3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada kesempatan lagi
Kejutan demi kejutan terus Hazel terima dari sang suami.
Perhiasan, sepatu, pakaian dan tas dari brand ternama berjejer rapih di atas trolly yang biasa digunakan untuk menyajikan makanan pada pelanggan kaffe.
"Semua ini untuk anda nyonya. Ini adalah kado ulang tahun dari tuan Yusuf untuk anda." ucap pelayan yang mendorong trolly tersebut dengan ramah.
"Semua ini untukku?" Hazel menunjuk dirinya sendiri dengan tidak percaya.
Walaupun ucapan pelayan tersebut sudah cukup jelas, tapi Hazel tetap meminta kepastian dari sang suami.
"Ya, semua ini untukmu. Aku sendiri yang memilihnya sesuai dengan seleramu. Apa kau suka?" tanya Yusuf memastikan.
"Suka! Tapi aku tidak bisa menerima semua ini." Hazel menggelengkan kepalanya.
Bukannya senang mendapat perlakuan baik dari sang suami, Hazel malah merasa semakin curiga.
"Kenapa kau tidak mau menerimanya? Apa semua ini masih kurang? Kalau begitu aku akan meminta Tyo untuk membelikan yang lainnya untukmu."
Yusuf merogoh ponsel disaku celananya untuk menghubungi sang asisten.
"Bukan itu maksudku mas." tepis Hazel.
"Aku hanya merasa aku tidak pantas menerima semua ini, ini terlalu berharga untukku. Lagipula sebentar lagi kita akan berpisah, lebih baik kau berikan saja semua ini pada mbak Syifa." Hazel menyarankan.
"Hazel! Jangan kekanak-kanakan. Tidak semua hal harus kau kaitkan dengan Syifa! Hubunganku dengan Syifa sudah lama berakhir." pekik Yusuf dengan rahangnya yang mengeras.
Setiap kata yang Hazel ucapkan, seakan tidak menghargai usaha Yusuf untuk meminta maaf.
"Benarkah? Mungkin hubunganmu dengan mbak Syifa telah lama berakhir, tapi bagaimana dengan perasaanmu terhadapnya?" Hazel tak percaya begitu saja dengan kata-kata sang suami.
"Apa kau ingat ketika kita SMA dulu? Saat itu Syifa hanya terkena flu ringan, tapi kau sampai rela hujan-hujanan hanya untuk membelikan obat terbaik untuk Syifa. Bahkan kau sampai harus masuk ruang IGD karna keesokan harinya kau demam parah."
Hazel tidak akan lupa pada kejadian itu, karna saat itu Hazel sangat takut kehilangan pria yang dicintainya.
Yusuf terdiam, tak menanggapi perkataan Hazel.
"Mungkin kau lupa dengan kejadian itu, tapi bagaimana dengan kejadian saat kita kuliah dulu?" tanya Hazel antusias.
"Saat itu Syifa mengatakan kalau dia sangat merindukan bubur ayam yang hanya dijual di kota kelahirannya saja. Kau sampai rela menempuh perjalanan puluhan kilo meter hanya untuk memenuhi keinginan kekasihmu itu." Hazel kembali mengingatkan.
"Bahkan jika Syifa memintamu untuk memetik bintang di langit, aku rasa kau juga akan melakukannya."
Hazel tersenyum miris, mana pernah Yusuf melakukan pengorbanan seperti itu untuknya.
"Semua itu hanya masa lalu, setelah aku menikah denganmu aku tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun lagi. Termasuk Syifa." Yusuf menggenggam tangan Hazel untuk meyakinkan.
"Tolong berikan satu kali kesempatan lagi pada hubungan kita, aku hanya ingin memulai semuanya dari awal." Yusuf sampai rela menurunkan egonya untuk memohon pada seorang wanita.
"Berikan Yusuf satu kali kesempatan lagi. Walaupun Yusuf tipe suami yang cuek, tapi selama tiga tahun pernikahan setidaknya Yusuf tidak pernah mengkhianatimu." Malaikat di sisi kanan Hazel berbicara.
