Anatari Gayatri yang sedang magang di hotel. Ia adalah cewek yang sama sekali tak suka dengan cowok bule.
Erland yang saat itu sebenarnya sedang patah hati dan ingin menyendiri, jadi kesal dengan teriakan Anatari yang tak suka cowok bule. Ia pun bertekad hendak membuat gadis itu jatuh cinta lalu meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I Hate Bule
Patah hati? Itulah yang dialami oleh Erland Thomson. Usianya 27 tahun. Putra bungsu dari keluarga bangsawan Thomson yang ada di London.
Sejak usia 15 tahun, Erland sudah menunjuk ketertarikannya di dunia perfilman. Namun bukan sebagai aktor melainkan sebagai sutradara. Berawal dari film dokumenter yang dibuatnya tentang kehidupan remaja di London memenangkan festival film dokumenter bagi pemula, nama Erland mulai terkenal.
Ia memulai debut pertamanya melalui sebuah mini serial saat usianya baru 18 tahun. Tentu saja dukungan keluarganya sangat berarti bagi Erland. Ia banyak belajar dari sutradara terkenal Aslon, yang adalah ayah Ben Aslon sahabat baik kedua orang tuanya (Yang nggak tahu Ben Aslon boleh baca novelku yang berjudul : My Best Photo).
Namun kali ini Erland patah hati bukan karena filmnya yang tak laku. Melainkan karena ia harus melepaskan gadis yang dicintainya menikah dengan orang lain.
Tak ada yang menyangka kalau Erland sudah dua kali patah hati. Pada hal dia dikenal sebagai salah satu bad boy di London. Gadis mana yang bisa menolak wajah tampan perpaduan London-Manado itu?
Erland menjauh dari kebisingan kota London. Ia selalu menjadikan Indonesia sebagai rumah keduanya. Apalagi kota Bali, tempat bisnis keluarganya ada di sini.
Sudah 3 hari Erland ada di sini, dan itu belum mampu membuatnya melupakan Amezza.
Malam ini, Erland kembali tak bisa memejamkan matanya. Ia juga malas jika harus ke pub dan pada akhirnya mabuk. Pesan mamanya selalu ia ingat. Jangan pernah menyelesaikan masalah dengan mabuk.
Ia pun keluar dan jalan-jalan di sekitar hotel. Matanya menatap kehidupan malam di Bali yang seakan tak pernah tidur. Langkahnya membawa dia ke pantai.
Ada beberapa orang yang menikmati malam di tepi pantai karena memang ada bar di sana.
Erland sebenarnya tak begitu tertarik untuk masuk ke bar, tapi pendengarnya terganggu dengan suara seorang cewek.
"Hei, datang ke Bali kan bukan berarti harus lihat bule. Kalian sih yang tergila-gila dengan cowok bule." kata gadis dengan rambut hitam yang dibiarkan tergerai. Gadis itu menggunakan celana panjang hitam dan kaos ketat berwarna pink. Ia berdiri membelakangi Erland.
"Tapi kan cowok-cowok bule tampan. Mereka juga romantis. Mereka menyukai seorang gadis itu bukan karena kecantikannya melainkan kalau mereka sudah merasa nyaman, mereka akan merasa akan menikahi mereka." kata seorang temannya yang berambut pendek.
"Cowok Indonesia kan banyak yang ganteng." kata gadis berambut panjang itu.
"Cowok Indonesia sukanya cewek yang putih mulus seperti artis Korea." ujar temannya yang lain.
"Tidak juga. Cowok bule itu play boy, sukanya langsung ke kasur saat pacaran, setelah bosan kita ditinggalkan. Kebanyakan juga cowok bule yang datang ke Bali bukan orang kaya. Mereka malahan menjadi pria parasit yang menempel pada gadis-gadis lokal. Pokoknya i don't like bule. Sekalipun di dunia ini yang tertinggal hanyalah cowok bule, aku memilih untuk menjadi perawan suci."
Teman-temannya bersorak mendengar perkataan gadis itu. Dia pun dengan sombongnya menepuk dadanya sendiri. Erland tersenyum sinis mendengar perkataan gadis itu.
Sungguh merendahkan cowok bule. Tidak semua yang kamu katakan itu benar, batin Erland dengan gemas. Ia memandang cewek itu dengan seksama. Tinggi cewek itu mungkin tak sampai 160 cm. Kulitnya kuning langsat. Rambutnya hitam lebat dan sedikit bergelombang. Tak ada yang istimewa. Bahkan boleh dikata bukan tipe Erland. Erland suka gadis yang tinggi semampai, seperti para model cewek di negaranya. Maklumlah, tinggi badan cowok itu 182 cm. Gadis yang sempurna di mata Erland adalah Amezza.
