NovelToon NovelToon
Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: LiaBlue

Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.

Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Terlihat Real

Sepasang insan itu pun bergerak ke bawah pohon tersebut. Ekspresi Langit yang tak semangat membuat Senja berusaha untuk menarik perhatian pemuda itu, supaya tak terus melamun.

Tak heran tingkah Langit seperti itu, sedari dulu efek perceraian orang tua memang selalu berdampak besar kepada anak, seperti yang dialami Langit dan Luna saat ini.

“Kamu tadi tidur di kelas?”

Langit menoleh dan memandang sang tunangan yang duduk di  sampingnya. “Pasti Ace yang ngadu, ‘kan?”

Senja tertawa. “Aku nanya sama dia, soalnya aku juga liat kamu dari tadi duduk di situ.”

Langit menghembuskan napas panjang, ia mendongak memandang langit biru di atas sana. “Liat, langit hari ini cerah banget, biru indah. Tapi ... Langit yang di sini gak secerah itu, sekarang lagi mendung.”

Senja mengusap lengan Langit, ia paham maksud kalimat pemuda itu.

“Ternyata berat banget, Ja, rumah tanpa orang tua itu berat banget. Biasanya tiap pagi aku selalu denger ocehan Kak Luna yang lagi ngobrol sama Ayah sama Bunda, sekarang gak kedengeran lagi. Biasanya aku selalu dibangunin sama Bunda dulu, baru setelah itu kamu yang dateng. Biasanya aku liat Bunda masak sambil senyum, terus Ayah minum teh di meja makan, Kak Luna misuh-misuh kalo aku nyuri biskuit kesukaannya, tiap pagi biasanya selalu kayak gitu. Tapi sekarang beda, aku tinggal berdua, gak ada Ayah, gak ada Bunda. Berat banget, Ja, rasanya berat banget. Aku kira gak akan seberat ini tanpa mereka berdua, nyatanya?”

Senja terdiam, ia mengusap pipi Langit yang terlihat menahan tangis. Akhir-akhir ini, semenjak kejadian mengejutkan itu, Langit memang lebih sering menangis. Bahkan pernah kala itu, Senja mengintip Langit tengah menangis diam-diam, begitu terpukulnya pemuda yang terkenal nakal tersebut.

“Kamu masih bisa ciptain suasana hangat itu sama Kak Luna aja, kok. Lakuin semua hal yang biasa kalian lakuin, gak usah berubah, gak usah saling diem dan saling merenungi rasa sedih masing-masing. Kita harus sama-sama berusaha buat ciptain kehangatan dengan kondisi yang baru. Aku tau, aku cuma bisa ngomong, tapi gak segampang itu buat praktekin, tapi ayo kita coba. Bersikap kayak biasa, saling bercanda gurau, saling debat, aku yakin, kamu sama Kak Luna pasti bisa.”

Langit menarik napas dalam. “Aku berusaha buat kayak gitu, tapi berat banget. Rasanya udah gak ada semangat aku buat ngapa-ngapain. Tadi pagi gak liat Bunda di meja makan, sesak banget rasanya dada ini, Ja,” lirihnya serak.

Senja memandang mata Langit yang berkaca-kaca. Ia mengusap lembut telapak tangan sang tunangan. “Kalo rasanya seberat itu, mungkin kamu emang perlu nyusul Bunda ke Aceh. Gak papa, pergi aja, Kak Luna juga kayaknya berat banget. Aku juga gak mau kalian terus kayak gini. Mungkin akan lebih baik kalo kamu ikut sama Bunda ke Aceh, aku gak mau kamu kayak gini.”

Langit menoleh dan menggeleng cepat. Bibirnya bergetar, ia menahan tangis sekuat tenaga. Pemuda itu masih ingat tempat, dirinya ada di sekolah dan image-nya sebagai berandal seakan menentang Langit, jangan menangis.

“Aku juga gak bisa jauh dari kamu, Ja, gimana, dong?” gumam Langit serak dan bibirnya bergetar.

Pemuda itu dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Posisinya saat ini sangat sulit, perasaan dan otaknya terus menolak semua hal yang terjadi sekarang. Ia ingin tetap dan selalu bersama Lusi, tetapi ia juga tak sanggup jika harus berpisah dengan Senja.

Senja pun melipat kedua bibirnya, ia ikut sedih melihat kondisi Langit. Perlahan Senja menarik pemuda itu dan memeluknya dengan usapan lembut di punggung.

“Aku harus gimana, Ja? Aku mau Bunda, tapi aku gak mau pergi ke Aceh, aku gak bisa pisah dari kamu. Bayanginnya aja, aku hampir gila, aku mau kalian tetep sama-sama ada deket aku, kayak dulu. Kenapa harus kayak gini, Ja?”

“Sstt, tenang dulu, tenang,” bisik Senja menenangkan Langit.

“Aku ngerasa jadi anak yang gak becus, Ja. Harusnya sebagai anak cowok, saat Bunda pisah sama Ayah kayak gini, aku yang harusnya gantiin buat jadi tulang punggung. Bunda gak harusnya pilih jalan sulit kayak sekarang, kami pisah karena Bunda harus cari nafkah di kota lain. Apa aku harus kerja, Ja, biar Bunda bisa balik lagi ke Jakarta gak perlu kerja lagi?” celoteh Langit.

