Sejak malam pernikahan, Clara Wu telah diracun oleh pamannya—racun yang membuatnya hanya bisa bertahan hidup lewat penawar yang diberikan setiap minggu.
Namun setiap kali penawar itu datang, bersamanya hadir obat perangsang yang memaksa tubuhnya menjerit tanpa kendali.
Tak sanggup menanggung hasrat yang dipaksakan padanya, Clara memilih menyakiti diri sendiri, melukai tangannya agar tetap sadar.
Tiga tahun ia bertahan dalam pernikahan tanpa cinta, hingga akhirnya diceraikan dan memilih mengakhiri hidupnya.
Ketika Adrian Zhou kembali dari luar negeri dan menemukan kebenaran tentang siksaan yang dialami istrinya, hatinya hancur oleh penyesalan.
Apakah Adrian akan mampu mencintai istri yang selama ini ia abaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Andrian membawa istrinya, Clara, menemui James Wu dan keluarganya ke suatu tempat—ruangan kosong yang dingin dan lembap. Udara di dalam terasa berat, hanya terdengar bunyi langkah sepatu yang bergema di lantai semen. Lampu di atas kepala berayun pelan, memancarkan cahaya pucat kekuningan.
Saat Clara melangkah masuk, tangannya digenggam erat oleh suaminya. Andrian menatapnya sekilas, memastikan ia kuat menghadapi pemandangan di depan. Kane, yang berdiri di sisi lain, ikut menatap tajam ke arah para tahanan.
James Wu dan keluarganya dikurung di dalam kandang besi di sudut ruangan. Kondisi mereka memprihatinkan—wajah pucat, tubuh lemah, dan mata kosong tanpa tenaga. Tangan mereka terikat rantai, hanya mampu duduk sambil menunduk tanpa daya.
“Clara... cepat lepaskan kami...” ucap James dengan suara serak, hampir tak terdengar.
Clara menatap mereka tajam, sorot matanya keras, tanpa setitik simpati.
Andrian melirik istrinya, lalu berkata datar, “Clara, katakan saja hukuman apa yang harus mereka terima.”
Clara menarik napas dalam, matanya menatap tajam ke arah orang-orang yang pernah menyiksanya. “Lepaskan mereka dan berikan mereka racun. Aku ingin mereka merasakan sakit yang luar biasa,” jawab Clara tanpa ragu.
Andrian memberi isyarat halus kepada Kane.
“Lepaskan mereka!” perintah Kane dengan suara keras.
Anak buahnya segera menarik keluar James dan keluarganya dari kandang itu. Tubuh mereka yang lemah terhempas ke lantai dingin dengan kasar. Suara rantai dan jeritan pendek terdengar bersahutan.
“Kau, kenapa bisa begitu kejam pada kami? Jangan lupa kau dibesarkan di keluarga kami setelah orang tuamu meninggal,” ujar Sonia dengan napas tersengal, tubuhnya gemetar menahan sakit.
“Kau jangan lupa budi kami yang membiarkanmu tinggal dan makan di rumah kami,” ketus Jordy yang berusaha bangkit, namun tubuhnya terlalu lemah untuk berdiri tegak.
Clara memejamkan mata sesaat, lalu menatap mereka dengan pandangan membakar. “Rumah kalian? Itu adalah rumah peninggalan nenekku untuk papaku. Kalian merebut semua milik papaku dan menyiksaku. Aku tidak tinggal dan makan gratis. Selama ini kalian juga memaksaku untuk membantu perusahaan kalian mendapatkan proyek besar. Dengan kemampuan kalian berdua, sama sekali tidak ada apa-apanya. Kalian hanya sampah keluarga Wu,” balas Clara tegas, nadanya penuh dendam yang telah lama membara.
“Durhaka! Kau akan disambar petir!” ujar Sonia dengan suara bergetar.
Clara menatap wanita itu dingin. “Tuhan tahu siapa yang berdosa. Sejak kecil aku dikurung di kandang selama dua hari dan hanya diberi minuman. Kemudian dikurung di gudang yang terbengkalai. Bahkan saat sekolah saja aku hanya bisa menggunakan pakaian bekas orang dan tas buku bekas anak kalian. Setelah dewasa aku harus menjadi mesin uang dan menelan racun sehingga aku tidak ingin hidup. Katakan padaku, apakah kalian pernah baik padaku?” ungkap Clara dengan suara serak namun tegas.
Kane menatap Andrian, lalu mengangguk kecil. “Beri racun pada mereka!” perintah Kane sambil memberikan botol berisi pil gelap kepada anak buahnya.
“Tidak! Aku tidak mau!” teriak Sonia yang berusaha melawan, matanya membesar karena panik. Begitu juga dengan suami dan anak-anaknya yang mulai meronta ketakutan.
Namun tidak ada yang peduli. Anak buah Kane menahan mereka dengan kasar. Botol racun dibuka, aroma menyengat langsung menusuk hidung. obat itu dituang paksa ke mulut mereka satu per satu, disertai jeritan dan tangisan yang memecah keheningan ruangan.
Tubuh keluarga Wu menggeliat penuh panik; bibir mereka berbusa, wajah memucat, dan mata mereka mengerjap panik saat racun berusaha terus keluar. Suara terbatuk, muntahan yang tercekik, dan isak pecah di ruangan dingin itu.
James menyentak, suaranya serak oleh kepanikan.
"Beri aku penawarnya," teriak James.
Jordy merasa putus asa, tangan gemetar meraih udara.
"Penawar, cepat!" Pinta Jordan.
Di antara kegaduhan itu, Clara berdiri tegap. Matanya berkaca-kaca, bukan karena iba, melainkan karena luka lama yang kini meledak menjadi kemarahan.
"Takut? Saat aku memohon pada kalian, apakah kalian melepaskan aku? Kalian memaksaku menelan racun itu untuk menyiksaku. Kalau hati kalian saja tidak punya. Kenapa aku harus membiarkan kalian hidup tenang. Semua yang kalian lakukan padaku. Akan aku balas satu persatu," jawab Clara dengan mata berkaca-kaca.
"Awasi mereka dengan baik, kalau mereka kesakitan, biarkan saja. Beri nasi putih ke mereka agar tidak mati kelaparan!" perintah Andrian.
Kane mengangguk cepat, wajahnya kaku oleh disiplin.
"Baik, Tuan " Jawab Kane.
Sonia merangkak mendekat, suaranya tercekat antara napas dan air mata. Wajahnya penuh penyesalan dan ketakutan.
"Clara, aku mohon padamu, lepaskan kami. Kami adalah keluargamu. Kalau orang tuamu tahu kau begitu kejam pada kami. Mereka pasti tidak akan tenang di alam sana," kata Sonia.
"Mereka sedang menunggu pelaku yang menyiksa putri mereka. Setelah aku puas menyiksa kalian. Aku akan mengirim kalian semua ke neraka," jawab Clara yang kemudian beranjak dari sana dengan di susul oleh Andrian.
"Clara...Clara...,"Seru James yang semakin ketakutan.