NovelToon NovelToon
The Fugazi Code : A Psychopath'S Obsession

The Fugazi Code : A Psychopath'S Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:859
Nilai: 5
Nama Author: Bymell

Judul : The Fugazi Code : A psychopath's obsession Elric Dashiel adalah seorang psikopat yang mempunyai penyakit Dissociative Identity Disorder atau yang biasa disebut kepribadian ganda. Penyakit langka yang dialaminya itu terjadi karna trauma masa kecilnya yang penuh kegelapan, kesakitan dan darah. Karena masa kecil nya yang kelam tentu saja ia tak pernah diajarkan tentang salah atau benar menurut pandangan orang normal. Tidak pernah diajarkan tentang perasaan sedih atau senang. Sakit atau nyaman. Apa lagi tentang cinta, baik tentang cinta dari orang tua keanaknya, atau kelawan jenis. Ia terlalu mati rasa untuk mengerti tentang perasaan-perasaan aneh itu. Sampai ketika ia bertemu Hannah Zeeva. Seorang gadis yang ia culik dari salah seorang yang pernah berhutang pada gengnya. Gadis itu benar-benar membuat Elric yang sudah gila menjadi lebih gila. Ia mencintai gadis itu, lebih dari ia mecintai dirinya sendiri dengan segala keegoisannya. Ia tak peduli jika gadis itu tersiksa atau bahagia, suka atau tidak dengan kehadirannya. Yang ia tau, ia ingin selalu bersama gadis itu. Melindungi dan menjaganya dengan benteng pertahanan terkuatnya. Sayangnya Hannah tidak pernah menyukai setiap cara Elric yang selalu berkata akan menjaganya. Ia terlalu mengekang Hannah seolah-olah Hannah adalah peliharaannya. Bahkan Elric beberapa kali berusaha membunuh Jack. Satu-satu sahabat yang Hannah punya dan ia pecaya. Jackson yang selalu melindungi dan mencintai Hannah selayaknya orang normal, yang tentunya sangat berbeda dengan cara Elric mencintai Hannah. Bagaimana akhir kisah cinta segitiga yang rumit mereka? Bagaimana cara Hannah menghancurkan Aliansi besar Elric bermodal nekadnya? Baca selengkapnya cerita mereka yang penuh pertumpahan darah untuk lepas dari jeruji besi yang diciptakan oleh Elric Dashiel. ******** FYI guys, cerita ini sudah pernah ku publish di APK W. Dengan judul The Chiper | Shit Fugazi versi Fanfiction. Jadi bukan plagiat yaa.. Happy reading, End enjoyyy... Elric Dashiel as Park Chanyeol Hannah Zeeva as Lee Hana Jackson Hobbard as Seo Kangjun. Lucas Carver as Oh Sehun. Philip Hobbard as Lee Jinwook. Lucius Myron as Kim Jong In Miko Parker as Mino

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bymell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Rencana Hannah

... Happyy reading\~...

Elric mengangkat kepalanya perlahan. Tatapan matanya yang masih redup segera menangkap keberadaan dua sosok di ambang pintu. Udara di dalam kamar berubah tegang seketika.

“Sejak kapan kalian berdiri di sana?” suaranya terdengar rendah dan dingin, meski sisa rapuhnya tadi belum sepenuhnya hilang.

Lucius menunduk, berusaha menahan kekesalannya. “Kami sudah siap, kita bisa pergi sekarang.”

Lucas menampilkan senyum tipis, penuh arti. “Aku melihat sisimu yang jarang muncul, Bos. Itu… menarik.”

Tatapan Elric langsung menusuk keduanya. Ia meraih pistol yang tergeletak di lantai, dan menggenggamnya erat. Lalu berdiri tegak, kembali menunjukkan wibawanya.

“Cukup. Masalah pembalasan akan kuatur nanti. Untuk sekarang, bereskan dulu semua kekacauan yang ada. Jangan sampai ada celah yang dimanfaatkan musuh.”

Lucius menunduk cepat, nada suaranya datar namun tegang. “Baik, Boss. Akan segera kami lakukan.”

Lucas tersenyum kecil, jelas merasa puas melihat sisi Elric yang kembali mengendalikan keadaan. "Baiklah, kalau begitu.”

Pintu kembali tertutup, menyisakan Elric bersama Hannah di dalam kamar.

