Hasna Aulia Zahrani seorang remaja yang cantik, pintar, ceria dan manja. Ia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha sukses dan keluarga harmonis, pada awalnya. Hingga tanpa kesengajaan, orang ketiga masuk kedalam rumah tangga orang tuanya dan mengakibatkan perceraian.
karena merasa di khiantai orang tuanya, maka setelah perceraian orang tuanya, kehidupan Hasna berubah menjadi seorang pemberontak, nakal, pembangkang dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar dalam arena balap liar, clubbing serta perkumpulan remaja bebas lainnya. Walaupun hati kecilnya menolak itu semua.
Masa SMA, ia memilih hidup bersama pengasuhnya sedari kecil. Hingga suatu ketika, ia memutuskan untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di kota kelahiran sang Ibu.
Karena merasa khawatir dengan kelakuan Hasna, maka kakek serta neneknya memutuskan untuk menikahkan Hasna dengan Afnan Al-jaris, seorang Businessman yang bergelar Ustaz dan putra bungsu dari sahabat kakeknya yang merupakan seorang Kyai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Saya Suka Tantangan
Hasna mengatupkan kedua belah telapak tangan saat ia harus bersalaman dengan Afnan. Sedangkan Afnan banyak berceloteh didalam hatinya mengenali penampilan Hasna, walaupun ia tidak serta merta melihat Hasna dengan pandangan yang terang-terangan.
"Assalamu'alaikum, Ustaz," sapa Hasna lirih pada calon suaminya
"Wa-wa'alaikum Salam," jawab Afnan sedikit gugup sambil melihat ke arah Hasna. Namun, suara Afnan terdengar begitu merdu di telinga Hasna saat menjawab salamnya, kharismatik dan berwibawa itu yang Hasna tangkap.
"Haduuh suara lnya sih, bikin gue merinding bulu perbuluan, hihi," gumam Hasna dalam hatinya.
"Astagfirullah, ini cewek bajunya kurang bahan atau memang baju adiknya ya ia pakai," Afnan berbicara di dalam hati. Ia baru sadar dengan pakaian yang melekat di tubuh Hasna, menonjolkan lekuk tubuh yang tidak gemuk namun berisi, Afnan melihat sekali lagi pakaian yang Hasna kenakan.
Afnan memalingkan wajahnya ke arah lain. Afnan melihat penapilan Hasna yang menggunakan dress mini itu, merasa sedikit terganggu. pakaian yang kurang pantas menurut Afnan, baju berbahan kaus pas boddy, dan panjangnya di Atas lutut, sehingga paha mulusnya Hasna terpampang sangat jelas. Namun, Hasna menutup wajah cantiknya menggunakan masker kesehatan, dengan alasan sedang flu.
Hasna dengan sengaja membeli pakain itu dan mengenakannya malam ini, agar Afnan dan keluarganya menolak perjodohan tersebut. Padahal Ninen-nya sudah membelikan gaun yang sopan lengkap beserta hijabnya.
"Hahaha ... rasa lo ya, gue kerjain! lihat doong pakain gue nih, tuh 'kan gak berani lihat. Cheeh ya tentu saja, Ustaz mana coba, yang mau menikah dengan orang yang berpenampilan bagai penari strip ties begini!" batin Hasna tertawa. Walaupun sebetulnya ia tak tega melihat raut malu dari wajah Kiki dan Ninen-nya.
"Hmm ... Paman dan Bibi Permisi. Bolehkah, saya berbicara sebentar secara pribadi dengan nona Hasna?" tanya Afnan kepada Nenek Hasna, sekaligus meminta izin pada kakek dan Neneknya dengan wajah tetap menunduk, ia takut melihat Hasna yang super sexy itu. Takut akan syahwatnya, jika terus terusan ia memandang, bisa saja menimbulkan pandangan Zina, yaitu Zina 'Ain.
"Oh tentu saja Nak Ustadz, silahkan," jawab Ninen. Lalu Ninen berbicara pada Bik Rumi, "Bik Rumi, tolong temani mereka berbicara yah," pinta Ninen. Ninen mengerti jika Afnan tidak boleh bicara berdua saja.
"Baik bu," ucap Rumi. begitupun dengan Afnan, ia mengajak serta Ubaydillah untuk menemaninya bicara dengan Hasna.
Setelah Afnan berdiri, Hasna pun mengerti maksud dan tujuan Afnan. "Pak Yayi dan Umi, Ninen dan kiki! Nana permisi keluar sebentar," ucap Hasna sambil menganggukkan kepalanya takzim sembari tersenyum, itu terlihat dari garis matanya yang menyipit.
"Iya silahkan, Nak," sahut istrinya pak kyai. Hasna pun mengikuti langkah Afnan ke arah taman yang ada di depan rumah. Pak kyai dan Istri dapat menangkap gelagat Hasna ini tidak lah buruk. Mereka sudah faham jika di balik penampilan Hasna yang terkesan seronok dan super sexy itu, mereka masih menangkap rasa hormat, dan sopan santun dari tutur kata Hasna yang terdengar lemah lembut serta bersahaja.
