat mencintai Mama dan selalu menurut padanya!” katanya polos tapi penuh kekaguman.

Janetta menatap anaknya lembut sambil merapikan rambut Xiao Han.

“Xiao Han, kalau ada yang menindasmu, gunakan cara ini untuk mengalahkannya. Ingat baik-baik.”

“Siap, Ma!” jawab Xiao Han penuh semangat.

Nyonya Lin yang masih memegangi pergelangan tangannya berteriak kesal.

“Siapa namamu?! Berani sekali menyakitiku! Suamiku akan datang sebentar lagi!”

Janetta menatapnya dengan tatapan santai namun menusuk.

“Suamimu? Baiklah, aku akan menunggu kedatangannya.”

Beberapa menit kemudian…

Sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang sekolah. Seorang pria muda berwajah angkuh turun dari mobil dengan langkah tegap. Itulah Jay Lin, ayah dari Willy Lin.

Guru segera mengarahkan semua pihak ke ruang guru untuk menyelesaikan masalah tersebut. Suasana di dalam ruangan terasa tegang.

“Siapa yang berani menindas istri dan anakku?” tanya Jay dengan nada berat begitu memasuki ruangan.

“Papa!” seru Willy sambil berlari memeluk ayahnya.

“Jay, wanita itu yang membuat tanganku terkilir! Dan anaknya berani menindas Willy!” kata Nyonya Lin sambil menunjuk ke arah Janetta dengan penuh emosi.

Jay menatap ke arah yang ditunjuk. Saat pandangannya bertemu dengan Janetta, langkahnya seketika terhenti.

Wanita itu berdiri tegak, elegan, dan penuh wibawa. Tatapannya tajam, terlalu tajam untuk dihadapi tanpa rasa gentar.

Jay menelan ludah pelan. Ada sesuatu pada mata wanita itu… sesuatu yang terasa akrab namun sekaligus menakutkan.

“Kenapa matanya mirip dengan dia…?” batinnya, mulai merasa ragu untuk melangkah lebih dekat.