Dara adalah seorang sekretaris cantik dari CEO muda yang tampan dan jadi incaran banyak wanita. Dia sangat pandai dan cekatan. Meskipun dia hanya sekertaris, namun banyak orang yang kagum dan iri padanya karena sang CEO selalu memberikan perhatian yang berbeda padanya.
Kenzie yang merupakan CEO bisa melakukan apa saja. Dia terlihat dingin dan acuh tak acuh namun dia bersikap lain dihadapan Dara dan juga orang-orang terdekatnya.
"Meskipun kamu sekretaris dikantorku tapi kamu adalah CEO dihatiku"
Bagaimana kisah cinta CEO dan sekertarisnya ini? Akankan semuanya berjalan lancar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan Dara
"Noey, bagaimana dengan perkembangan dari keluarga Dermawan? Sepertinya mereka belum melakukan klarifikasi tentang video yang beredar itu?". Kenzie bertanya pada Noey dengan sikap tenang disertai senyum tipis dibibirnya.
"Ya. Mereka belum melakukan klarifikasi. Sejauh ini mereka hanya menghindari pertanyaan orang-orang saja", ujar Noey yang menanggapi dengan sikap dingin dan acuh tak acuhnya.
"Kalau begitu jangan dulu bergerak terlalu jauh. Cukup awasi dulu saja mereka. Mereka bisa curiga jika kita ikut campur tanpa alasan. Jika mereka berani melakukan sesuatu pada Dara, baru kita akan ikut campur". Kenzie pun bicara dengan sikap yang serius.
"Baiklah. Aku mengerti". Noey pun beranjak pergi dari ruangan Kenzie.
...****************...
Keesokan harinya. Dara bersiap pergi kekantor meskipun tangannya belum pulih. Hanya saja sekarang sudah tidak terlalu sakit.
"Apa kamu yakin akan tetap pergi ke kantor?", tanya Sita dengan raut wajah khawatir.
"Ya. Rasanya membosankan jika tidak memiliki kegiatan dan hanya berdiam diri saja". Dara menanggapi sambil bersiap pergi.
"Tapi apa kamu yakin kalau tanganmu tidak papa?". Sita masih terlihat khawatir dan ragu dengan keputusan Dara untuk mulai bekerja.
"Aku sudah tidak papa, makanya ingin masuk kerja". Dara menanggapi dengan senyum manis diwajahnya.
"Ya sudah. Tapi kamu harus janji untuk tidak memaksakan diri dan jika terjadi sesuatu, kamu harus langsung memberitahuku". Sita yang sangat khawatir bicara dengan nada yang serius.
"Ya. Aku janji. Aku pergi dulu. Ini sudah hampir terlambat". Dara pun bicara sambil beranjak pergi meninggalkan Sita.
"Ya. Hati-hati!".
Dara meninggalkan apartemen dengan langkah kaki yang elegan. High heels yang tinggi menambah kesab elegannya saat berjalan. Meskipun tangannya masih menggunakan perban, namun Dara menutupinya dengan kemeja lengan panjang dan blazer.
Dara menghentikan sebuah taksi yang melintas didepan apartemen. Dia menghubungi Noey untuk mengatakan padanya kalau dia akan masuk kerja.
Tuut tuut tuut..
"Halo, Pak Noey. Selamat pagi". Dara menyapa Noey dengan sopan dan lembut.
"Pagi, Dara. Apa ada yang kamu butuhkan?". Noey langsung menanyakan pada Dara alasan dia menghubunginya.
"Oh, saya tidak membutuhkan apa-apa, Pak. Saya hanya ingin mengatakan kalau saya akan masuk kerja lagi hari ini. Jadi anda tidak perlu menghendel pekerjaan saya", ujar Dara dengan sikap tenang.
"Kamu masuk kerja? Bagaimana dengan lukamu? Bukankah dokter mengatakan untuk tetap istirahat agar luka ditanganmu bisa cepat kering?". Noey bertanya sambil mengernyitkan dahi heran mendengar jawaban dari Dara.
"Saya tidak papa. Saya malah merasa lebih sakit jika terus berdiam diri dirumah".
"Halo, Dara. Bukankah aku sudah bilang untuk tidak masuk kerja sebelum lukamu benar-benar kering?". Kenzie yang sedang bersama dengan Noey langsung merebut ponselnya begitu tahu kalau Dara yang meneleponnya.
"Pak Kenzie? Maaf Pak, saya bosan bila diam dirumah terus. Saya pikir saya akan cepat sembuh jika saya bekerja". Dara terus bicara dengan Kenzie saat dalam perjalanan menuju kantor. Dia terlihat tetap tenang sambil memandang ke luar jendela.
"Ah!"
Tiba-tiba taksi yang dia tumpangi menambah kecepatan mengemudinya
"Ada apa, Pak? Kenapa anda menambah kecepatannya? Ini terlalu cepat!", tanya Dara karena merasa aneh.