Cowok itu menggelengkan kepalanya. Ia sudah merelakan Amezza menikah dengan orang lain. Seharusnya dia tak mengingat Amezza lagi. Sebagaimana ia bisa melupakan Kimberly, maka ia yakin bahwa Amezza pun bisa hilang dari hatinya.
Erland melangkah meninggalkan sekumpulan kaum muda yang salah satunya anti cowok bule. Ia berjalan menyusuri pantai di belakang hotelnya sampai kakinya merasa lelah dan akhirnya ia kembali ke kamar untuk tidur.
***********
Anatari Gayatri berlari memasuki lobby hotel. Ia hampir saja terlambat karena semalam hang out dengan teman-temannya karena salah satu diantara mereka ada yang ulang tahun. Walaupun gadis itu sama sekali tak minum alkohol, namun karena mereka pulangnya hampir jam 3 pagi, makanya Anatari merasa sangat mengantuk dan hampir saja terlambat datang ke hotel.
Selama 3 bulan, Anatari akan magang di hotel ini untuk menyelesaikan studinya di jurusan perhotelan dan pariwisata.
"Selamat pagi!" sapa Anatari pada ibu winda, manager hotel yang sudah menunggunya di dekat meja lobby. Pagi ini Anatari memang akan bertugas di meja resepsionis.
"Kamu terlambat 2 menit, Anatari."
Anatari menatap arlojinya. "Bu, di aku belum juga jam 7."
"Kalau mau magang di sini, harus sesuai dengan Jam yang ada di sini. Kamu tahu kan kalau ini adalah hotel ternama? Banyak orang penting yang menginap di sini. Ayo sana!" Ibu Winda menatap Anatari dengan mata melotot membuat gadis itu sedikit ciut.
3 karyawan yang bekerja di meja resepsionis menahan tawa. Mereka sudah kebal dengan mulut tajam manager hotel ini.
"Sabar, Ana. Kami semua sudah maklum dengan sikap ibu Winda. Namun beliau baik, kok. Mungkin karena sudah tua dan belum menikah, makanya dia jadi judes begitu." bisik Satria.
"Ibu Winda belum menikah? Pada hal dia cantik, body seksi."
"Katanya ibu Winda sudah trauma dengan cowok Indonesia. Selalu mengumbar janji namun pada akhirnya dia ditinggalkan. Makanya beliau mau cari bule saja."
Anatari memutar matanya. "Apa enaknya sih cowok bule?"
"Hei, kalian bekerja. Jangan menggosipkan aku!" teriak Winda membuat Anatari langsung memeriksa komputer di depannya.
Erland yang baru keluar dari lift menatap sekeliling. Matanya yang yang selalu dalam kondisi awas menatap sosok perempuan yang menggunakan seragam putih hitam sedang melayani beberapa tamu yang baru datang. Erland langsung ingat dengan kejadian semalam.
"Oh, dia magang di sini?" Erland berbicara pada dirinya sendiri. Lelaki itu mengambil jalan berputar karena tak mau terlalu menarik perhatian para karyawan yang ada. Entah mengapa Erland ingin memperhatikan cara gadis itu bekerja.
Kalau tamu yang datang adalah orang Indonesia atau tamu Asia, ia akan bersikap sangat manis. Namun jika tamu yang datang adalah para bule, gadis itu terlihat biasa saja. Bahkan Erland menilai kalau gadis itu tersenyum biasa saja bahkan kesannya agak terpaksa.
"Tuan, apakah anda ingin sarapan?" tanya Winda. Ia sudah mengenal Erland sebagai anak pemilik hotel. Menag Erland sendiri tak mau terlalu dikenal. Makanya hanya orang-orang tertentu saja yang mengenal Erland.
"Aku sudah minum kopi tadi di kamar. Mungkin nanti sekitar jam 10 baru sarapan." ujar Erland. Winda pun langsung menjauh.
Erland kemudian menuju ke kantor hotel. Ia memanggil kepala bagian kepegawaian untuk datang ke ruangannya.
"Ada yang bisa aku bantu, tuan?" tanya pak Wayan.
Erland menatap Wayan. "Ada berapa jumlah anak magang di hotel kita?
"Ada 6 orang tuan. Namun mereka saya bagi di beberapa tempat."
"Boleh saya minta data mereka?"