"Rasanya, aku pernah melihat Ustaz Afnan ini dan pria satunya? tapi.m ... dimana ya?" Seru batin Hasna. Ia sedang mengingat-ingat, karena sepertinya ia pernah bertemu dengan Afnan dan Ubaydillah di suatu tempat.
Namun, belum sampai pun ia mengingatnya mereka telah sampai di taman. Hasna duduk dengan sembarang si sebuah bangku kayu panjang. Sedangkan Afnan tetap berdiri agar berjarak, agar mereka tetap memiliki batasan.
Terlihat dress Hasna semakin naik dan itu semakin memperlihatkan paha mulusnya yang makin menantang. Afnan yang tak sengaja melihat, ia menelan ludah dengan cepat, ia berusaha menenangkan fikirannya agar tetap berfikir jernih.
"Ya Allah, Abi, Umi ... tolong A'a! lebih baik Ana menghadapi singa pria sungguhan. Daripada menghadapi singa betina yang macam ini, tak kuat Astagfirullah Al Adzim," gumam Afnan dalam hatinya. Afnan melirik ke arah Ubaydillah yang tengah melongo ke arah Hasna dan memandangi pemandangan menggiurkan itu.
"Ehhemmm, Dek sob, tolong tunggu dulu di sebelah sana ya," pinta Afnan pada Ubaydillah. Sekaligus membuyarkan pandangan Ubaydillah dari paha Hasna.
"O-okke A'a bro!" ucap Ubaydillah dengan gugup. Ubaydillah mengiayakan dan pergi ke arah gerbang yang berjarak sekitar tiga meter dari taman rumah Ninen. Sedangkan Bik Rumi tetap berdiri tidak jauh dari tempat itu.
"Maaf Nona, jika Anda merasa tidak nyaman dengan perjodohan ini, maka Anda ber-hak protes, atau menolak. Namun, bagi saya, untuk perjodohan ini, saya tidak akan menolaknya," ucap Afnan tegas.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Hasna berdebar lebih cepat. "wadduh!! maksudnya, doi tetap akan menikahi gue gitu? ya ampuun, kok cara ini gak berhasil siihh," gerutu Hasna dalam batinnya.
"Dapatkah Anda menolak perjodohan ini Ustaz? saya sungguh tidak pantas untuk menjadi istrinya Ustaz, selain saya masih kecil dan saya juga masih sekolah, lalu lihatlah pakaian yang saya kenakan, sangatlah tidak pantas untuk mendampingi seorang Ustaz," ucap Hasna sambil menatap Afnan dengan lekat.
"Ahha ... ternyata ini orang yang di restoran itu, ah-haaa si dada beton!" pekik Hasna dalam hati. Akhirnya Hasna mengingat Afnan.
Hasna mesem mesem sendiri dan Afnan yang melihatnya sekilas dari mata Hasna, merasa bingung. Hal apa yang lucu hingga Hasna mesem mesem sendiri.
"Maaf, demi bakti saya terhadap orang tua saya. Maka saya akan menuruti perjodohan ini dan mengenai usia Nona yang masih sekolah itu tidaklah menjadi persoalan. Toh dari segi usia sudah mencukupi, serta pantas atau tidak pantas-nya Nona mendampingi saya, maka saya rasa saya akan mencobanya. Karena saya suka tantangan!" ucap Afnan begitu gamblang. kali ini ia membuka jas yang ia kenakan dan reflek sedikit melemparnya dan langsung membentang tepat di atas paha Hasna menutup rapat paha mulus Hasna.
Lama-lama Afnan tak kuasa untuk tidak melihat ke arah sana dan ia mulai risih melihat paha yang terbuka itu, yang sudah sukses sedikit demi sedikit menggugurkan Iman-ya yang selalu ia jaga dan juga ia pertebal.
"Hai ustaz! apa maksud Anda, menutupi bagian tubuh saya dengan jacket Anda?" tanya Hasna dengan nada protes.
"Maaf Nona, itu aurat yang tidak pantas saya lihat!" ucap Afnan tegas.
"Ahahha, Ustaz-Ustaz! 'kan saya sudah berkata, saya tidak cocok dengan Anda," ledek Hasna. "O yah bukan kah Ustaz suka tantangan? mengapa malah menutupi tubuh saya? tak berani melihat Karena takut dosa, atau kah karena Anda munafik hah?" Hasna berdiri lalu berjalan mendekati Afnan dan dengan berani Hasna menatap wajah Afnan. kini ia berhadapan dengan Afnan hanya berjarak beberapa inci saja, dengan berani ia menatap lekat Afnan.
"Hai Nona. Ini bukan tentang berani atau tidak! Namun, ini Persoalan pantas dan tidak pantas. Jika Nona ingin tahu, maka nantikan saatnya tiba Nona. Anda akan tahu tentang keberanian yang saya miliki dan bisa saja Nona kewalahan atau bahkan mungkin tidak akan mampu menghadapi keberanian saya! Assalamua'laikum," ucap Afnan tegas, setengah berbisik di dekat telinga Hasna, lalu pergi meninggalkan Hasna dan membuat Hasna merinding mendengar kata-kata Afnan.
"Wa'alaikumsalam ... Iddiiih horor, Ustaz! tapi apa maksudnya ya?" gumam Hasna. Ia tidak paham dengan perkataan terakhir dari Afnan.
***
Bersambung.