Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
2
"Bibi benar akan berbicara dengan Soraya?" tanya Jena.
"Hmm, Bibi akan berdamai dengannya. Setelah itu kita kembali ke Belanda, mulailah hidup kalian yang baru. Bibi tidak akan menyuruh Joseph untuk bertanggung jawab, bahkan Bibi tidak rela Haura disentuh oleh anak itu," ucap Helmia dengan berapi-api.
Jena menatap tak percaya pada Helmia. Lazimnya, dia akan mendekatkan cucu pada ayahnya.
Helmia yang mengerti kebingungan Jena, menggenggam tangan Jena. "Bibi melakukan ini karena Bibi menyayangi Haura. Joseph sudah di luar batas dan itu pasti akan berdampak pada mental Haura, dan Bibi rasa Haura lebih baik tidak tahu bahwa Joseph adalah ayahnya, karena nanti pasti Haura akan malu karena memiliki Ayah seperti dia," ucap Helmia, "Setelah berada di Belanda, Lakukan apa yang kau mau, Bibi akan mendukungmu entah itu kuliah ataupun melakukan apapun. Untuk Haura, Bibi yang akan mendampinginya, entah itu terapi ataupun lain-lain. Bibi juga ingin kau dan Haura tinggal bersama Bibi di rumah Bibi. Tidak ada bantahan, ini semua demi melindungi kalian."
Mata Jena berkaca-kaca. Dia yang tidak pernah mendapatkan sosok seorang ibu begitu terharu ketika mendengar ucapan Helmia.
"Kau mau, 'kan?" tanya Helmia.
“Ta-tapi, Bibi ....”
“Kau jangan khawatir, Bibi tidak akan membiarkan kedua manusia tidak tahu diri itu masuk ke rumah Bibi," ucap helmia dengan terang-terangan hingga pada akhirnya Jena mengangguk.
"Asal Soraya ikut," ucap Jena.
"Hmm, Soraya akan tinggal bersama kita," jawab Helmia.
***
"Apakah ada?" tanya Zhico ketika Kalindra masuk ke dalam mobil. Ini sudah berjam-jam mereka mencari Soraya, tapi Soraya tidak di temukan di manapun, mereka juga sudah meminta petugas kepolisian untuk mencari wanita itu tapi sampai sekarang Soraya tidak ditemukan di manapun.
Semua area hotel di Hungaria maupun di luar kota ataupun di dalam kota, sudah mereka cari tahu dan Zhico juga menyewa jasa pencari profesional untuk mencari anak angkatnya tapi Soraya tidak ditemukan di manapun, dan mereka bingung kenapa Soraya tidak ditemukan.
.
"Soraya tidak ada di sana. Aku juga sudah menunjukkan fotonya tapi tidak ada yang melihatnya. Seharusnya cukup mudah untuk melihat Soraya karena dia memakai tongkat, tapi sama sekali tidak ada yang melihat keberadaannya," balas Kalindra.
"Ya sudah ayo kita cari lagi." Zhico pun langsung menegakkan tubuhnya kemudian dia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Kali ini tujuannya adalah pergi kantor polisi, berharap polisi sudah mengetahui di mana keberadaan anak angkatnya.
***
Soraya memeluk lututnya seraya melihat ke arah ventilasi kecil. Dia mengintip ke arah luar berharap ibunya segera keluar agar dia bisa melihat Helmia. Ya, Soraya memang tidak pergi jauh. Dia berada di belakang rumah yang terdapat sebuah gudang, hanya saja gudang itu masih sangat rapi dan juga ada toilet.
Sayangnya, tidak ada yang curiga sama sekali bahwa Soraya diam di sana. Sebab gudang itu memang terkunci dari luar dan Soraya masuk melalui pintu belakang.
Soraya terlalu bingung harus pergi ke mana, dia tidak mungkin pergi jauh dengan keadaan yang seperti ini hingga pada akhirnya dia memilih gudang yang berada di belakang rumahnya.
