NovelToon NovelToon
Putraku Menggila

Putraku Menggila

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Bad Boy / Keluarga / Teen School/College / Anak Yang Berpenyakit / Idola sekolah
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rere Lumiere

Bima, seorang mahasiswa semester akhir yang stres kerena skripsi nya, lalu meninggal dunia secara tiba-tiba di kostannya. Bima kemudian terbangun di tubuh Devano, Bima kaget karena bunyi bip... bip... di telinganya. dan berfikiran dia sedang mendapatkan hukuman dari Tuhan.

Namun, ternyata dia memasuki tubuh Devano, remaja berusia 16 tahun yeng memiliki sakit jantung dan tidak di perdulikan orang tuanya. Tetapi, yang Bima tau Devano anak orang kaya.

Bima yang selama ini dalam kemiskinan, dan ingin selalu memenuhi ekspektasi ibunya yang berharap anak menjadi sarjana dan sukses dalam pekerjaan. Tidak pernah menikmati kehidupan dulu sebagai remaja yang penuh kebebasan.

"Kalau begitu aku akan menikmati hidup ku sedikit, toh tubuh ini sakit, dan mungkin aku akan meninggal lagi," gumam Bima.

Bagaimana kehidupan Bima setelah memasuki tubuh Devano?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[18] Meja Makan

Mereka sekarang berakhir di depan pagar rumah Devano saat ini, setelah Devano lagi-lagi menolak di rawat inap. Dan Theo terus saja mengomel pada Devano membuat telinganya berdenging cukup panjang. Sehingga Devano mengajak Theo dan Karel untuk mengantar kerumah orang tuanya.

"Wih! rumah lo gede juga yak?" tanya Karel celingak-celinguk dengan wajah nya yang penuh obat merah dan di perban.

"Iyalah, nggak mungkin gue di sekolahin di tempat mahal begono, tapi lebih tempat nya, rumah gede ini, rumah bokap gue," ujar Devano berbangga diri.

"Iya juga sih, tapi setelah ini apa yang kita mau lakuin?" tanya Karel sembari menganggukkan kepala nya.

Devano nampak menyentuh dagu, "Ehm… kita harus nolongin si buntal itu dulu," kata Devano menjentikkan jari dengan semangat.

"Siapa?" tanya Karel datar, menoleh pada Theo dengan sedikit kebingungan.

"Si Ethan," singkat Theo memutar bola matanya jengah.

"Owh," ujar Karel mengangguk patuh.

"Sampai jumpa sekolah besok, bye…"

Devano melambaikan tangannya, kemudian memasuki pagar besi itu. Karel dan Theo masih berdiam diri disana hingga beberapa saat kemudian mereka meninggalkan tempat itu, setelah melihat Devano menghilang di balik pintu rumah besar itu.

Devano berjalan dengan santai, tirai-tirai telah terpasang dan lampu-lampu sudah mulai di hidupkan. Suara dentingkan sendok dan garpu beradu dengan piring di atas meja.

"Lagi-lagi gue tidak perdulikan, seperti gue tak ada disini. Terus apa gunanya gue di lahir in sama mereka," gumam Devano sembari memasukkan tangan nya di kantong jaketnya.

Devano akhirnya sampai ruang makan, dia berhenti ambang pintu ruangan itu, melihat keluarga harmonis sedang makan bersama.

"Cih… sungguh menjengkelkan, gue bakalan buat sesuatu yang baru, kayaknya malam ini gue belum bikin ulah," ujar Devano tersenyum sinis.

Devano kembali berjalan dengan tatapan nyalang dan masih terlihat sinis menuju kearah keluarga itu. Hingga menuju meja terdekat darinya, kemudian mengambil gelas milik Arsen.

Praaaang…

Gelas itu jatuh berhamburan di lantai, mendengar suara itu mereka sontak menoleh dan Arsen sedikit mengangkat kakinya agar pecahan kaca itu tidak mengenai kakinya.

"Apa-apaan kamu?!" pekik Dian menoleh kasar pada Devano.

"Tidak ada hanya saja tangan saya tergelincir tadi, hehehe…" kekeh Devano namun terdengar menjengkelkan di telinga orang lain.

"Oh ya, Anda sangat cantik malam ini nyonya, pasti Anda menyiapkan makanan malam ini dengan baik agar terlihat sempurna di mata suami dan anak-anak Anda…"

"Hanya saja, dosa Anda tidak akan bisa di ubah kerana mengunakan make up, nyonya," sindir Devano tersenyum sinis.

"Maksud kamu apa?!" bentak Dian menghempaskan sendok dan garpunya ke atas piring, karena tak terima sindiran yang dilontarkan Devano.

"Pikirkan sendiri nyonya," ledek Devano dengan tersenyum sinis kemudian mengarahkan kakinya ke arah kursi yang berada di sebelah Elio.

