Istri mana yang terima bila diduakan dengan orang yang ditolongnya? Apalagi alasannya karena untuk membungkam mulut orang yang mengatakannya mandul. Hingga akhirnya sang suami melakukan perbuatan yang sangat dibencinya.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.27 art untuk Aileena
"Pagi pak dokter." sapa seorang perawat yang biasa membantu pekerjaan Radika.
"Hmm ... pagi juga." jawabnya datar.
Perawat yang bernama Naya itu mengerutkan keningnya. Tidak biasanya dokter yang dikenal dengan keramahtamahannya itu hanya menjawab singkat dan datar. Tiada senyum sama sekali. Wajahnya terlihat muram dan mendung.
"Kok pagi-pagi mendung." ujar Naya seraya meletakkan laporan hasil visit pasien Radika yang ditanganinya. Radika hanya mengedikkan bahu, malas bicara membuat Naya menghela nafas malas. "Mau kopi?" tawarnya agar Radika tidak terlihat terlalu murung.
"Hmm ... boleh. Tanpa gula." ujarnya membuat Naya lagi-lagi mengerutkan keningnya.
"Aneh." desisnya sebelum beranjak menuju pantry khusus tempat membuat minum para petugas medis di lantai itu. Aneh menurut Naya sebab biasanya Radika membuat kopi dengan perbandingan kopi dan gula 1 : 1, tapi kali ini Radika justru ingin minum kopi tanpa gula sama sekali.
Setelah selesai, Naya langsung mengantarkan kopi itu dan meletakkannya di meja. Tak peduli uap yang masih mengepul, Radika langsung mengangkat cangkir kopinya dan menyesapnya secara perlahan membuat Naya geleng-geleng kepala.
"Ada masalah? Kalo iya, baiknya cerita, jangan dipendam. Aku bersedia kok mendengarkan keluh-kesahmu. Walaupun aku mungkin nggak bisa bantu apapun, minimal dapat meringankan beban pikiranmu." tukas Naya. Naya sudah cukup lama kenal dengan Radika, semenjak Radika menjadi koas di rumah sakit itu. Pada saat itu, Naya juga baru diterima sebagai perawat junior. Intensitas pertemuan yang cukup sering, membuat mereka berdua berteman.
Radika menghela nafas panjang. Ragu sebenarnya membuka suara sebab ia merasa seperti ABG labil yang sedang cemburu saat ini. Namun di sisi lain, ia tidak berhak untuk cemburu sebab ia bukan siapa-siapa Aileena. Ia hanya sebatas teman.
"Aku nggak papa kok." ujar Radika seraya memaksakan tersenyum.
"Yakin?" Naya mendelik tajam. Ia meragukan kata-kata Radika.
"Iya , serius. Cuma sedang sedikit lelah aja. Kurang tidur. Jadi bawa'annya bad mood." imbuhnya lagi.
Naya mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba untuk percaya walaupun belum yakin. Tapi toh itu bukan urusannya. Setelah melihat Radika sudah merasa lebih baik dari saat pertama tadi, Naya meninggalkan ruangan Radika untuk melaksanakan tugasnya kembali.
Belum lama Naya keluar, tiba-tiba kepalanya menyembul dari balik pintu membuat Radika menjengit kaget.
"Kalau itu urusan cewek, perjuangin. Jangan kayak ayam sayur, lemes gitu." ejek Naya dengan cengiran lebarnya membuat Radika melotot tak percaya. Lalu Naya cepat-cepat menyingkir dari sana sebelum Radika mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
Seperti dugaan Naya, Radika segera bangkit dari kursinya untuk mengejar Naya dan menanyakan bagaimana ia bisa menebak isi pikirannya, tapi sayang saat Radika baru memegang handle pintu dan menariknya ke dalam hingga pintu itu terbuka lebar, di depannya telah berdiri seseorang yang tidak diduganya
...***...
Sesuai perkataan Fatur pagi tadi, sorenya ia datang kembali dengan mengajak seorang wanita paruh baya yang usianya diperkirakan sekitar 50 tahunan. Aileena pikir niat Fatur membawakan seorang art itu hanya sekedar wacana saja, tapi ternyata dugaannya salah. Fatur benar-benar merealisasikan perkataannya.
"Ai, perkenalkan, dia mbok Ningsih. Mbok Ningsih ini saudara mbok Asih yang kerja di rumahku. Beliau baru datang dari kampung. Dia yang akan membantu dan menemanimu di sini mulai sekarang. Jadi kalau kamu butuh bantuan apapun, bilang aja ke mbok Ningsih." ujar Fatur saat mereka duduk di ruang tamu.
Aileena membulatkan matanya karena tak menyangka Fatur benar-benar memperkerjakan seorang art untuk menemani dan membantunya di rumah.
"Mas, nggak perlu repot-repot. Aku bisa sendiri kok. Aku udah biasa mengerjakan semuanya sendiri." Aileena mencoba menolak secara halus. Ia sungguh-sungguh tak ingin merepotkan Fatur.
