Rahul adalah Seorang pemuda tingkat kelas bawah, tidak sengaja memperoleh bokor kecil dan mengubah segalanya.
Ia menguasai jalan kultivasi, pengobatan, teknik abadi yang mengguncang langit dan bumi.
Simak jalan ceritanya, lucu, lugu, penuh trik dan intrik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wang Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buka Baju dan Celanmu.
Bagian 16.
Setelah menelepon wajahnya menjadi lega, ia menatap Rahul dan bertanya pelan.
"Terimakasih, tetapi kenapa kau bisa ada di sini?"
Rahul menjawab jujur sebagian dan sebagian lagi.
"Tadinya saat Kakak bicara di lorong aku langsung mendengar pertengkaran mu dengan dia, aku khawatir, jadi diam diam mengikuti. Maafkan aku jika itu melanggar privasi mu!"
"Tapi selama ini Kakak telah banyak membantuku, aku berhutang Budi pada mu Kakak Neha!"
Mata Neha tampak berkilat. Ia mengangguk pelan dan berkata.
"Aku tidak menyalahkanmu, kalau kau tidak muncul hari ini. Aku tidak tau apa yang akan terjadi. Terimakasih!"
Sambil menunggu polisi datang, Neha mulai bercerita tentang pernikahannya yang pahit, mungkin selama ini ia terlalu lama memendamnya.
Atau karena ia mulai percaya pada Rahul, ia menceritakan semuanya.
Rahul baru sekarang mengetahui bahwa pernikahan Neha adalah perjodohan dari keluarganya.
Empat tahun yang lalu setelah lulus kuliah dan menjadi pasca sarjana.
Ia di jodohkan dengan Asam Kumar yang keluarga berada. Ibunya tergoda dengan status keluarga Kumar.
Dan Neha pun luluh setelah di kejar kejar oleh Asam Kumar setiap saat.
Namun tak lama setelah menikah dan hamil, bisnis keluarga Kumar menurun dan akhirnya bangkrut.
Sisi asli Asam Kumar pun terlihat dan muncul semakin hari semakin meraja Lela.
Ia setiap hari berjudi, mabuk mabukan, memakai narkoba, main perempuan. Bahkan dia berani bawa perempuan kerumahnya di depan Neha.
Merekapun bercerai. Setelah berpisah, Asam Kumar mulai melakukan tindakan tindakan kriminal.
Asam Kumar kehilangan semuanya, setelah kehilangan semuanya, dia mulai mengancam Neha, dengan anaknya sebagai sandera.
Setelah selesai bercerita, polisi datang. Rahul menemani Neha kekantor polisi untuk memberi keterangan. Lalu pergi bersamanya menjemput anaknya Kakak Neha.
Sedangkan nasib Asam Kumar telah di tentukan, dia di temukan kecanduan narkoba dan bahkan terkait jaringan pengedar narkoba.
Tanpa perlu menyegel urat hidup dan matinya, Asam Kumar di pastikan hidupnya telah tamat.
Mereka melanjutkan perjalanannya kerumah Tante Asam Kumar di pinggir kota...
Saat sampai di rumah Kakak Neha, Neha mengendong anaknya ke kamar tidur.
Beberapa menit kemudian ia keluar dan Rahul tertegun. Ia tidak menyangka ucapan Neha berikutnya akan membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Kakak Neha berkata.
"Lepaskan bajumu, celanamu dan masuk kekamar!"
"A..Apa...?" Rahul terpaku tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Apa, ini tidak boleh terjadi. Ini tidak pantas kita lakukan bersama?" Wajah Rahul memerah.
Melihat wajah Rahul yang memerah, barulah Neha menyadarinya bahwa ucapannya ambigu.
Dengan nada datar ia menjelaskan.
"Maksudku, lepaskan seluruh pakaianmu biar aku bersihkan dan keringkan. Pakaianmu telah basah kuyup, kalau terus di pakai itu bisa masuk angin. Aku cari baju pengganti dulu, ya!"
Setelah berkata begitu, Neha kemudian kembali masuk kedalam kamarnya dan tak lama kemudian keluar sambil membawa sehelai jubah mandi merah muda, jelas itu jubah mandinya sendiri.
"Aku tidak punya pakaian pria, hanya ini yang cocok. Kau mandi saja, lalu ganti baju ini. Nanti kubersihkan pakaianmu"
Katanya sambil menyerahkan jubah itu kepada Rahul.