Pak Wayan membuka tablet nya lalu mengirimkan data para mahasiswa magang. "Saya sudah kirimkan ke komputer bapak."
Erland mengangguk. Pak Wayan pun segera keluar. Erland membuka laptopnya dan melihat file yang dikirimkan kepadanya. Lelaki itu tersenyum melihat foto gadis itu dengan nama Anatari Gayatri. Gadis berusia 20 tahun. Ia berkuliah di salah satu universitas di Bali.
"Kamu akan lihat nona Anatari, aku akan membuatmu jatuh cinta pada bule dan dia akan meninggalkanmu. Kayaknya bagus juga ini dijadikan film dengan judul i hate bule. Atau i don't like cowok bule." Erland bergumam sendiri sambil tertawa. Ia kemudian menghubungi salah satu asistennya. Dia adalah Petra. Cowok blesteran Inggris-Perancis yang terkenal sangat pintar merayu para wanita.
"Ada apa, Er?" tanya Petra.
Erland membalikan layar laptopnya agar menghadap ke arah Petra.
"Siapa gadis ini?"
"Mahasiswa magang di hotel ini. Tugasmu adalah merayu dan membuatnya jatuh cinta padamu."
"Erland, aku sudah punya pacar."
"Pacarmu kan di Perancis. Dia tak akan tahu. Aku ingin memberikan pengajaran pada gadis ini. Dia katanya tak suka cowok bule. Dia tak sadar kalau sedang bekerja di hotel milik orang bule."
Petra tertawa. "Sejak kapan kamu mau melakukan hal-hal seperti ini?"
"Aku kehabisan ide untuk membuat film baru."
"Kita tinggalkan Indonesia. Kembali ke London. Pasti di sana kamu akan menemukan banyak ide untuk film barumu."
Erland menggeleng. "Lakukan saja perintahku. Gajimu akan ku bayar double."
Petra langsung tersenyum sambil menjabat tangan Erland. "Ok. Deal." ujarnya lalu segera keluar dari ruangan Erland.
Petra mendekati meja resepsionis. Ia melihat gadis berambut hitam itu.
"Hello beautiful, can you help me?" tanya Petra sambil memasang wajah manis dan tatapan yang menggoda.
"What can i do for you, sir?" tanya Anatari. Senyumnya biasa.
"What your name?"
"Anatari."
"Waw....! Your name is beautiful. Just like the person."
Anatari nampak memutar bola matanya. Ia menunjukan bahwa dirinya tak melayang dengan pujian lelaki di depannya. "Ada yang bisa aku bantu, tuan?"
Petra tersenyum. "Sebenarnya tidak ada. Aku hanya ingin tahu namamu. Aku perhatikan kamu dari jauh dan kamu sangat menarik untukku." Petra mengedipkan matanya sebelah. Ia kemudian segera pergi.
"Menjijikan." ujar Anatari. Satria yang ada di sampingnya menatap gadis itu dengan dahi berkerut.
"Astaga, kamu bilang menjijikan pada hal itu merupakan hal yang sangat romantis. Kamu tahu tamu itu menginap di mana? Dia menginap di salah satu kamar terbaik di hotel ini."
"Penampilannya itu sok cakep. Pada hal wajahnya biasa saja. Standarnya orang barat."
Satria menggelengkan kepalanya. "Standar katamu? Matamu sudah rabun."
"I don't like bule. Apalagi cowok bule. Tak akan pernah menyentuh hatiku." kata Anatari dengan tegas.
Tak ada yang tahu, kalau percakapan mereka di meja resepsionis itu dilihat dan didengar oleh Erland. Memang tak ada yang tahu ada 2 titik CCTV yang mendengarkan percakapan
"Film di mulai....!" kata Erland sambil tertawa.
************
Erland kayak Daddy Ezekiel ya? Tak suka jika ada yang mengatakan : i hate you bule 😂😂
Hai guys, ini akan benar-benar menjadi novel terakhir emak. Soalnya ada yang DM minta dibuatkan cerita tentang Erland Krn kasihan Erland patah hati. Sekalian juga bernostalgia dengan novel pertama emak. Semoga suka ya....
Anatari blum pengalaman jd meski di arahkan dl sama si sutradara nya yaitu Erland 😀🤣😍🫢🤭
Erland ngeselin sekali buat Anatari..
apakah mereka akan malam pertama yg sdh sll tertunda itu hehehehehe..
lanjut thor 🙏
lanjut thor 🙏
Anatari bnyk akal tp Erland kyknya tdk kurang akal utk mengerjai nata 😄😁🫢🤭