NovelToon NovelToon
Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Status: tamat
Genre:Pelakor / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh / Tamat
Popularitas:177.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Malam bahagia bagi Dila dan Arga adalah malam penuh luka bagi Lara, perempuan yang harus menelan kenyataan bahwa suami yang dicintainya kini menjadi milik adiknya sendiri.
Dalam rumah yang dulu penuh doa, Lara kehilangan arah dan bertanya pada Tuhan, di mana letak kebahagiaan untuk orang yang selalu mengalah?

Pada akhirnya, Lara pergi, meninggalkan tanah kelahirannya, meninggalkan nama, kenangan, dan cinta yang telah mati.
Tiga tahun berlalu, di antara musim dingin Prancis yang sunyi, ia belajar berdamai dengan takdir.
Dan di sanalah, di kota yang asing namun lembut, Lara bertemu Liam, pria berdarah Indonesia-Prancis yang datang seperti cahaya senja, tenang, tidak terburu-buru, dan perlahan menuntunnya kembali mengenal arti mencintai tanpa luka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 19

Setelah gelombang pelanggan siang tadi reda, Lara dan Bella akhirnya duduk di sudut dekat jendela, melepas apron dan merenggangkan tubuh mereka yang terasa letih.

“Monsieur Tuhan, kakiku seperti mau copot,” keluh Bella sambil memijat betisnya. “Siang tadi itu gila.”

Lara hanya tertawa kecil, menyandarkan punggung pada kursi kayu. “Kau yang memilih pakai heels ke tempat kerja, Bella. Itu bukan salah pelanggan.”

“Chérie, kecantikan butuh pengorbanan,” jawab Bella dramatis sambil menaruh tangan di dada. “Tapi bukan itu yang ingin kubahas.”

Ia mencondongkan tubuh, menatap Lara dengan tatapan yang jelas-jelas penuh rasa ingin tahu.

“Bagaimana kau dengan Liam?”

Lara mengangkat alis. “Bagaimana apanya?”

Bella mendesah panjang, seolah menghadapi anak kecil yang pura-pura tidak mengerti. “Lara, Liam itu pria. Kau wanita. Kalian sudah sering bertemu dalam beberapa minggu ini. Il y a quelque chose, non? Pasti ada perkembangan.”

Lara mengalihkan pandangan ke jendela, menyaksikan salju tipis yang jatuh perlahan di luar. “Kami hanya berteman.”

“Oui, oui, tentu. ‘Hanya berteman.’ Semua cerita besar dimulai begitu.” Bella memutar matanya. “Lara, aku bekerja di kafe ini cukup lama untuk bisa melihat sesuatu. Caramu menatapnya, caranya memperhatikanmu, itu bukan hal kecil.”

Lara menelan ludah. Kata-kata itu menggema lebih dalam dari yang ia harapkan.

Bella menyandarkan siku di meja dan menatapnya tanpa berkedip. “Kau tahu, ketika Liam masuk ke kafe kemarin dan kau hanya berkata ‘bonjour’ dengan suara lembut itu, dia tersenyum seolah seluruh musim dingin meleleh di depan pintu.” Bella menirukan senyum itu dengan berlebihan. “Seperti ini. Sangat mencurigakan.”

Lara tertawa, tapi ada semburat merah yang langsung naik ke pipinya. “Kau terlalu berlebihan.”

“Non, sayang. Aku observatif.” Bella mencondongkan tubuh. “Liam pria yang baik. Un homme gentil. Tapi juga, sedikit misterius. Seperti kau.”

Lara tidak membantah. Ada sesuatu pada Liam, caranya berjalan, bercerita, melihat dunia seolah menyimpan halaman-halaman yang belum ia buka, yang membuatnya nyaman sekaligus waspada. Nyaman karena ketenangan itu terasa tulus. Waspada karena ketenangan seperti itu sering dimiliki seseorang yang juga pernah melewati badai.

Lara menatap uap tipis yang naik dari cangkir tehnya. Uap itu bergerak pelan, menghilang tanpa suara, seperti perasaannya sendiri yang sering muncul lalu menghilang sebelum sempat ia pahami.

Bella menyenggol lengannya. “Kau menyukainya, kan?”

Lara menggigit bibir bawah, lalu akhirnya mengakui dalam suara yang sangat pelan. “Aku, tidak tahu.”

“Lara...” Bella menghela napas singkat. “Tidak, aku tidak akan menggoda lebih jauh.” Ia mengangkat kedua tangan menyerah. “Tapi ingat ini: hidup terlalu singkat untuk menolak sesuatu yang membuatmu merasa hangat.”

Kata ‘hangat’ itu menggema di dada Lara. Hari-hari bersama Liam terasa berbeda, tidak dramatis, tidak meledak-ledak, hanya perlahan, lembut, dan konsisten. Seperti seseorang yang mengetuk pintu dalam ritme yang sama setiap hari, memberi waktu bagi pemilik rumah untuk memutuskan kapan ia ingin membukanya.

