Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal memberitahu
Tari mendatangi kamar Maudy memastikan kalau Ibunya itu sudah siap berangkat atau belum atau bahkan tidak jadi.
" Ma, Mama mau berapa lama disana " Tanya Tari ketika melihat Maudy yang ternyata sudah rapi beserta kopernya.
Maudy tersenyum, sebenarnya Ia tidak tega meninggalkan anak dan cucunya di rumah, apalagi Tari yang begitu sibuk dengan tugasnya di rumah sakit.
" Mungkin tiga hari Nak " Jawab Maudy dengan di sertai helaan nafas.
" Mama kenapa, apa Mama sakit "
Maudy menggeleng atas pertanyaan Tari.
" Lalu kenapa Mama sepertinya tidak senang, bukannya Mama akan bertemu dengan Tante Aini dan itu yang sudah Mama rindukan selama ini "
" Mama bukan tidak senang Nak, tapi apa kamu nggak apa apa Mama tinggal. Mama sangat menghawatirkan kalian terutama Arka, bagaimana kalau dia pulang sekolah nanti tidak ada yang menemaninya di rumah "
Tari tersenyum berusaha menenangkan hati Maudy agar tidak terlalu khawatir, apalagi mengganggu acara pertemuan keluarganya yang sudah lama Ia nantikan momennya.
" Sudah Ma, Mama jangan pikirkan Arka, kan ada Tari, ada Bibik dan juga Pak Ardi. Biar nanti Tari minta Pak Ardi jemput dan mengajaknya ke rumah sakit. Intinya Mama tidak usah khawatir mengenai semua yang ada disini, InsyaAllah tidak ada masalah "
Akhirnya Maudy mantap untuk pergi, di antar Tari dan juga Pak Ardi Maudy pergi ke bandara.
" Maaf ya Ma, Tari dan Arka belum bisa ikut Mama kesana. Sampaikan salam kami saja pada Tante Aini, semoga nanti kedepan kita bisa berangkat kesana sama sama "
Maudy mengangguk dan memeluk Tari dengan erat sebagai tanda perpisahan, Ia berpesan banyak hal dan Tari hanya mengangguk angguk. Tari pergi setelah pesawat yang di tumpangi Maudy lepas landas.
" Mari Bu, apa kita langsung pulang atau ~
" Ke rumah sakit langsung Pak " Jawab Tari
Ardi mengangguk dan segera membuka pintu mobil untuk Tari, setelah nya Ia berlari kecil kecil di balik kemudi guna melanjutkan tugasnya.
" Makasih Pak, Oh ya Pak Ardi nanti langsung jemput Arka saja ya, setelah itu ajak kemari kalau dia mau kalau tidak bawa ke rumah saja. Aku akan usahakan untuk pulang cepat hari ini "
Ardi membungkuk sebagai tanda hormat dan segera pergi dari hadapan Tari.
Tari melanjutkan aktivitas nya seperti biasa, sibuk dengan memeriksa beberapa pasiennya dan juga beberapa laporan pasien pasien yang Ia tangani.
Pintu ruangannya di ketuk pelan, Tari mengangkat wajahnya namun tidak mengalihkan fokusnya pada laporan yang Ia anggap sangat penting.
" Masuk " Jawab Tari ramah
Tari tetap tidak mengalihkan fokusnya pada kertas yang sedang Ia baca sampai orang yang bertamu itu duduk di depannya.
" Kamu ~
Tari akhirnya mengangkat wajahnya karena tidak ada suara apapun.
" Sibuk banget ya Dok "
" Hm tumben mengetuk pintu dan duduk tanpa bersuara, biasanya juga sudah heboh duluan sebelum masuk "
" Tergantung Dok, tadinya sih aku mau langsung ribut tapi karena melihat Dokter wajahnya yang sangat serius jadi ya terpaksa aku diam " Jawab Risma dengan bibir di manyun kan.
Tari menggeleng pelan Ia merasa sahabatnya itu begitu konyol.
" Eh tapi itu tidak berlaku untuk sekarang. Oh ya Dok, kemarin saat Dokter tidak masuk ada seseorang yang mencari Dokter loh "
" Mencari ku, ah mungkin pasien ku. Tapi aku sudah memeriksa semuanya seperti nya semua baik baik saja "
Risma segera menggeleng
" Bukan Dok, beliau bukan pasien Dokter, tapi dia adalah ~
Tari mengangkat tangannya menghentikan ocehan Risma karena ada telpon darurat.
" Baik, saya akan segera kesana "
Tari segera berlari kecil di susul Risma yang juga ikut membawakan semua keperluan Tari.
" Ya gagal, padahal tinggal bilang kalau yang nyari itu adalah orang yang penting. Tinggal bilang kalau dia adalah anak pemilik dari rumah sakit ini dan yang terkenal super duper gantengnya itu " Batin Risma.
Wajahnya terlihat kesal namun juga tidak bisa berbuat apa apa.
Tari terlihat berbicara serius dengan beberapa Dokter yang lain.
" Baiklah persiapkan semuanya, kita akan mulai operasinya lebih awal dari jadwal yang sudah kita tentukan "
Tari di bantu dengan beberapa Dokter anestesi lainnya sudah siap dengan pakaian tempur mereka, ruang hijau yang begitu menakutkan bagi sebagian orang awam namun berbeda dengan Tari. Ini semua sudah menjadi makanan nya sehari hari.
Sempat mengalami kondisi darurat akhirnya operasi berhasil setelah berjuang selama dua jam di ruang hijau itu. Nampak raut wajah lega pada setiap Dokter yang terlibat dalam operasi besar itu.
" Tetap pantau semuanya, kalau dalam satu jam ke depan kondisinya normal pasien bisa di pindahkan ke ruang rawat "
Tari kembali ke ruangannya dengan perasaan lega
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