NovelToon NovelToon
Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dark Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

(Tidak disarankan untuk bocil)

Seharusnya, besok adalah hari bahagianya. Namun, Alfred Dario Garfield harus menelan pil pahit saat sang kekasih kabur, mengungkap rahasia kelam di balik wajahnya—luka mengerikan yang selama ini disembunyikan di balik krim.

Demi menyelamatkan harga diri, Alfred dihadapkan pada pilihan tak terduga: menikahi Michelle, sepupu sang mantan yang masih duduk di bangku SMA. Siapa sangka, Michelle adalah gadis kecil yang dua tahun lalu pernah diselamatkan Alfred dari bahaya.

Kini, takdir mempertemukan mereka kembali, bukan sebagai penyelamat dan yang diselamatkan, melainkan sebagai suami dan istri dalam pernikahan pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ceramah bermutu dari Jolina

Suasana seketika berubah hening dan mencekam. Michelle menunduk, jari-jarinya meremas erat. Matanya sudah memerah, berkaca-kaca karena berusaha menahan air mata, takut menatap langsung suaminya yang berdiri tegak di hadapannya. Napasnya tertahan, dada terasa sesak.

Tiba-tiba, Alfred meraih tangan Michelle dengan cengkeraman kasar, menariknya cepat keluar kamar. Melly yang sedang menggendong Serena terdiam membeku, matanya membelalak ngeri menatap wajah keras tuannya dan melihat ketakutan yang terpancar dari Michelle.

Langkah Alfred terus menggiring Michelle menelusuri lorong mansion dengan tergesa, gadis itu nyaris terseret, tak peduli para pelayan yang terpaku, saling bertukar pandang heran melihat majikan mereka berperilaku tak biasanya, menahan amarah yang membara.

Michelle perlahan mengangkat kepala, matanya berjumpa dengan kepala pelayan Roslina. Tatapannya sendu, penuh harap dan permohonan diam yang hanya bisa disampaikan lewat pandangan. Roslina pun menelan ludah, ikut merasakan kegelisahan itu. Ia tahu betul bagaimana rupa wajah galak majikannya ketika sedang menahan kemarahan, dan kini, tepat seperti itu juga. Tapi ia hanya bisa diam, tak berdaya membantu nonanya.

Alfred menyeretnya ke kamar dengan langkah berat. Ia menghempaskan tangan istrinya dengan kasar hingga gadis itu berdiri kaku di tepi ranjang. Kepala Michelle menunduk, tak berani menatap lelaki yang selalu membuat keberaniannya menciut.

“Jadi... kau benar-benar pernah hamil?!” tanya Alfred. Tapi ada kebingungan yang tak bisa dia sembunyikan, kenapa ia harus peduli dan marah? seolah ia seorang laki-laki yang begitu mencintai istrinya.

Mulut Michelle terkunci rapat, tak mampu untuk menjawab, karena ketakutan sudah menguasi tubuhnya.

“Jangan menangis!” Alfred memerintah dengan suara sedikit meninggi hingga membuat Michelle tersentak, kemudian isak tangisnya pecah.

Kenapa air mata ini bisa mengalir deras, padahal selama ini dia dikenal tegar di hadapan banyak orang?

Alfred menutup mata, napasnya tersengal, mencoba menenangkan emosinya. Perlahan, ia melangkah mendekat, mencoba untuk bersabar.

Namun Michelle... dia malah mundur, hatinya dipenuhi ketakutan dan luka yang belum siap disembuhkan. Dunia mereka kini runtuh, tertatih antara cinta dan rasa duka yang menusuk lebih dalam dari luka fisik manapun.

Alfred melangkah tanpa henti, hingga tubuh Michelle terjepit kaku di dinding dingin itu. Tangannya menggenggam dagu istrinya dengan paksa, memaksa mata gelap itu menatap tajam ke arahnya. “Bisakah kau bicara, atau memang kau bisu?”

“Aku menyelamatkanmu dari neraka dunia—dari tangan-tangan keji yang merendahkanmu! Tapi sekarang, kau hancurkan semua dengan... hamil di luar nikah?”

“Apakah kau masih ingat? Apa yang kukatakan sebelum kubiarkan kau tergeletak sendiri di jalan itu?”

Michelle menelan ludah, tubuhnya bergetar hebat. “U-l-a-n-g, Michelle Zevanya?” desak Alfred dengan bisikan tajam, seperti pisau yang mengiris kulit. "apa yang ku katakan waktu itu?"

“Aku... aku harus melawan, melawan mereka yang hendak menyakitiku...” suara Michelle patah-patah, tersendat oleh air mata yang menumpuk di pelupuk.

“Lalu, kenapa sekarang kau mengeluarkan ASI, jika bukan karena kau hamil sebelumnya?” bentak Alfred sambil menghempaskan tangan dari dagu Michelle, membuatnya terhuyung.

“Jawab!” teriak Alfred, napasnya memburu, wajahnya begitu dekat dengan Michelle hingga dia bisa merasakan kepanikan istrinya.

Seluruh tubuh Michelle menggigil, isak tangisnya meledak tak tertahankan, memenuhi ruang itu. Tubuhnya merosot ke lantai dengan air mata terus berderai keras.

Alfred memejamkan mata dalam-dalam, mencoba menahan amarah. Jika dia terus berada di kamar itu, dia yakin akan meledak tanpa kendali. Langkahnya keluar berjalan tegap, wajahnya begitu dingin dan penuh kemarahan hingga beberapa pelayan yang lewat di depannya tak bisa menahan napas, merasakan hawa ketegangan yang menakutkan, padahal Alfred hanya melewati mereka tanpa sepatah kata.

Tujuannya sudah pasti: ruang baca di pojok lorong paling ujung. Begitu masuk, ia langsung menghempaskan semua berkas di atas meja kerja. Matanya masih membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.