Sebelum dia merencanakan pergi, dia juga sudah menyiapkan stok makanan karena dia tidak tahu kapan keluarganya akan keluar dari rumah. Kemarin, Soraya terus berada di dekat pintu di mana ada celah untuk mengintip dan ketika melihat keluarganya datang, Soraya menangis dalam diam.
Walau bagaimanapun, sampai saat ini tahta Helmia masih tidak tergantikan di dalam hatinya sekalipun Helmia sudah menyakitinya dengan kata-kata dan sikapnya, tapi Soraya tetap menyayangi ibunya.
Langit sudah mulai gelap membuat Soraya menghela napas. Dia mendekat ke arah tas dengan cara mengesot. Soraya mengusap dadanya, memberanikan diri untuk berbaring.
Semalam, Soraya menginap di gudang ini dengan keadaan gelap gulita dan tentu saja dia tidak bisa tertidur. Selain takut kegelapan, Soraya juga takut ada binatang yang masuk ke gudang itu hingga Soraya selalu waspada. Dia pikir setelah menginap, keluarganya akan langsung pergi tapi ternyata keluarganya masih ada hingga dia terpaksa harus terus berada di sini dan beruntung di gudang itu ada kamar mandi.
6hari kemudian.
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam.
Soraya tampak sedang duduk menyandarkan tubuhnya ke dinding. Tubuh wanita itu sudah sangat pucat, bibirnya gemetar. Dia memegang perutnya yang terasa melilit. Sudah enam hari Soraya berada di gudang dan dua hari kemarin persediaan makanannya sudah habis, dan selama dua hari ini Soraya tidak memakan apapun, dia tidak bisa keluar Karana keluarganya masih ada di sana.
Soraya ingin menyerah keluar dari gudang tersebut, tapi ketika mengingat hinaan dan tatapan Helmia, Soraya mengurungkan niatnya. Dia memutuskan untuk bertahan dan Soraya berpikir seandainya dia harus mengakhiri hidupnya dengan seperti ini, dia tidak akan menyesal. Dia bisa tengah karena Jena dan Haura sudah bersama kedua orang tua angkatnya.
Tak lama, terdengar suara mobil berbunyi hingga Soraya yang sedang diambang batas kesadarannya langsung mengintip. Helaan napas lega terlihat dari wajah cantik Soraya ketika Jena terlihat menggeret koper pertanda mereka akan pulang ke Belanda.
"Aku sudah tidak mempunyai beban apapun, kalian sudah berada di tangan yang aman," ucap Soraya dan setelah terdengar melaju, Soraya yang sudah tidak mempunyai tenaga berusaha untuk bangkit. Dia harus secepatnya sampai ke rumah untuk mengisi perutnya.
ketika sudah berada di luar, Soraya terpekik, dia berteriak dengan kencang ketika dia terjatuh. Rupanya, Soraya sudah tidak sanggup lagi berjalan menggunakan tongkat.
Soraya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dia berusaha menguatkan diri hingga pada akhirnya Soraya berjalan dengan cara mengesot.
Kalindra membekap mulutnya menahan tangis ketika melihat Soraya keluar dari gudang. Ya, sebenarnya mereka berpura-pura pergi. Ini sudah empat hari berlalu mereka mencari keberadaan Soraya, tapi Soraya tidak ditemukan di manapun hingga akhirnya Jena memberikan ide berpura-pura untuk pergi. Bisa saja besok atau lusa Soraya kembali pulang ke rumah dan ketika Kalindra akan memasuki mobil, dia mendengar suara teriakan Soraya hingga ketika semuanya sudah masuk ke dalam mobil, Kalindra mencari arah suara tersebut di dekat gudang, dan dia melihat adiknya berjalan sambil mengesot.
"Soraya!" Kalindra berteriak, dia berlari ke arah adiknya hingga Soraya yang hampir saja tidak sadarkan diri langsung menoleh ke arah kakaknya dan sedetik kemudian Soraya kehilangan kesadarannya.