Gwen Prameswari dan Daniel Artajaya telah menikah lebih dari 3 tahun. Namun hingga saat ini mereka belum juga di karuniai seorang anak.
Ibu mertua Gwen yang terus menuntut untuk agar segera memiliki cucu semakin membuat Gwen frustasi dan di ambang perceraian.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BPH 21
...Masih sedikit mengandung bawang yah 😢😢...
.
.
Owen sedari tadi sudah mondar mandir di balkon kamar nya, ia melihat ke arah kamar Gwen yang sedari pagi terus gelap. Padahal biasanya pintu balkon terbuka atau gorden di buka, namun hari ini tidak. Owen terus berusaha menghubungi Gwen namun tidak ada jawaban.
"Di kerjaan gak ada, berarti di rumah kan? Tapi kenapa kamar nya tertutup begitu? Kamu ngapain sih mbak," keluh Owen cemberut yang mengira bahwa Gwen sibuk dengan suaminya.
"Huhh, nasib nasib... Gini amat yah suka sama istri orang," gumam nya terkekeh geli.
Owen yang mengira bahwa Gwen tengah lembur dengan suaminya, akhirnya memutuskan untuk pergi narik. Namun sepanjang jalan ia mengantarkan pesanan makanan online dirinya terus kepikiran dengan Gwen.
Drrtt.... Drttt... Drrtt...
Suara dering dan getar hape di saku celana jins nya membuatnya terpaksa memberhentikan motornya.
Dengan memutar bola matanya malas, iapun langsung mengangkat telfon tersebut.
"Hem," jawab Owen malas.
"Ham hem ham hem, kapan kamu kesini!" terdengar suara teriakan seorang wanita dari ujung telfon sana membuat Owenlangsung menjauhkan hapenya.
"Astaga itu mulut!" sungut Owen kesal.
"Dimana sekarang?" tanya nya dengan suara biasa.
"Masih di Cempaka, kenapa?" tanya Owen.
"Kenapa kenapa! Buruan kesini gak!" ucapnya lagi kembali berteriak.
"Iya iya bawel banget sih! Awas aja nanti gue sampe sana gue lakban itu mulut!" saut Owen lalu ia segera mematikan sambungan telfon nya. Sementara orang yang di seberang sana terkekeh geli mendengar gerutuan Owen.
...💕💕💕...
Sedangkan di sebuah apartemen yang lumayan terbilang mewah, seorang laki laki dewasa tengah tertidur meringkuk di atas sofa sambil memeluk erat sebuah foto pernikahan nya.
Sejak ia kembali dari rumah nya tadi siang, dirinya kembali menangis sambil memeluk foto figura pernikahannya.
"Gwen, maafkan aku," gumam nya terus menerus sedari tadi. Air mata tak henti meleleh membasahi pipinya. Bahkan ia belum makan dan sampai tidak masuk ke kantor karena hal ini.
Katakanlah ia cengeng, yah dia sangat cengeng. Bahkan dulu sewaktu pacaran ia melihat Gwen kesakitan karena kecelakaan motor dengannya ia tak henti hentinya meminta maaf sambil menangis. Ia tak sedetikpun meninggalkan Gwen, padahal luka pada tubuhnya juga lumayan parah, namun rasa khawatirnya pada Gwen lebih besar di banding rasa sakit yang ia rasakan.
Dan kini, dirinya kembali menggoreskan luka pada Gwen, bahkan kali ini luka itu lebih parah dan menyakitkan. Bila dulu saat kecelakaan luka Gwen bisa di sembuhkan oleh Dokter, tapi kali ini? Siapa yang akan mengobati luka hati Gwen? memikirkan hal itu membuat hati Daniel kembali teriris dan sesak.
'Sayang, maafkan aku ... Apakah kamu sudah makan?" tanyanya lagi sambil mengusap dan menatap foto Gwen yang tersenyum dengan ceria dan memegang sebuah bunga..
"Baru sehari kita berpisah, mengapa rasanya sudah sesakit ini? Apa aku sanggup nantinya? Ya Tuhan mengapa sesakit ini?" gumam Daniel.
"*Tidak akan ada yang membangunkan ku lagi ...
"Tidak akan ada yang menyambut ku pulang kerja lagi ...
"Tidak akan ada yang merengek padaku lagi ...
"Tidak akan ada yang menelfon ku dan memanggilku dengan kata sayang lagi ...
"Tidak akan ada yang memelukku lagi saat tidur ..
"Ya Tuhan, mengapa dada ini begitu sesak .. Astagfirullah* ...
Daniel terus bergumam sambil terus membayangkan hari hari nya waktu bersama dengan Gwen. 11 tahun, mereka menghabiskan hampir seluruh waktu bersama. Dan kini semua berakhir, takkan ada kemesraan lagi di antara mereka ...
Sungguh Daniel saat ini sangat ingin pulang dan memeluk tubuh istrinya, ah maksud nya mantan istri ..
"Gweeeeennnnnn!" teriak Daniel kembali menangis dan mere mas tangannya dengan kuat lalu ia memukul meja hingga membuat tangannya berdarah.