Suasana kamar kembali hening. Tapi keheningan itu tidak benar-benar tenang. Genggaman pistol di tangan Elric bergetar halus, urat-urat di tangannya menegang. Nafasnya terdengar berat, seolah ia sedang menahan sesuatu yang ingin meledak keluar.

Hannah menatapnya tanpa berkedip. Ia melihat betapa rapuh sosok itu, meski barusan kembali tampil tegas di hadapan Lucius dan Lucas. Perlahan, Hannah mendekat, tangannya terulur dan menyentuh lengan Elric.

Hening terasa panjang, hanya suara nafas Elric yang berat dan tidak beraturan memenuhi kamar. Hannah tidak melepaskannya. Ia tetap menggenggam tangan Elric, seolah ingin meminjamkan ketenangan yang ia miliki.

Perlahan, bahu Elric yang semula tegang mulai mereda. Genggaman tangannya yang tadi terkepal kuat kini melemah. Ia menutup mata, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan berat, seakan membuang sebagian besar beban yang menindih dadanya.

Hannah tersenyum tipis, tangannya masih menggenggam tangan Elric. “Lihat? Kau bisa mengendalikannya. Kau tidak harus selalu melawan dunia sendirian.”

Elric menatapnya lama. Mata tajamnya yang biasanya penuh kegelapan kini tampak lebih redup, seolah ada retakan yang terbuka. Untuk pertama kalinya, Hannah melihat sisi dirinya yang manusiawi. Penuh rasa lelah, rapuh, namun juga haus akan ketenangan.

Tangannya perlahan terangkat, menyentuh pipi Hannah di depannya. “Entah apa yang kau lakukan padaku… tapi aku tidak bisa melawannya,” ucap Elric lirih, suaranya hampir bergetar.

Detik itu juga, Elric menyandarkan kepalanya di bahu Hannah. Bahunya yang tegap bergetar halus, tapi nafasnya mulai lebih teratur. Aura dingin dan mengerikan yang sempat mendominasi dirinya perlahan memudar, digantikan kehangatan rapuh yang hanya Hannah bisa munculkan.

******

Hari berikutnya..

Sinar matahari pagi menembus tirai tipis kamar, menandai awal hari yang berbeda. Hannah berdiri di depan cermin, merapikan pakiannya dengan sedikit canggung. Meski semalam hatinya sempat dicekam ketakutan, kini ada rasa lega karena Elric berhasil ia kendalikan.

Saat keluar kamar, Elric sudah menunggunya di ruang tamu. Pria itu duduk dengan santai di sofa, mengenakan kemeja hitam rapi, rambutnya tersisir ke belakang. Pistol yang semalam hampir menjadi saksi amarahnya kini sudah tak terlihat.

“Sudah siap?” tanya Elric singkat. Suaranya masih dingin, namun tidak setegang semalam.

Hannah mengangguk pelan. “Ya.”

Elric berdiri, gerakannya tenang tapi penuh wibawa. Tanpa banyak bicara, ia mengambil mantel panjang hitamnya lalu berjalan lebih dulu ke arah pintu. Hannah mengikuti di belakang, langkahnya sedikit ragu namun tetap mengikuti langkah Elric.

Di halaman depan, mobil hitam Elric sudah menunggu. Lucas yang biasanya banyak bicara kini menunduk hormat, sementara Lucius hanya melirik singkat dengan ekspresi malas menyembunyikan kekesalannya.

Elric membuka pintu mobil untuk Hannah, sebuah sikap yang mengejutkan, karena biasanya ia tak pernah melakukan hal seperti ity. Hannah menatapnya sebentar sebelum masuk ke dalam. Tatapan Elric tidak mengatakan apa pun, tapi sorot matanya jelas, menunjukkan sisi kepemilikannya.

Sepanjang perjalanan, mobil melaju dengan tenang di jalan yang sudah mulai ramai. Hannah sesekali mencuri pandang ke arah Elric yang duduk di sampingnya, menatap lurus ke depan. Meski wajahnya tetap dingin, ada sesuatu yang berbeda, seolah badai yang semalam mengamuk kini hanya menyisakan riak-riak kecil.

“Kenapa kau… mengantarku pagi ini?” tanya Hannah pelan, memecah keheningan.

Hening sesaat. Sampai setelah beberapa detik, Elric menghembuskan nafasnya dan berkata pelan, “Aku ingin memastikan kau sampai dengan selamat.”