"Itu, Nona. Sepertinya kita diikuti oleh seseorang. Saya perhatikan mobil dibelakang kita mengikuti sejak dari apartemen", ujar supir taksi menjelaskan dengan panik sambil sesekali melohat kearah spion.
Dara yang penasaran langsung menoleh kebelakang.
"Itu … Nasya?", gumam Dara melihat mobil dengan Nasya sebagai pengemudinya.
"Ra, ada apa? Apa terjadi sesuatu?". Kenzie yang masih berada diujung telepon terdengar bertanya dengan panik.
"Itu, Pak. Entah kenapa Nasya mengikuti taksi yang saya tumpangi. Dia terus memepet mobil ke sebelah kiri. Padahal dibagian kiri yang saya lewati adalah sebuah jurang". Dara menjelaskan dengan panik sambil terus memperhatikan Nasya yang masih saja mengejarnya.
"Apa katamu?! Tepatnya ada dimana posisimu? Aku akan langsung kesana!". Kenzie sangat terkejut. Dia langsung beranjak pergi dengan panik tanpa mempedulikan Noey yang sedang menunggu ponselnya yang digunakan Zie.
"Zie! Kamu mau kemana? Kembalikan dulu ponselku!", teriak Noey pada Zie yang langsung mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
"Dara, apa kamu bisa mendengarku? Apa Nasya masih mengejarmu?". Kenzie bertanya dengan sangat panik. Dia mengenakan earphone sehingga bisa berkendara.
"Ya, Pak. Dia masih mengejarku. Pak sebaiknya kita menepi saja. Aku akan bicara dengannya". Dara bicara pada supir taksi setelah dia bicara pada Kenzie.
"Apa anda mengenal dia? Saya khawatir jika terjadi sesuatu karena kita melintasi jalan sepi!". Supir taksi itu terdengar khawatir sambil terus mengemudi.
"Jika kita terur kejar-kejaran seperti ini malah membuat saya semakin khawatir kalau terjadi sesuatu pada kita. Sebaiknya kita menepi saja, saya akan bicara padanya dan anda bisa mengawasi jika terjadi hal yang membahayakan". Dara terus berusaha meyakinkan supir untuk menepi.
"Baiklah Nona. Jika anda memang mengenal orang itu saya kira tidak masalah". Saat supir taksi itu hendak menepi, tiba-tiba Nasya menabrakkan mobilnya dan mendorong taksi yang dinaiki Dara.
Brak!
"Ah". Dara menurunkan kaca mobilnya dan berusaha bicara pada Nasya.
Supir taksi terus berusaha menahan mobil dengan menginjak rem.
"Nasya, apa kamu sudah gila? Apa yang akan kamu lakukan?!", teriak Dara dari jendela mobil.
"Kamu selalu jadi pengacau! Membuatku malu saja! Jika kamu mati, maka hidupku akan tenang. Hahaha!", teriak Nasya sambil terus mendorong taksinya ke jurang.
"Pak sebaiknya kita lompat dari mobil sebelum terlambat!", ujar Dara pada supir taksi.
"Baik, Nona!".
Saat Dara dan supir taksi itu hendak keluar dari mobil, Nasya semakin menambah kecepatannya hingga taksi itu terguling ke dasar jurang.
"Aaa…"
"Aaa…"
"Tidak! Daraaa…!". Kenzie berteriak memanggil Dara ketika mendengar teriakan Dara dan suara mobil yang terguling dan ledakan yang keras.
Duaar!!!
tut tut tut
"Dara! Daraaa!".
Nasya tersenyum bahagia melihat taksi yang Dara naiki masuk jurang dan terbakar. Dia langsung menghubungi neneknya sambil menatap kobaran api dari dasar jurang.
"Halo, Nenek. Dara si gadis rendahan itu tidak akan mengganggu kita lagi. Aku sudah membereskannya seperti yang Nenek katakan", ujar Nasya dengan senyum ceria dibibirnya.
"Bagus. Harusnya kita sudah melenyapkan dia dari dulu ketika dia berhasil selamat dari kecelakaan bersama ibunya". Bu Melati pun terdengar sangat senang ketika Nasya memberitahu kalau Dara kecelakaan.
"Benar, Nek. Jika saja dari dulu dia sudah tidak ada. Maka semua harta om Sakti akan jadi milik nenek sepenuhnya. Sekarang nenek sudah bisa menguasai semuanya dan tidak perlu lagi takut kalau Dara akan mengambil semuanya lagi".
"Kamu benar. Sebaiknya kamu tinggalkan tempat itu sebelum ada orang lain yang melihatmu berada disana. Kamu bisa urus liburanmu keluar negeri seperti yang kamu inginkan".
"Baik, Nek. Aku akan pergi sekarang". Nasya menutup panggilan telepon dari sang nenek sebelum dia pergi.
"Dara, selamat tinggal. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun didunia ini lagi, karena semua yang jadi milikmu akan aku jaga dengan baik. Baik itu harta peninggalan orang tuamu maupun kekasih yang pernah kamu cintai"
𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘥 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘷𝘦𝘭 𝘬𝘢𝘬...
𝘶𝘥𝘩 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘵𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