"Gue nggak sudi lo duduk di sebelah gue," marah Elio menatap nyalang pada Devano.

"Gue juga nggak sudi duduk bareng lo dan kalian semua, … ya tapi gimana, gue laper," ujar Devano tidak memperdulikan wajah benci dari semua orang, Dia kemudian menyendok nasi yang berada di wadah keramik itu.

"Kamu makan di dapur saja sana!" garam Dian masih menatap dengan mata elangnya pada Devano.

"Anda kasar sekali nyonya, saya mungkin akan makan di belakang tapi saya akan memviralkan Anda, dengan penelantaran anak, bagaimana nyonya?"

Devano kemudian meletakkan centong nasi itu, lalu menatap balik ke arah mata Dian yang terlihat masih nyalang.

"Kau!" tunjuk Dian kasar.

Dian mendorong kursi makan itu kencang dengan tubuhnya, kemudian berdiri, "Mas, usir dia!" bentak Dian.

"Sudahlah Din, jangan marah terus…" ucap Sebastian jujur saja sudah lelah dengan sikap kasar istrinya dan kedua anaknya pada Devano.

"Mas… Mas, belain dia di banding aku, Mas, aku hampir mati karena dia, Mas nggak sayang sama aku, Mas nggak perduli sama aku!" bentak Dian terus menujuk kearah Devano.

Sedangkan orang yang terus disindir tidak perduli dan terus menyantap makanannya dengan lahap seolah menikmati makanan nya dan pertengkaran yang dia buat awalnya.

"Din udahlah, dia anak kamu juga, kamu nggak bisa gini terus, sebelum kamu menyesal lebih baik lupakan masa lalu dan perbaiki diri kamu," ujar Sebastian mengerutkan jidat nya semoga ini perdebatan itu segera berakhir.

"Hem…" dengus Dian menghempaskan tangannya, kemudian pergi meninggalkan meja makan, derap langkah lantang hingga dia sampai di depan pintu kamar.

Braaakkk…

Dia membanting pintu kamarnya itu, hingga semua orang kaget dan bingung. Namun beda dengan Devano, dia hanya terlonjak sedikit kemudian menyantap makanannya kembali, seolah tak perduli dengan amarah Dian.

"Lo…lo udah buat nyokap gue marah!" geram Elio menggebrak mejanya, lalu menujuk Devano dengan kasar. Namun, tak ada tanggapan dari Devano, dia masih terus mengunyah makanan nya.

"Sialan lo!" bentak Elio menarik jaket Devano, agar laki-laki itu memperhatikan dirinya.

Devano menatap nyalang kemudian berdiri dari duduknya, kini mereka saling bertatapan dengan mata yang penuh kobaran api dan kilatan petir.

"Kenapa lo? nggak suka," ujar Devano meluruhkan tangan Elio kasar, hingga tangan Elio terhempas ketempatnya kembali dengan ayunan yang cepat dan menyakitkan.

Elio menggenggam tangan nya yang baru saja di hempaskan Devano, "Sial, sakit banget sumpah," gerutu nya dalam hati, masih menatap sinis kearah Devano.

"Kalian sudah! cukup bertengkar nya, kalian sodara tidak perlu selalu bertengkar!" tegas Sebastian akhirnya tidak tahan dengan keributan yang tak pernah terjadi di rumah nya.

Devano tersenyum puas karena ternyata masih ada yang membantunya di rumah itu. Namun, berbeda dengan dua saudara lainnya, mereka terlihat mengepalkan tangannya seolah tidak suka dengan jawaban papa mereka yang membela Devano.

"Papa, sekarang malah lebih sering bela dia, kenapa Pa? selama ini Papa nggak perduli sama dia," geram Arsen akhirnya bersuara, padahal sedari tadi dia berusaha menjadi anak yang baik.

"Ini urusan orang dewasa, kalian tidak perlu tau," jawab Sebastian memalingkan wajahnya.

Tidak mungkin dia menjawab, sebab dia menghindari Devano karena istrinya itu baby blues setelah melahirkan Devano. Hingga saat ini istrinya belum bisa menerima Devano di hidupnya.

Arsen dan Elio nampak geram lalu meninggalkan tempat itu, terlihat sebelum pergi Elio menggebrak mejanya.

"Terima kasih, Anda sudah membantu saya," ujar Devano dengan datar kemudian kembali duduk di kursi, karena makan nya tadi belum selesai.

Sebastian menoleh kearah putra bungsu nya itu dan keadaan meja makan sangat kacau, di bawah dan di atas meja terlihat sangat berantakan.

"Tenang saja, saya akan membereskan pecahan kaca itu, dan saya akan memanggil Bi Sunarti untuk membereskan mejanya nanti," celetuk Devano tak menatap Sebastian, namun seolah Devano tau isi pikiran Sebastian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!