"Non, nggak mau memperkerjakan mbok ya? Non, nggak suka mbok kerja di sini?" ujar Mbok Ningsih dengan wajah sendunya.
Aileena sontak gelagapan, bukan maksudnya seperti itu.
"Ya udah den, kalau gitu mbok balik lagi ke kampung aja. Mbok pikir, mbok bisa dapetin kerjaan di kota kayak Asih biar bisa biayain sekolah anak-anak mbok, taunya mbok nggak diterima." mbok Ningsih terisak membuat Aileena makin tak enak hati.
"Bukan begitu mbok maksud Aileena. Tapi ..."
"Tapi emang non nggak suka kan mbok kerja di sini apalagi mbok udah tua pasti kerjaan mbok nggak becus kan!"
"Haduh, bukan mbok, bukan. Ya sudah, baiklah, mbok boleh kok kerja di sini. Temenin Ai di sini ya! Anggap aja Ai kayak anak mbok sendiri, nggak perlu sungkan." Aileena akhirnya memilih mengalah. Sebenarnya apa yang dikatakan Fatur itu ada benarnya, ia butuh seseorang bukan sekedar untuk membantu tapi juga untuk menemani agar sewaktu-waktu bila terjadi sesuatu padanya, ada orang yang bisa diminta tolongi.
"Mbok, Ai ambil minum dulu ya! Mbok duduk dulu aja, pasti mbok masih capek kan." ujar Aileena lembut yang dibalas senyuman oleh Mbok Ningsih.
Saat Aileena menuju dapur, mbok Ningsih dan Fatur saling melirik lalu tertawa cekikikan.
"Akting mbok hebat!" puji Fatur sambil mengacungkan jempol ke arah mbok Ningsih.
"Si mbok gitu lho. Pantesan aden demen banget sama non Aileena, orang cuantik banget. Baik dan ramah juga. Tapi kasian ya, den, lagi hamil malah ditinggal suami." ujar Mbok Ningsih.
Fatur sudah menduga kalau Aileena akan kembali menolak bantuannya mempekerjakan seorang art karena itu ia sudah membicarakan hal ini dengan mbok Ningsih dan meminta mbok Ningsih agar bisa membuat hati Aileena tak tega dan luluh hingga mau menerima bantuannya mempekerjakan mbok Ningsih.
"Iya sih mbok, tapi entah Fatur harus bersedih atau senang. Fatur sedih melihat nasibnya dikhianati oleh orang yang dicintai, tapi Fatur juga senang soalnya karena hal itu Fatur jadi memiliki kesempatan untuk bertemu dan mudah-mudahan Fatur bisa menjadikan Aileena istri Fatur. Mbok doain ya!" ujar Fatur seraya tersenyum lebar.
"Mbok doain ya den, semoga kalian berjodoh. Apalagi mbok liat kalian emang cocok dan serasi." ujar Mbok Ningsih tulus.
"Aamiin, makasih ya mbok doanya. Oh ya mbok, kalau ada apa-apa, jangan lupa kabarin Fatur ya. Apapun itu termasuk kalau ada yang cariin Aileena." ujar Fatur.
"Tenang aja, aden bisa percayakan non Aileena sama mbok." ujar mbok Ningsih sungguh-sungguh. "Ternyata aden udah mulai bucin ni ye sampai semuanya mau dilaporin segala." ujar Mbok Ningsih seraya terkekeh.
"Bukan bucin mbok, cuma jaga-jaga aja. Fatur cuma takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan."
"Itu sama aja, den. Ngaku aja susah bener." ejek Mbok Ningsih sambil tergelak.
"Lagi ngobrolin apa sih mbok kok kayaknya asik bener. Nggak ngajak-ngajak Ai lagi." ujar Aileena setibanya di ruang tamu.
Fatur tersenyum kaku baru sadar ternyata Aileena telah kembali dari dapur.
"Oh itu, mbok cuma cerita ada orang yang udah jadi bucin tapi nggak mau ngaku." ujar mbok Ningsih sambil terkekeh dengan mata melirik Fatur.
Fatur salah tingkah, namun ia tetap berusaha stay cool. Tak mau ketahuan kalau sebenarnya ia lah yang sedang dibahas Mbok Ningsih.
"Oh, biasa itu mbok. Namanya itu gengsi. Kalau yang disukai diserobot orang lain, baru deh nangis-nangis." sahut Aileena tanpa sadar Fatur lah yang sedang dibahas itu. Fatur hanya bisa merutuk dalam hati, ternyata saudara mbok Asih ini cukup ceriwis. "Ini mbok , mas, silahkan diminum minumannya dan dicicip kuenya." ujar Aileena seraya meletakkan secangkir teh untuk mbok Ningsih dan kopi untuk Fatur. Aileena juga meletakkan sepiring kue brownies ke hadapan mereka.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Janjangan Delima mantannya Radika.. dan Doni kk nya Radika.. 😱😱😱