Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senangnya...
Keesokan harinya
Sama seperti kebiasaannya di pagi hari, Celine bangun lalu mandi menyiapkan dirinya sendiri, mulai dari berpakaian dan menyisir rambut.
Kali ini kunciran rambutnya tak seperti biasa, hanya diikat setengah dan setengahnya di biarkan terurai.
Cantik dan lucu ketika dia mengikat rambutnya seperti itu. Sama... seperti kunciran yang sering dibuat oleh ibunya.
Celine yang selesai bersiap langsung turun ke bawah untuk sarapan, tak lupa sekalian membawa tasnya turun.
Matanya memandang anggota keluarganya yang sedang menikmati sarapan, dia selalu terlambat, bukan tanpa sebab tapi karena kamarnya terlalu jauh di belakang sana.
Sementara kamarnya yang dulu sudah dipakai untuk menyimpan barang-barang yang tidak layak pakai, tidak tahu apa maksud papanya melakukan itu.
Saat Celine turun, Damian melirik sedikit ke arahnya, tapi ketika Celine menatapnya dia cepat-cepat memalingkan wajahnya.
Saat itu dia melewati meja makan dan hanya berjalan terus ke dapur, tempat bibi Erina menyiapkan bekal makan siangnya.
"Bibi masak apa?" tanya Celine dengan senyuman.
"Ah, bibi hanya masak ayam goreng kesukaan nona untuk bekal makan siang, lalu ada selada dan juga timun sebagai pelengkapnya" dia menunjukkan isi bekal gadis itu.
"Hm...pasti enak kalau dimakan, aku jadi tidak sabar untuk memakannya, bi!" serunya dan kembali ke meja makan untuk sarapan.
Ekspresi nya sangat berbeda dari yang kemarin malam, kemarin tampak wajahnya yang murung. Tapi, sekarang wajahnya tampak berseri-seri seperti mendapatkan sesuatu.
Tapi bukan tanpa sebab, Celine sangat bahagia hari ini karena pamannya Ricardo akan mengajaknya pergi ke pantai. Tapi, Celine tak memberitahukan kepada papanya.
Lagipula pikirnya, kalau dia pergi pun tak akan ada orang yang mencarinya. Jadi, dia memutuskan pergi tanpa mengatakan apapun pada mereka.
...****...
"Terimakasih pa.." ucapnya saat turun dari mobil.
Damian hanya melirik Celine yang sudah tersenyum bahagia, dia ingin bertanya tapi enggan untuk melakukannya.
Jadi, dia hanya bisa diam dan setelah putrinya itu turun dia langsung tancap gas meninggalkan nya untuk mengantar putri nya yang satu lagi.
Tepat di depan gerbang, lagi-lagi Celine bertemu dengan ibu guru kesukaannya, Claudia.
Claudia pagi itu tampak berbeda dari biasanya, biasanya Claudia akan mengenakan pakaian olahraga dan peluit di lehernya, tapi kali ini dia tampak cantik dengan kemeja putih dan rok span yang menambah kecantikannya.
"Ibu guru, ibu guru sangat cantik hari ini" sapa Celine yang berdiri di depan Claudia.
Claudia tertawa kecil mendengarnya "Terimakasih Celine, Celine juga sangat cantik nak, rambutnya siapa yang menguncir?" tanya nya dan menyentuh rambut Celine.
"Celine sendiri, Bu guru. Karena Celine sudah bisa sendiri" jelasnya dengan penuh semangat.
Claudia mengangguk, paham maksudnya. Dia pun tahu kalau anak itu melakukan semuanya sendiri sekarang setelah ibunya tiada.
"Baiklah kalau begitu, Celine masuk ke kelas sana, nanti Celine terlambat malah kena hukum sama guru pengajar."
Celine mengangguk pelan lalu berlari kecil meninggalkan ibu gurunya itu. sementara Claudia memperhatikan nya dari belakang merasa senang anak temannya tumbuh dengan baik.
...****...
Pulang sekolah 12.00
Celine menunggu di depan gerbang, mencari-cari mobil pamannya yang katanya akan datang untuk menjemputnya di sekolah.
Biasanya Celine pulang akan dijemput oleh supir yang dipekerjakan Damian, tapi sebelum dia pergi ke sekolah, Celine sudah mengatakan bahwa dia tidak perlu di jemput dan pak supir mengiyakan.
Celine membuka tas, meraih ponselnya yang ada di dalam ransel. Mengecek setiap pesan teks yang terkirim, tapi tak ada satupun yang dari paman nya.
Saat Celine merasa sedih, di situlah pamannya tiba dengan mobilnya dan mengklakson gadis kecil yang duduk di pinggir jalan itu.
"Celine" panggil Ricardo yang turun dari mobilnya untuk melihat Celine.
"Paman sangat lama menjemput Celine, Celine lelah di pinggir jalan seperti anak kebingungan" gerutunya dengan bibir yang sudah manyun.
Ricardo tertawa kecil lalu menggandeng tangan Celine untuk mengajak nya masuk ke dalam mobil.
Betapa terkejutnya Celine karena di dalam sudah ada bibi Erina yang juga menunggunya.
"Jadi...paman lama karena menjemput bibi dulu ya?" wajahnya yang tadi cemberut sekarang tampak sedikit senang melihat bibinya.
"Yah...kamu tahu sendiri. Bibi bilang dia yang akan siapkan bekal bawaan jadi paman sekalian ajak saja bibi dengan kita" jelasnya dan perlahan melajukan mobilnya ke jalanan.
Celine hanya tersenyum mendengarnya. "Aku senang sekalii" ujarnya sambil meregangkan tubuhnya seolah-olah baru saja meninggalkan ketegangan.
"Kenapa? Tampaknya kamu begitu senang, karena kita akan pergi atau karena yang lain?" tanya Ricardo yang masih fokus pada jalanan.
"Iya paman, soalnya kalau dirumah Celine hanya akan melamun dan tak tahu harus melakukan apa." jelasnya sambil memperhatikan pemandangan di sekelilingnya.