Dendam Berselimut Gairah

“Ah….” dia menggigit bibirnya kuat-kuat berusaha keras menahan tangisan meskipun pada akhirnya diagagal. Bahu gadis cantik itu narik turun saat airmatanya akhirnya tumpah dengan tubuh yang semakin gemetar.

Sepasang mata abu-abu Emily lalu melebar saat dia melihat sehelai kemeja dilemparkan begitu saja kearahnya.

Kemeja berwarna hitam dengan model simpel itu sekarang teronggok begitu saja diatas karpet. Dahiny berkerut, bukankah itu kemeja yang tadi dipakai oleh Jaysen?

Lalu Emily menoleh dan dia terhenyak saat dia melihat lelaki buta itu mulai melucuti pakaiannya sendiri satu persatu. Emily menutup mulut agar tidak berteriak dengan mata yang membelalak.

“Ap---apa yang kamu lakukan?” tanyanya dengan histeris. Dia hendak beranjak kabur dari sana sewaktu dia mendengar suara dingin Jaysen yang menghentikannya.

“Diam. Jangan bergerak sedikitpun dari tempatmu atau aku akan lebih marah dari ini!”

Emily memalingkan wajahnya merasa sangat malu saat Jaysen menarik sabuk celananya.

“Jangan palingkan wajahmu dan jangan menutup matamu! Lihat aku Ele! Lihat aku baik-baik!” ujar Jaysen lagi yang membuat Emily merasa ketakutan.

Ada bagian didiri Emily yang mengingatkannya bahwa lelaki didepannya itu buta. Jadi bukankah dia tidak akan tahu apakah Emily melihatnya atau tidak? Bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau Emily memalingkan wajahnya?

Apakah dia benar-benar buta atau hanya pura-pura buta? Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan tentang lelaki buta itu.  Ditengah lamunannya, tiba-tiba dia mendengar Jaysen berkata, Aku tahu!” sahut Jaysen seolah dia membaca pikiran gadis itu.

“Aku pasti tahu Ele. Jangan berano coba-coba melanggar perintahku. Diam saja disana dan tatap aku.  Mengerti?” ujar Jaysen masih dengan nada suara marah.

Emily tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak memandang kearah Jaysen. Sepasang mata berwarna abu itu menelusuri tubuh Jaysen. Dia baru menyadari ada tato berwarna hitam yang melingkar di pundak kiri sampai lengan atas pria itu. Itu gambar apa?

Sambil mengerutkan dahinya, Emily berusaha memfokuskan pandangannya agar bisa melihat lebih jelas.

Serigala? Apa itu tato serigala hitam?

Selama ini gadis itu tidak terlalu memperhatikan Jaysen. Ada sedikit jeda sesaat sewaktu pandangan mata Emily terpaku kearah tato lelaki buta itu. Namun beberapa detik kemudian dia mengerjapkan maatnya menyadari situasi yang dihadapinya sekarang. Seketika gadis itu gemetar ketakutan.

Emily merintih didalam hatinya. Apa sebenarnya yang ingin Jaysen lakukan? Kenapa lelaki buta itu malah menelanjangi dirinya sendiri dihadapan Emily? Rasanya semakin lama dia semakin tidak memahami bagaimana sifat Jaysen yang sebenarnya. “Lama-lama aku bisa gila kalau begini.”

...*******...

Sementara itu disaat yang bersamaan di kediaman keluarga Maleakho. Diruang tamu tampak Titus Maleakhi sedang duduk sambil meremas rambutnya sendiri.

Lelaki paruh baya berusia lima puluh lima tahun itu terlihat sangat frustasi dan berkali-kali menghela napas berat.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” erangnya berkeluh kesah. “Ini bahkan sudah berhari-hari dan kita bahkan belum menemukan jalan keluar untuk masalah ini.”

Naura Maleakhi menghela napa panjang sambil memijit dahinya, dia terlihat sama pusingnya dan bingungnya seperti suaminya. Masalah yang sedang mereka hadapi tampak mudah tetapi sulit.

“Andai saja Eleanor ada---”

“Tapi nyatanya putrimu itu hilang!” teriak Titus marah. “Kalau saja putrimu itu bisa bersikap dewasa! Lihatlah apa yang sudah dia perbuat! Lalu apa? Bukannya bertanggung jawab atau mencari solusi bersama, dia malah kabur! Dan lihatlah sekarang siapa yang harus menanggung derita untuknya!”