Gadis yang ku nikahi... pernah hamil di luar nikah?

Tangannya mengepal kuat, jantungnya berdetak kencang. “Ah sial! Ada apa denganku?” teriak Alfred.

Ia duduk di kursi besar dengan wajah yang masih penuh amarah, lalu mengeluarkan ponselnya. Jari-jarinya mengetuk layar sebelum ia menekan tombol panggil. Nafasnya ditarik perlahan ketika suara di seberang terdengar, dan tanpa basa-basi, Alfred berkata, “Jo, aku perlu tanya sesuatu. Kau ada waktu?”

Di seberang sana, suara seorang pria menjawab santai, “Siapa, sayang?” Alfred tahu betul itu suara sahabatnya, Maxime.

“Si Al,” ujar Jolina sambil menyalakan speaker, memastikan tunangannya mendengar jelas suara sahabatnya.

“Jadi, apa yang ingin ditanyakan tuan muda Garfield? Sepertinya sangat penting, mengingat dia tak pernah membuang-buang kata,” sindir Jolina dengan nada menyindir, matanya menyipit penuh arti.

Alfred menghela napas panjang,"Apa mungkin seorang gadis SMA bisa mengeluarkan ASI tanpa hamil?"

“Siapa yang mengeluarkan ASI? Istrimu?” tanya Jolina, nada suaranya berubah jadi seraya menggoda. Alfred cuma berdehem.

“Benarkah? Ah, itu sungguh luar biasa! Kau menikahi gadis yang begitu... istimewa!” celetuk Jolina, matanya berbinar semangat.

Alfred mengangkat alisnya tinggi, heran sekaligus bingung dengan jawaban itu.

Jolina menambahkan, “Jangan bilang kau menuduh istrimu hamil di luar nikah, terus marah-marah? Wah, kalau begitu aku tak habis pikir denganmu. Kau sama sekali belum berubah.” Lalu, dengan santai dia mengalihkan panggilan menjadi video call.

Alfred hanya diam di balik layar, wajahnya beku seperti es.

"Serius!? Kau benar-benar menuduh gadis manis seperti istrimu itu?" Jolina mendesah panjang.

"Lihatlah, Sayang, sahabatmu ini sungguh bodoh, tak tahu bagaimana memperlakukan seorang gadis sehebat dia."

Maxime menyeringai sinis, menyulut bara dalam dada Alfred. "Dia memang bodoh sejak dulu. Soal cinta? Dia paling payah di dunia ini."

“Sudahlah! Kenapa justru kalian yang menyudutkan aku? Jawab pertanyaanku sekarang!” bentak Alfred, suaranya serak mendesak.

Tawa kecil pasangan itu pecah sejenak, sampai Jolina berkata dengan nada serius, “Gadis SMA yang bisa mengeluarkan ASI itu sangat langka, Alfred. Mungkin karena keturunan, atau makanan yang dia konsumsi. Apa yang terjadi pada istrimu... itu sebuah keistimewaan.”

“Wanita subur seperti dia, berapapun jumlah anak yang kau harapkan, pasti bisa kau dapatkan.”

Alfred mengernyit, menatap tajam Jolina. “Kenapa mengarah ke situ? Apakah kau pikir istriku hanya alat produksi anak-anak?”

jolina tertawa keras,"Akhirnya dia mengakui bahwa Michelle istrinya, tapi baguslah, secara tak langsung kau sudah melupakan wanita jadi-jadian itu.

" Dengarkan aku. Kau harus mempertahankan Michelle menjadi istrimu. Ia gadis manis, baik dan sangat perhatian. Sudah saatnya kau melupakan wanita itu. Aku dari dulu tak pernah menyukai wanita yang kau pacari itu. Aku ingin mengatakannya tapi kau malah bucin kepadanya. Benar kata maxime kau sangat kaku dalam masalah cinta. Dulu kau sangat kaku dengan Elena, bukankah begitu taun muda Garfield?"Jolina terkekeh tak berhenti mengejek sahabat kekasihnya.

Alfred tampak diam berpikir.

"Sekarang minta maaf kepada istri kecilmu, kau membentak seorang gadis labil, bukan wanita dewasa. Berbeda saat kau membentak Elena dulu, wanita itu biasa saja, karena wanita dewasa tak mudah baper, tapi sekarang kau menikahi gadis SMA...gadis SMA," lanjut Jolina.

"Sudah saatnya kau menurunkan gengsimu, kalau memang tak ingin kehilangan gadis istimewa itu,"

"Kenapa Michelle tak menjawab saat kau tanya? Karena kau bertanya dengan nada tinggi, penuh amarah! Apa kau lupa, dia mungkin mempunyai trauma dengan bentakan seperti itu? Kau membuatnya takut."

Alfred terdiam sejenak, mukanya masam.

"Aku lelah harus ceramah terus padamu," lanjut Jolina dengan nada setengah meledek, setengah menyindir. "Intinya, minta maaflah. Kau cuma takut dia hamil di luar nikah, kan? Tapi kenyataannya tidak. Dan itu malah menguntungkan—babygirl butuh ASI dari istrimu."

Jolina mengakhiri panggilan, "Dadah, semoga kau berhasil meminta maaf pada istri kecilmu," sebelum memutuskan panggilan.

Alfred menutup telepon, nafasnya tercekat. Rasa bersalah membakar dadanya, menyiksa karena telah Michelle. "Kenapa aku masih belum bisa mengendalikan emosiku?"

1
partini
lanjut thor 👍👍👍👍
partini
hemmm moga pergi biar kamu kelabakan
Mericy Setyaningrum
alfred riedel kaya pelatih Timnas dulu ehhe
ladies_kocak: oh ya? baru tahu 😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!