Tapi, itulah bagian yang menakutkan.

Perasaan itu yang dulu pernah ia rasakan bersama Arga, perasaan hangat yang kemudian berubah menjadi dingin yang menusuk sampai ke tulang. Kehancuran itu terlalu jelas di ingatannya. Luka itu belum sepenuhnya menutup, bahkan setelah waktu berjalan sejauh ini.

Bella mengangkat alis, menyeringai nakal setelah melihat wajah Lara yang mulai gelisah. “Ma chérie, aku hanya ingin memastikan salah satu dari kita punya kehidupan cinta. Karena jelas, bukan aku yang disukai pria-pria tampan itu. Tapi kalau pria setampan dan semapan itu menyukaiku, sebelum dia sempat bilang suka, aku akan menerimanya duluan.”

“Bella!” Lara hampir tersedak tawa.

Bella mengangkat dagu dengan gaya pura-pura angkuh. “Apa? Ternyata pria-pria Prancis lebih takut padaku daripada anjing gipsi di gerbang kota.”

Lara menggeleng, tapi matanya berbinar. “Aku yakin bukan itu alasannya.”

“Ya, ya, ya. Bicaralah kalau kau sudah punya pacar nanti,” Bella mengibaskan tangan. “Untuk sekarang, fokus pada satu hal.”

“Apa?”

Bella menatapnya dengan tatapan serius yang jarang muncul di wajahnya. “Liam membuatmu terlihat. Jika boleh jujur… untuk pertama kalinya aku melihat senyum yang benar dari hatimu, Lara. Bukan senyum sopan, bukan senyum pekerja kafe… tapi senyum yang hidup.”

Lara terdiam.

Kata-kata itu masuk perlahan, menyentuh sesuatu yang nyaris ia lupakan: bagian dirinya yang dulu pernah percaya bahwa ia layak dicintai.

Mungkin, benar.

Mungkin ada sesuatu yang pelan-pelan bergerak di dalam dirinya.

Tidak tergesa-gesa.

Tidak menuntut.

Tidak mendobrak pintu.

Hanya mengetuk.

Perlahan.

Teratur.

Menunggu.

Tapi luka yang pernah menghancurkan dirinya tidak begitu saja hilang. Ada bagian yang masih takut untuk membuka pintu itu, takut lukanya kembali robek, takut hatinya kembali gugur.

Dan itulah kenyataan yang belum bisa ia katakan pada siapa pun. Termasuk pada Liam.

Termasuk pada dirinya sendiri.

❄️❄️❄️

Terjemahan:

 Il y a quelque chose, non \= ada sesuatu kan

Oui, oui\= Iya, iya

Un homme gentil\= seorang pria yang baik

Ma chérie\= Sayangku

********

Untuk readers selamat datang di karya baru author, untuk yang sudah membaca. Terima kasih banyak, jangan lupa support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya biar author semangat up-nya. Terima kasih😘😘😘

1
Nur Hanjatin
muter muter
Rina Arie
good
Seuntai Doa
Jngn ngadi2 prempuan yg mau disakiti diem anteng tdak ada niat untuk mengusik ataupun memyakiti
Emily
orang jahat memang gampang stress
Ipur
karma utk adik durhaka
Ipur
pergi sj goblok drpd mkan hati bikin pembc jd ikutan emosi
Nani Te'ne
suka
Lisa Yacoub
cerita yg bagus👍
Ma Em
Akhirnya Dila dan Arga dapat balasan yg setimpal Al bat kelakuan Dila dan Arga yg sdh memfitnah Lara dan Liam yg membuat Dila dan Arga menyesal seumur hdp nya apalagi Dila yg sdh terkena penyakit yg mematikan yaitu HIV lengkap sdh penderitaan yg Dila rasakan , terus ma kasih sdh membuat cerita yg bagus ,seru , semoga author selalu sehat panjang umur dan sukses dgn karya2 nya 🤲🤲👍🙏🥰
cinta semu
apa percakapan tadi di rekam ya ...buat barang bukti ...🤔
Siti M Akil
sebagai lelaki arga bodoh nurut aja apa yang d suruh si dil akhir hancur lebur
tutiana
bagus
Maple latte
Terima kasih kak🙏
Himna Mohamad
terimakasih kk authoor,,ceritamu baguss,,semangat trrus karya baru.👍👍👍👍👍
partini
familiar ini sinopsisnya Thor
THAILAND GAERI
terimakasih ya thor
rian Away
dih enak amat, harusnya hukuman MATI
Rati Nafi
😍😍😍😍😍
Mundri Astuti
selamat ya lara...Liam... akhirnya..diberi momongan juga❤️
YuWie
baru nyadar bapak ibuk...dulu merebut suami pertama lara gak dijadikan pelajaran ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!