Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Dan Terjadi.....
Melihat tuan muda yang lumpuh kini berdiri tegak, Ariel amat terkejut, dia sampai beku tidak mampu bergerak untuk beberapa saat.
Tuan muda bisa berdiri dan berjalan, apa ini reflek dari rasa kesal karena cemburu? atau...sesungguhnya dia memang sudah bisa berjalan sejak lama, namun memilih untuk pura-pura lumpuh?
Entahlah... hanya dia dan tuhan yang tahu.
Langkah pertama kakinya tanpa goyang seperti orang yang baru bisa berjalan setelah sekian tahun lumpuh.
Mata Ariel menatap kedua kaki tegap Alfred lalu menelusur hingga kebagian tubuh dan wajahnya. Ariel menelan ludahnya, ternyata setinggi ini sosok tuan muda yang sering terlihat menghabiskan waktu di atas kursi roda dengan tatapan kosong dan wajah dingin, dia benar-benar bisa berjalan...dia tidak lumpuh!
Saat wanita itu shock, Alfred malah menyeringai! Seharusnya dia memberikan penjelasan, bukan menyeringai....
Ariel seperti dikagetkan hingga membuatnya berhasil tersadar dari ketidak percayaan ini. Ia mengangkat tubuhnya dan turun dari ranjang. Tapi Alfred langsung menahannya hanya dengan satu tangan. Saat masih berada di atas kursi roda saja dia dengan sangat mudah mengunci Ariel, apalagi dengan posisi seperti ini.
"Tuan! Lepaskan! Biarkan saya pergi!" Ariel memekik seraya memberontak, instingnya mengatakan, ini berbahaya.
Dua tangan kekarnya merengkuh badan Ariel dari belakang, seperti mengangkat seonggok karung berisi kapas yang ringan, Alfred membawa wanita itu dan kembali menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
Takut! Yang awalnya berani untuk membangkang kini Ariel ketakutan. 'harus pergi, lari', pikirnya yakin. Namun seyakin-yakinnya Ariel dia sudah tidak bisa menghindar dari laki-laki yang kini gagah dan kuat itu.
Alfred menarik kakinya yang ingin melarikan diri dalam sekejap tubuh mungil itu sudah berada dibawah kungkungannya.
"Kau mau apa! Menyingkir lah!" Ariel mendorong Alfred, tapi itu sia-sia karena badannya seperti gapura yang sulit untuk dipindahkan.
"Kenapa! Kau tidak suka? Bagaimana kalau Jonas yang melakukannya, apa kau akan riang? Atau jangan-jangan Jonas pernah melakukannya, menyentuhmu lebih dari seperti ini?"
Deg! Ariel langsung berhenti memberontak.
Melakukannya...... Menyentuhmu lebih dari ini.....
Telinga Ariel berdengung, hatinya sakit. Laki-laki yang ada di atas tubuhnya menganggap dirinya wanita murahan yang gampang disentuh dengan laki-laki lain yang tidak memiliki hubungan. Sungguh tuduhan yang sangat kejam!
"Brengsek!" Hanya satu kata ini yang keluar dari mulut Ariel. Satu kata yang diucapkan dengan penuh marah namun matanya berkaca-kaca menandakan sakitnya hati.
"Kau.... mengumpat ku layaknya bedebah itu." Alfred yang sama murkanya, langsung mendaratkan ciuman brutal. Dia seperti ingin menelan wanita itu hidup-hidup menyatukan dengan tubuhnya. Cemburu bercampur marah, memang kerap kali membuat seseorang jadi gelap mata, dorongan kuat dari emosi membuatnya melakukan sesuatu yang mungkin akan membawa sesal dikemukakan hari.
"Tidak! Jangan lakukan ini, aku mohon!" Melihat wanita itu memohon sambil menangis malah membuat Alfred semakin marah.
Dia beranjak tapi bukan untuk pergi, seutas dasi berwarna hitam dicengkeramnya, cemburu buta yang belum terbukti kebenarannya menghilangkan akal sehat tuan muda, "Kita buktikan apa benar dia belum pernah menyentuhmu!" Ucapnya menatap Ariel seperti mangsa yang telah lama dinanti-nanti.
Ariel menggeleng, takut sudah pasti. Dia tau apa yang akan dilakukan Alfred. Sebentar lagi mereka akan bercerai mana boleh hal seperti ini terjadi.
"Jangan! Tolong biarkan aku pergi!"
Alfred mengikat tangan Ariel mengaitkannya pada tiang ranjang, wanita itu kini tidak bisa mengunakan tangannya untuk melindungi diri.
Keringat dingin membanjiri wajah Ariel. Kala laki-laki itu menanggalkan pakaiannya.
"Jika kau melakukannya, aku akan membencimu seumur hidupku!" Dalam keadaan tidak berdaya, hanya sumpah yang bisa wanita ini lakukan untuk mempertahankan diri.