Rahul sangat canggung, mandi di rumah Kakak sebagai Bu Dosennya dan juga memakai jubah milik kakak yang di pakai sehari hari.
Rasanya benar benar sangat memalukan.
Ia buru buru menggeleng dan menolak.
"Kakak..Tidak perlu, aku pulang saja dan ganti baju di rumah, tidak apa apa sungguh!"
Namun Neha menatapnya dengan penuh ketegasan seperti seorang kakak menegur adiknya.
"Aku tidak takut, kenapa kamu harus takut, lagi pula aku ini sudah kau anggap Kakak dan aku juga sudah mengagapmu seperti adik!"
"Kamu tau, di luar hujan deras bagaimana kamu bisa pulang? Ayo cepat mandi dan ganti baju, jangan membantah, jangan membuat Kakak marah. Lagi pula, kalau bukan karena kamu aku tidak tau apa jadinya hari ini. Apa kamu ingin jatuh sakit di rumahku?"
Mendengar itu nyaris ia berkata bahwa ia sudah berumur dua puluh satu tahun, bukan anak anak lagi dan berduaan dalam satu rumah dengan perempuan cantik dan seorang lelaki perjaka. Itu akan berakibat dan akibatnya.
Tapi akhirnya Rahul mengaguk juga dan mengambil jubah dari tangan Neha.
Meskipun begitu, hatinya tetap gelisah.
"Hufff...Moga aja tidak terjadi geli geli basah!"
Sebagai seorang laki laki ia tidak pantas memakai jubah seorang perempuan, bau harum wanita menggugah seleranya, ini di rumah Bu Dosennya pula.
Baru sadar ketika ia sudah tiba di dalam kamar mandi, ia akhirnya berhenti memikirkan hal hal aneh. Ia sudah terlanjur masuk dan tidak mungkin keluar bukan.
Dalam beberapa saat seluruh pakaiannya telah di lepaskan dan mulai mandi, harus di akui pakaian basah terasa tidak nyaman.
Kamar mandi Neha tidak terlalu besar, terdapat tempat mandi, tempat mencuci dan tempat buang limbah.
"Ah...Ini apa lagi ini" Hati Rahul mendesah dan tersentak kaget.
Ia melihat Bh berenda putih dan CD berenda merah tergantung di di sana, matanya terbelalak dan pikirannya jadi down, tenggorokannya kering.
"Pegang iya, atau tidak, pegang iya...Ah...Tidak, jangan lihat, jangan lihat kesana...Aku, aku tidak lihat!"
Dengan wajah merah padam ia menghilangkan aroma jahat itu yang menguasai pikirannya, cepat cepat ia mandi dan segera keluar dari tempat berbahaya dan rawan itu yang membuatnya tersiksa berat luar dan dalam.
Setelah mandi ia mengenakan jubah mandi Neha, ketika ia keluar.
Rahul melihat Neha sedang memasak di dapur, ketika ia melihat Rahul. Neha segera berseru.
Tunggu sebentar di ruang tamu makanannya hampir selesai.
Setelah seharian berlari kesana kemari, Rahul mencium aroma di dapur membuatnya jadi lapar.
Rahul mengucapkan terimakasih dan dan duduk di ruang tamu menunggu.
Beberapa menit kemudian, Neha membawakan semangkuk mie ayam bakso sapi, aromanya menggugah selera, meletakkan di depan Rahul dan berkata.
"Ayo makan"
"Terimakasih" Rahul menerimanya dengan penuh rasa syukur dan langsung menyantap tanpa basa basi.
Melihat Rahul makan yang begitu rakus, Neha tersenyum dan berkata.
"Aku mau mandi dulu dan keringkan bajumu" Setelah berkata begitu ia membuka celemek dan masuk kekamar mandi.
Namun Rahul tiba tiba teringat pakaian dalam wanita itu yang tergantung di kamar mandi, ia langsung gelisah dan berkata.
"Bagaimana kalau Kakak Neha melihatnya dan mengira aku...Astaga naga...Ha..."
"Ah...Sudahlah, pura pura tidak tau saja!"
Ketika Neha masuk kamar mandi, ia melihat pakaiannya yang tergantung di sana belum di ambil.
Wajahnya langsung memerah, ia teringat Rahul pasti melihatnya.
Dalam sekejap Lehernya menegang, tubuhnya memanas, hatinya bergetar, ia mengeluh lirih menahan rasa malu yang tak terbendung.
Simak terus kelanjutan cerita ini pada episode selanjutnya Bergabung ke bagian 17.