Selesai meneriaki istrinya dengan penuh amarah, Titus menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil merintih. Hari itu saat mendapat kabar dari Maya bahwa Emily sudah dalam perjalanan pulang, Titus sudah bersiap hendak berangkat menjemput putrinya.

Meksipun awalnya pria paruh baya itu sempat berkata bahwa dia tidak bisa menjemput Emily, tapi entah mengapa perasaannya tidak tenang kalau membiarkan putrinya itu sendirian.

Seolah dia merasakan firasat buruk. Namun kemudian Naura meneleponnya dna memberitahu bahwa Eleanor menghilang sehingga Titus mengurungkan niatnya untuk menjemput Emily.

Pria paruh baya itupun bergegas pergi kerumah sakit dimana Eleanor dirawat. Meskipun mereka sudah mengerahkan banyak orang untuk mencari keberadaan Eleanor, tetapi sampai detik ini keberadaan Eleanor masih tidak diketahui.

“Pa—padahal aku hanya meninggalkannya sebentar. Dia meminta bubur ayam jadi aku pergi ke kantin rumah sakit untuk membelikannya. Tetapi waktu aku kembli keruang perawatan Eleanor sudah tidak ada disana. Bahkan dia tidak mengatakan apapun sebelumnya.”

“Eleanor!” Titus menggeram dan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, “Putrimu yang satu itu memang bisanya hanya menyusahkan saja!”

“Dia putrimu juga Titus!” hardik Naura yang tak terima jika disalahkan terus menerus. “Daripada memarahi dan menyalahkannya bukankah seharusnya kamu juga bisa sedikit mengkhawatirkannya?”

“Berhentilah membelanya terus! Semua hal ini memang kesalahannya! Dialah yang menjadi penyebab semua masalah ini! Kalaus sedari awal dia tidak mencoba bermain api dengan penerus keluarga Wisesa kita tidak akan menghadapi situasi seperti ini! Perusahaan kita sampai menjadi jaminan dan aku bahkan harus menghadapi tuntuan hukum yang tidak ringan! Semua gara-gara putrimu itu!”

“Bahkan sampai Emily pun ikut terlibat!” keluh titus menunduk dan meremas kepalanya. “Kalau saja waktu itu aku tetap pergi menjemputnya. Apa kamu tidak melihat luka lebam dan bekas cekikan ditubuhnya Naura? Entah apa yang sudah dilakukan iblis jahanam itu padanya, yang jelas putriku pasti tersiksa berada disana.”

Naura menggigit bibir, dia duduk disebelah suaminya. Perlahan dia mengelus punggung suaminya dan menggenggam tangan lelaki yang sudah dia nikahi selama dua puluh lima tahun itu.

“Kita harus mencari Eleanor sampai ketemu! Tapi kita harus mendapatkan Emily terlebih dahulu. Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana nasibnya kalau bersama lelaki iblis itu lebih lama lagi.” ucap Titus menyandarkan kepalanya dibahu Naura istrinya.

Naura hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun sambil membelai rambut suaminya. Masalah yang mereka hadapi sekarang ini sangat berat. Keluarga Wisesa sudah memberikan mereka ultimatum, meminta pertanggung jawaban atas kecelakaan yang melibatkan Eleanor.

Tadinya mereka berniat mengajukan damai sekaligus meminta waktu, setidaknya menunggu sampai Eleanor sembuh tetapi sekarnag gadis cantik itu malah kabur dan menghilang entah kemana.

Oleh sebabitu, Titus dan Naura memberanikan diri mendatangi kediaman Wisesa untuk meminta pengertian. Mereka sudah pasrah bahkan apabila diminta untuk bersujud sekalipun tai hal yang mereka temui disana justru diluar perkiraan.

Baik Titus dan Naura tidak mengira sama sekali kalau mereka akan menemukan Emily di kediaman Wisesa. Entah bagimana caranya, putri mereka yang menghilan sejak sampai di bandara itu bisa berada disana. “Si iblis itu!” geram Titus dengan tubuh gemetar menahan amarah.

“Dia pasti menculik Emily karena mengira dia adalah Eleanor!” ucapnya lalu menoleh kearah istrinya, “Naura! Mengenai apa yang lelaki iblis itu  katakan tempo hari, apa sebenarnya yang kamu lihat ditaman waktu itu?” tanya Titus penasaran.