Tapi laki-laki itu menjawab, "Seumur hidupmu, kau tidak akan pernah bisa lari dariku."
Alfred menghimpit kedua kaki Ariel dengan kakinya, tangan dan bibirnya mulai aktif menelusuri seluruh tubuh wanita yang berteriak, memohon untuk dilepaskan.
Dikamar suram yang biasanya dingin dan sunyi itu. Kini panas dan gaduh, keringat sebesar biji jagung menetes dari kening Alfred. Tubuhnya semakin bereaksi dan tidak terkendali, dia yang awalnya hanya ingin memberi peringatan kini benar-benar tergoda dengan wanita yang sudah ia tanggalkan semua pakainya.
Tanpa sepatah kata, yang ada hanya suara hembusan nafasnya yang berat. Alfred benar-benar melakukannya.
Ariel yang sejak tadi menangis kini berteriak, wanita itu merasakan sakit yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya . Tubuhnya kaku, ada benda besar dan tumpul yang memaksa masuk. Semakin digerakkan semakin sakit, Ariel mengigit kuat pundak laki-laki yang ada diatasnya sampai meninggalkan bekas yang nyata, bahkan berdarah.
Alfred tidak peduli, dan tidak mungkin juga untuk dihentikan. Dia kembali menciumi wanita itu seraya tubuhnya semakin memacu.
Sepuluh menit ....
Tiga puluh menit....
lima puluh menit....
Seratus menit.....
Hingga tiga jam.... laki itu masih belum berhenti, dia terus mengulangi setelah jedah hanya beberapa menit.
Ariel pasrah! Apa lagi yang bisa dia lakukan, yang dia miliki dan pertahankan sudah direnggut habis. Alfred memang suami sahnya, meskipun mereka menikah dengan tujuan tertentu bukan karena cinta. Tapi kenapa harus ada hal seperti ini jika memang tidak ada cinta?
....
Di langit yang ceria dengan suara kicauan burung-burung yang bertengger di ranting pohon, matahari pagi pun menampakan cahayanya. Pagi ini terasa hangat. Penduduk Kota Mandalika penuh semangat menyambut pagi yang cerah ini, aktivitas hariannya mulai mereka lakukan, termasuk di Kastil kaki Gunung Bora.
Bibi Imel tengah membuat sarapan, ada yang aneh wanita itu senyum-senyum sendiri.
Saat ada yang bertanya, dia menjawab! 'nona, malam ini tidur di kamar, tuan muda ',
Baginya ini hal baik, Imel pun langsung melapor pada Ayunda, mereka senang mengira pasangan suami istri akan selalu bersama setelah malam itu.
Tapi... Justru ini menjadi awal babak baru, dari perjalanan hidup Alfred dan Ariel.
Di kamar, Alfred sudah membersihkan diri, laki-laki itu benar-benar bisa mengunakan kakinya untuk beraktivitas. Ariel masih terbaring dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, matanya masih terpejam dia tidur nyenyak.
Jam dinding menunjukkan pukul 08:00. Dia harus pergi ke kediaman utama. Arthur sudah menunggu. Sebelum keluar kamar, Alfred membuka sedikit selimut untuk melihat wajah orang yang masih tertidur, tidak berniat membangunkan namun dia mendaratkan satu kecupan selamat pagi di kening wanita itu.
"Tuan, sarapan Anda sudah siap," kata Imel saat Alfred keluar kamar. Imel tidak terkejut karena saat keluar kamar Alfred masih mengunakan kursi rodanya, dia benar berpura-pura.
Alfred mengangguk pelan.
Laki-laki itu sarapan ditemani Arthur, Imel yang sedikit khawatir memberanikan diri untuk bertanya, "Tuan... nona Ariel?"
"Masih di kamar, jika dia sudah bangun katakan padanya untuk bersiap-siap, jam dua, Arthur akan menjemputnya."
Imel mengangguk, dia lega, dari nada bicara Alfred sudah tidak seperti dulu yang nampak dingin dan sinis, *tidur bersama nona bisa membuat Anda berubah*....
....
Ariel membuka matanya, badannya terasa pegal, sakit dan perih. Dia mengingat apa yang terjadi semalam dan saat itu juga dia mengutuk perbuatan Alfred.
Dibawah kucuran shower, Ariel merenung, dia sedang memikirkan tindakan selanjutnya.
Setelah membersihkan diri, Ariel menuju kamarnya. Membuka ponsel ia terkejut sekaligus khawatir! Puluhan panggilan tidak terjawab, puluhan pesan ancaman terabaikan. Ada satu pesan yang membuat Ariel mengerutkan alisnya, itu pesan dari Arthur (Nona, uang yang Anda minta sudah disiapkan, di ruang kerja tuan muda)
Ariel mengepalkan tangannya, *dia benar-benar membayar ku untuk semalam*....
sehat selalu untuk mu kak author💪💪