Senja menggeleng sembari terus mengusap punggung Langit. “Enggak, kamu gak salah. Kamu masih sekolah, Bunda akan marah kalo kamu cari kerja. Bunda lakuin ini juga buat kamu dan Kak Luna. Bunda akan seneng kalo kamu belajar yang rajin, jadi anak baik, gak bandel lagi, dapet nilai bagus, saat lulus nanti nilai juga bagus, terus masuk perguruan tinggi yang oke, jadi sukses, setelahnya bekerja gaji gede. Kalo udah gitu, maka kamu bisa minta Bunda buat berenti kerja, terus balik ke Jakarta bareng-bareng lagi. Hanya itu yang akan bikin Bunda seneng, Sayang, jadilah siswa yang baik, jangan nakal-nakal.”

Langit mengusap air matanya, kemudian menatap Senja yang tersenyum kepadanya. “Gimana caranya biar gak nakal?”

Senja tertawa, ia ikut mengusap bekas air mata di pipi sang tunangan. “Gimana lagi? Jangan bolos, jangan suka jahilin guru, jangan suka tidur di kelas, belajar yang rajin, jangan suka berantem apalagi tawuran, rajin ngerjain tugas, bukan terus dihukum karna gak pernah kerjain PR.”

“Kamu tau?”

“Hem?”

“Semua yang kamu bilang tadi, adalah hal-hal tersulit bagi aku, lebih sulit dari nahan berak satu hari satu malem.”

Senja terbahak mendengar pernyataan jujur Langit. Ia tak heran, memang sebegitu sulitnya bagi Langit untuk menjadi siswa baik yang rajin, serta tertib aturan. Senja selama ini tak pernah menuntut Langit untuk menjadi siswa baik yang pintar, setidaknya ia bersyukur tingkah sang tunangan tidak kelewat batas.

“Udah selesai, ‘kan?”

Suara berat seseorang menyela percakapan penuh air mata itu. Senja dan Langit menoleh serentak ke arah sumber suara. Rupanya Rance berdiri sembari menenteng dua kotak nasi goreng, pesanan Senja tadi.

“Ganggu aja lo,” ketus Langit.

“Masih ganggu? Padahal udah gue tunggu dari beberapa menit lalu, mulai dari ingus lo yang memberontak mau keluar, terus bibir lo yang geter minta ditonjok. Kaki gue sampe pegel berdiri di situ.” Rance meletakkan dua kotak nasi goreng itu di atas rumput di dekat Senja dan Langit.

“Kenapa jadi lo yang anter?”

“Kantin macet, maksudnya antri. Kalo nungguin karyawan yang anter ke sini, mungkin kalian harus bermalam dulu di sini, soalnya katanya dia cuma punya waktu kosong besok pagi. Makanya gue aja yang anter,” celoteh Rance.

“Lebai lo,” dengkus Langit.

Rance menatap Langit dengan wajah tenangnya. “Iya, tapi masih lebai lo, sih.”

Langit melotot, sedangkan Senja tertawa. “Anjir lo!” umpat Langit kesal.

“Udah, ya. Gue mau anter punya Neo, dia juga lagi drama, nangis-nangis sakit kaki gak bisa gerak. Capek banget gue, punya temen dramatis semua.” Rance berlalu dari sana tanpa dosa.

Senja menyambung tawanya, sedangkan Langit terus misuh-misuh kesal. Rasanya darah tinggi orang-orang akan kambuh setiap kali berbicara dengan Rance.

“Oh, iya, Ngit.” Rance menoleh ke belakang.

“Apa?” ketus Langit.

“BTW akting lo tadi keren, gue rasa lo bisa jadi ikut casting, deh.”

Mulut Langit ternganga. “Bangke, itu bukan akting, anying!”

“Oh, bukan, ya? Soalnya kelitan real banget lo nangis sesegukan sampe keluar ingus gitu.”

“Ke sini lo, kampret! Gue tempeleng lo!” Langit berniat berdiri untuk mengejar Rance, tetapi Senja menahannya sambil tertawa. “Keliatan real katanya? Udah jelas emang real nangis,” sambungnya menggerutu kesal.

“Eh, Ngit.” Rance kembali menoleh ke belakang.

“Apa lagi apaaa?”

***

Jangan lupa selalu tinggalkan jejak setiap bab, dan jangan lupa juga support novel ini dengan vote setiap minggunya. makasih semuaanya

1
Saya Kaya
rance selalu bikin gue ngakak😭🤣
Saya Kaya
lanjuut kak
Nova Silvia
neo ma ace pst ngakak
Nova Silvia
LDR itu susah thorrr
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
Nova Silvia
jan bilang selingkuhan ayh,,ibu ny nja
Nova Silvia
iiihhh jd slabrut olangan ni thor
Saya Kaya
lanjut thor
Saya Kaya
ada niat ngegatel gak ini?🤨
Saya Kaya
ya Allah, saat gue ikutan nangis, eh langsung ngakak sama tingkah rance😭😭
Saya Kaya
gue gemes sama selingkuhan itu. anjng kan🤧
Nova Silvia
kan bilang ee suka ma ja
Nova Silvia
hubungan yg gek²s
klo ada ulet jg pst senja bantai
Nova Silvia
bab satu aku suka
kita lanjut nanti yaaahhhhh
Saya Kaya
pertemanan mereka bikin iri🤧😂
Saya Kaya
waduuh, digantung🤧😭
Saya Kaya
lanjuut tor
@vee_
lucu ka..
Saya Kaya
semangat langit. ikut sedih🥺
Saya Kaya
sumpah, cerianya mood 😭🤣
Saya Kaya
huaa tor, cepet update. seru bnget ini🤧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!