Wanita Simpanan CEO

🌹JANGAN LUPA KASIH VOTE, RATING LIMA, KOMENTAR MEMBAMNGUN DAN AJAK YANG LAIN.🌹

🌹FOLLOW IGEH EMAK DI : @REDLILY123.🌹

🌹EMAK SAYANG KALIAN, SELAMAT MEMBACA.🌹

Rara mengerutkan keningnya saat dia merasakan pusing. Dia bangun dan mendapati dirinya berada di ranjang yang empuk dengan ruangan yang elegant. Rara melihat ke berbagai ruangan untuk mencari seseorang yang membawanya ke sini.

Sampai pintu kamar terbuka dan masuklah Isa yang membawa baki berisi makanan. “Oh, hallo Rara, kau sudah bangun?”

“Kenapa kau di sini?”

“Ini villa peninggalan pamanku. Jangan khawatir, jarak kota masih dekat,” ucapnya membawakan makanan ke sana dan menyimpannya di nakas. “Apa yang terjadi? kenapa kau berkeliaran?”

“Aku akan pergi.”

“Tunggu,” ucap Isa menahan Rara agar tidak bergerak pergi. “Aku berniat membantumu, aku tidak memiliki hubungan dekat dengan Medina seperti yang kau bayangkan.”

“terima kasih atas niatmu.”

“Tapi aku benar benar ingin membantu. Kenapa kau berkeliaran? Apa dia mengusirmu?”

“Ya.”

“Tunggu, aku bilang tunggu dulu. Bisakah kau istirahat dulu di sini? Kemana kau akan pergi? Kau tidak punya tempat tinggal bukan?”

“Aku hanya perlu menjemput ajal.”

Isa tertawa hambar mendengar hal itu. “Oh ayolah, jangan seperti itu. Kehidupan itu berharga.”

“Tidak untukku.”

“Tinggalah di sini, aku tidak punya seseorang yang mengurus villa ini. Bagaimana?”

“Kau ingin aku menjadi pembantumu?” tanya Rara dengan nada yang tidak sedater biasanya.

Keningnya yang berkerut membuat Isa sedikit ketakutan. “Tidak, bukan begitu. Maksudku, kau diam dan merawat tempat ini. Tempat ini tidak disewakan karena amanat pamanku, aku akan menempatinya saat menikah. Sampai saat itu tiba, kau menjaga itu di sini oke? Rawat rumah ini, aku biasanya datang sebulan sekali. Bagaimana?”

“Aku tidak tertarik.”

“Jika kau keluar sekarang,” ucap Isa menggantung dengan tangan menahan Rara. “Kau akan ditemukan oleh Medina, jika marah dia selalu membuat orang celaka.”

“Itu yang aku harapkan,” ucap Rara dengan wajahnya yang datar, dia memang mengiginkan kematian, dengan kematian itu yang mendekatinya lebih dulu.

“Jangan seperti itu. Hei, ayolah. Tempat ini menenangkan, kau akan suka. Memang dekat dengan kota, tapi setidaknya tidak ada yang menemuimu selain diriku dan dirimu sendiri di sini. Bagaimana?”

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Dev tidak dapat menemukan Rara, dia hilang begitu saja dan sekarang masih dalam pencarian. Untuk menemui Luke dan berbicara dengannya, Dev harus ke apartemennya mengingat Luke mematikan ponselnya demi menghindari Medina.

Sejak tadi Medina menelponnya untuk menanyakan Luke, dia juga hendak datang ke aparteman mala mini. Dev datang untuk memberi peringatan majikannya.

Tahu sandi apartemennya, Dev masuk seperti biasa.

“Tuan Muda?” tanya Dev saat masuk.

Mendengar suara dari lantai dua membuat Dev pergi ke sana dan memeriksa.

“Anda akan pergi?” tanya Dev melihat pakaian yang sedang dikemas.

“Medina sudah menjelaskannya pada Media?”

“Ya, itu trending di twitter kalau dia berbohong.”

Luke terkekeh. “Dia tidak masalah dengan itu?”

“Sepertinya dia ingin memulai kembali dengan anda.”

Dan keterdiaman Luke membuat Dev kembali bertanya, “Apakah anda berencana mengakhirinya bersama dengan Nona Medina?”

“Aku hanya ingin beristirahat sejenak dari semua ini. Pekerjaan kau yang ambil alih.”

“Anda berencana pergi ke luar negara?”

“Ya, aku butuh liburan selama beberapa minggu. Aku ingin rehat dari kakek dan Medina. Jika sesuatu terjadi, ini nomor baruku.”