Hannah menunduk, bibirnya sedikit mengulas senyum. Jawaban sederhana itu terasa lebih berarti daripada seribu kalimat manis.

Mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Beberapa siswa melirik penasaran melihat Hannah turun dari mobil mewah dengan seorang pria yang auranya begitu mengintimidasi. Elric tidak peduli tatapan mereka. Ia hanya menunduk sedikit, dan berbisik pada Hannah sebelum ia menutup pintu mobil.

“Ingat janjimu.”

Hannah mengangguk pelan, lalu berjalan masuk ke sekolah dengan dada berdebar. Ia tahu, mulai hari itu, kehadiran Elric dalam hidupnya akan semakin sulit untuk disembunyikan.

Hannah melangkah memasuki area kampusnya, berusaha mengabaikan tatapan-tatapan penasaran yang menusuk. Baru beberapa langkah melewati koridor utama, sebuah tangan menariknya tiba-tiba. Hannah terkejut, mendapati Jack yang menyeretnya menuju tempat yang lebih sepi di belakang gedung fakultas.

"Kau kemana saja? Kenapa tidak ada kabar sama sekali?" Nada suara Jack terdengar cemas bercampur khawatir. "Aku menghubungimu berkali-kali setelah kejadian itu, tapi kau tidak menjawab. Kau baik-baik saja kan?"

Hannah menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Aku baik-baik saja, Jack. Maaf membuatmu khawatir."

"Bagaimana aku tidak khawatir? Kau terluka, Hannah! Dan sekarang, tiba-tiba saja Elric mengantarmu ke kampus? Apa yang sebenarnya terjadi?" Jack menatapnya dengan tatapan penuh keingin tahuan. "Kenapa kau bisa melupakan begitu saja apa yang sudah dia lakukan padamu beberapa hari lalu?"

Lanjut Jack.

Hannah menunduk, sedikit merasa bersalah pada Jack. "Aku tidak melupakan apa pun, Jack. Aku hanya..."

"Hanya apa? Apa kau mencoba membelanya sekarang? Setelah semua yang dia lakukan?" Jack meninggikan suaranya, membuat Hannah tersentak.

"Aku punya rencana, Jack," ucap Hannah pelan, mencoba meredakan emosi Jack. "Aku berencana untuk mengontrol Elric."

Mata Jack membulat mendengar ucapan Hannah. "Kau gila! Itu terlalu berbahaya, Hannah! Jangan lakukan itu!"

"Aku tahu ini berbahaya, Jack. Tapi ini adalah pilihan terakhirku. Tidak ada cara lain," jawab Hannah dengan nada tegas.

"Tidak ada cara lain? Tentu saja ada! Kau bisa menjauh darinya! Kau bisa melupakannya dan melanjutkan hidupmu!" Jack meraih kedua bahu Hannah, menatapnya dengan tatapan memohon. "Kenapa kau begitu keras kepala? Apa kau tidak mengerti betapa berbahayanya dia?"

Hannah menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa, Jack. Aku sudah terlalu jauh terlibat. Aku harus melakukan ini."

Jack melepaskan tangannya dari bahu Hannah, menunjukkan kekecewaan yang mendalam. "Aku tidak percaya ini, Hannah. Aku tidak percaya kau begitu bodoh."

"Aku tahu kau tidak setuju, Jack. Tapi aku harap kau bisa mengerti," ucap Hannah lirih.

"Mengerti? Bagaimana aku bisa mengerti kalau kau sendiri tidak mengerti apa yang kau lakukan? Kau mempertaruhkan nyawamu, Hannah! Dan kau bahkan tidak peduli!"

Jack berbalik, melangkah menjauh dari Hannah. Ia merasa kecewa dan marah. Ia tidak bisa memahami jalan pikiran Hannah. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Hannah memilih untuk mendekati bahaya.

Hannah menatap punggung Jack yang menjauh dengan perasaan hancur. Ia tahu, ia telah mengecewakan orang yang paling peduli padanya. Tapi Hannah tidak bisa mundur. Ia harus melanjutkan rencananya, meski itu berarti ia harus kehilangan Jack.

...To be continue ...

1
Người này không tồn tại
Bikin deg-degan tiap babnya.
bymell: Terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Coke Bunny🎀
Belum update aja saya dah rindu 😩❤️
bymell: Haha sabar yaa sayang, sudah terjadwal tgl 30 nanti hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!