"Jangan tertipu oleh pria kejam itu Hazel! Ingatlah betapa menderitanya dirimu selama tiga tahun terakhir ini!" Iblis di sisi kiri Hazel ikut berbicara.
Hazel dibuat semakin bingung karenanya.
"A-aku..."
Drrrd Drrrd drrrd
Ponsel Yusuf bergetar sebelum Hazel sempat membalas kata-kata Yusuf.
Ada sebuah panggilan masuk dari Syifa. Hazel bisa melihatnya dari tempat ia berdiri.
"Tidak biasanya mbak Syifa menghubungimu, angkat saja mas, siapa tahu ada hal penting yang ingin mbak Syifa sampaikan." Hazel menyarankan.
Yusuf menganggukan kepalanya sebagai jawaban, pria itu menekan pin hijau untuk menjawab panggilan telepon dari Syifa.
"Yusuf tolong aku! Aku mengalami kecelakaan dan menabrak seseorang. Luka orang yang aku tabrak cukup parah. Aku takut dia meninggal." ucap Syifa dengan suara bergetar.
"Maaf Syifa, aku tidak bisa menolongmu. Kau minta tolong pada orang lain saja." tepis Yusuf.
Yusuf tidak ingin terlibat dalam masalah apapun lagi yang berhubungan dengan Syifa.
"Seluruh keluargaku masih ada di Bali, aku tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi selain kamu. Bukankah kamu sudah berjanji pada almarhum kakakku untuk selalu menjagaku. Ingat Yusuf, kakakku sampai rela mengorbankan nyawanya hanya untuk menyelamatkanmu." Syifa mengingatkan.
"Katakan dimana lokasimu sekarang? Aku akan segera menemuimu." ucap Yusuf. Sikapnya tiba-tiba berubah saat Syifa mengungkit jasa kakak keduanya yang telah tiada.
"Rumah sakit Medistra. Cepat datang ya aku sangat takut." rengek Syifa.
"Baiklah, kau tenang saja. Aku akan datang dalam 30 menit." Yusuf mengakhiri panggilan telepon tersebut.
"Apa mbak Syifa sedang dalam masalah besar sampai membuat tuan Yusuf Ardiansyah cemas seperti itu?" tanya Hazel dengan nada meledek.
"Hazel! Jangan salah paham. Syifa hanya sedang membutuhkan bantuanku." Yusuf mencoba menjelaskan.
"Ya sudah sana pergilah. Jangan biarkan kekasih masa kecilmu itu lama menunggu."
Hazel mencoba bersikap tidak peduli, namun dalam hati kecilnya berharap Yusuf tidak akan pergi.
"Kau pulanglah lebih dulu, setelah masalah Syifa selesai aku akan segera kembali."
Yusuf mengecup kening sang istri sebelum berlalu pergi.
Hazel hanya bisa menatap punggung sang suami yang berjalan semakin menjauh hingga menghilang dibalik pintu.
"Dia bilang sudah tidak punya perasaan lagi pada wanita itu, tapi apa maksud dari sikapnya itu? Mendengar mantan kekasihnya sedang dalam masalah seakan langit di atas kepalanya akan runtuh." bibir Hazel mengerucut.
"Tidak akan ada kesempatan lagi untuk pria sepertimu mas! Di dunia ini ada banyak pria tampan yang menunggu untuk aku kencani!"
Hazel sudah memutuskan untuk tetap mengakhiri hubungan pernikahannya dengan Yusuf.
"Ara..." Hazel ingin segera betemu dengan sang sahabat untuk mengadu.
"Anda mau pergi kemana nyonya? Tuan Yusuf bilang anda harus ikut pulang dengan kami." ucap bodyguard yang Yusuf perintahkan untuk menjaga Hazel.
"Menyebalkan! Orangnya sudah tidak ada di sini tapi bayangannya tetap mau menjeratku!" Hazel menghentak-hentakan kakinya karna merasa kesal.
Hazel tidak punya pilihan lain selain ikut pulang bersama para bodyguard Yusuf.
Bersambung.