Dev menerima kartu yang bertuliskan nomor baru milik majikannya.

“Hanya kau yang tahu itu, jangan dihilangkan.”

“Anda akan menemui Tuan Nobles dahulu?”

“Untuk kali ini aku akan egois dan pergi sesaat, lagipula Kakek sudah membaik, dia akan pulih kembali. Jaga rahasia ini.”

“Kemana anda akan pergi?”

“Tidak akan aku beritahu. Oh ya, kau menemukan Rara?”

Dev menggeleng, membuat Luke mengangkat alisnya. “Jika kau menemukannya, antar dia ke sebuah rumah.”

“Rumah mana?” tanya Dev heran.

“Rumah baru, kau yang beli memakai uangku. Kasihan jika dia menjadi gelandangan di sini.”

“Akan saya lakukan, Tuan.”

“Kerja bagus. Aku hanya akan pergi sesaat dan pulang dengan kepala jernih.”

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah menyelesaikan pekerjaannya untuk pemotretan sebuah majalah, Medina menaiki mobilnya untuk pergi ke apartemen Luke. Saat hendak menutup pintu mobil, managernya menahan. “Medina, berhenti membuat kekacauan, kau sedang berada di puncak.”

“Kekacauan seperti apa?”

“Kebohongan itu.”

Medina tertawa. “Itu bukan kebohongan, jurnalisnya yang melebih lebihkan dan berbohong. Aku tidak mengatakan apa apa tentang foto itu, jangan khawatirkan apa pun.”

Kemudian dia menutup pintu dan melajukan mobil dengan cepat menuju apartemen kekasihnya. Sejak pagi, Luke tidak bisa dihubungi. Itu terjadi sampai larut malam saat ini.

Medina tidak ingin kehilangan Luke, dia mulai membereskan kekacauannya dimulai dari foto yang dia sebarkan. Jurnalisnya yang menjadi kambing hitam karena telah melebih lebihkan, jadi dia aman aman saja.

“Oh sialaaan, Luke kau kemana?” gumam Medina sambil menelpon.

Dia melangkah lebar menuju apartemen kekasihnya, ini sudah hampir tengah malam.

Karena tahu kodenya, Medina dengan mudah masuk.

“Luke! Luke! Sayang?! Kau dimana?!”

Tidak ada jawaban, membuat Medina memeriksa kamar. Dia terkejut saat mendapati pakaian Luke yang berkurang. “Dia pergi?”

Rasa kesal itu semakin membuncah saat Dev tidak mengangkat telpon. “Kemana kau, Dev sialaan? Angkat telponnya.”

Medina benar benar ketakutan kehilangan Luke, apalagi kekasihnya itu telah tidur bersama Rara yang masih perawan. Memang Medina sudah pernah melakukannya, jadi tidak ada yang special yang bisa dia berikan pada Luke selain persetujuan dan keinginan kakek Nobles.

“Aku harus menemui Kakek Nobles. Aku tidak boleh kehilangannya, aku tidak mau bank berjalanku pergi dan berpaling dariku,” gumam Medina sepanjang dia menyetir.

Bahkan di lorong rumah sakit, Medina berlari kencang. Tanpa mengetuk, dia membuka pintu ruangan. “kakek!”

Teriakannya membangunkan perawat yang berjaga.

“Mohon tenang, Nona. Tuan Nobles baru saja beristirahat.”

“Singkirkan tanganmu dariku! Beraninya kau menyentuhku dasar jalaang!”

“Ada apa ini?” tanya kakek Nobles yang terbangun karena suara berisik.

Saat itulah Medina memasang wajah sedihnya, dia mendorong perawat itu supaya bisa mendekat. “kakek….”

“Kenapa kau menangis, cucuku sayang? Apa yang terjadi?”

“Luke tidur dengan wanita lain.”

“Apa?!”

“Hiks…. Dia tidur dengan pembantuku.”

“Wanita Jepang itu?”

Medina mengangguk dengan menitikan air mata palsunya. “Dia tega melakukan itu padakku, Kakek. Tapi aku memaafkannya dan ingin menikahinya musim semi nanti.”

“Delapan bulan lagi?” tanya Kakek Nobles antusias.

Medina mengangguk.

“Kau memaafkannya?”

“Aku memaafkannya, tapi dia malah pergi entah kemana. Barang barangnya tidak ada, aku takut dia berpaling dariku, Kakek… hiks… tolong bantu aku, Kakek.”

Kakek Nobles mengusap wajahnya kasar. “Tenanglah, Medina. Kau akan menikahi Luke. Tenang saja.”

🌹🌹🌹🌹🌹

TO BE CONTINUE