Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Ancaman.
Wiu-wiu-wiu-wiu wiu-wiu-wiu-wiu-wiu-wiu.
Suara Ambulance yang memasuki pekarangan rumah sakit, beberapa suster langsung lari dengan mendorong berankar pasien. Ketika mobil Ambulance itu berhenti perawat yang keluar dari mobil tersebut langsung buru-buru memindahkan pasien tersebut ke atas tempat tidur pasien.
Salah satu perawat langsung memasangkan alat infus kepada pria yang tidak sadarkan diri itu dan satu pasien juga melakukan pertolongan pertama dengan memompa dadanya.
Pasien berusia 70 tahunan itu dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami serangan jantung secara mendadak.
"Bagaimana dengan pasien!" tiba-tiba Dokter cantik memakai hijab terlihat panik menghampiri pasien yang masih didorong tersebut.
"Kondisinya memburuk Dokter Tavisha," jawab Suster.
"Kamu pasang alat pernapasannya!" titah Tavisha yang juga memberikan pertolongan pertama pada pasien tersebut.
Mereka tidak mendorong tempat tidur itu untuk sementara karena harus memasang alat pernapasan dan Dokter yang menyuntikkan sesuatu.
"Mana Dokter di rumah sakit ini!" ditengah ketegangan menyelamatkan nyawa pasien tersebut yang tiba-tiba saja terdengar suara ribut-ribut dan bahkan suara bentakan.
Terlihat berapa orang pria yang membawa senjata dengan mendorong kursi roda yang terlihat seorang pria yang terluka parah di bagian kepala dan dada.
"Aaaaaa!" penghuni rumah sakit berteriak saat pistol itu ditodongkan kepada mereka, dengan ketakutan yang mencoba untuk mencari tempat persembunyian.
"Siapa mereka?" tanya Suster yang juga terlihat takut melihat kejadian itu sekitar beberapa meter dari tempat mereka.
"Perhatikan pekerjaan kamu!" titah Tavisha yang memang sejak tadi fokus dan tidak menoleh ke arah kejadian tersebut yang mana orang-orang tersebut membuat onar di rumah sakit.
Dorrrr
"Aaaaaa!" semua orang berteriak dan begitu juga dengan Tavisha kaget mendengar suara tembakan itu yang ternyata salah satu Suster ingin menghubungi pihak keamanan tetapi baru saja tangannya ingin mengambil telepon yang tiba-tiba saja sudah ditembakkan pada telepon tersebut.
"Jangan ada yang berani macam-macam di sini. Kerahkan semua Dokter di rumah sakit ini!" tegas pria itu memberi ancaman yang membuat suasana semakin tegang.
Mata pria itu tiba melihat ke arah pasien yang sedang di tangani Tavisha yang membuatnya langsung menghampiri.
"Kau Dokter!" Tavisha membalikkan tubuh salah satu dari orang-orang yang membuat kekacauan itu sudah berdiri di depannya.
Pria tampan sekitar berusia 30 tahunan yang menodongkan pistol kepada Tavisha, wajah pria itu memerah yang penuh dengan amarah, sangat menyeramkan seolah ingin menerkam semua orang yang ada di rumah sakit itu, dengan tatapan mata yang begitu sangat dingin.
"Jawab!" bentaknya membuat Tavisha kaget.
"Pelankan suara Anda. Apa Anda tidak melihat saya memakai jubah putih saya juga sedang menangani pasien," jawab Tavisha dengan sangat lembut.
"Tinggalkan dan urus ini!" tegas pria itu dengan mengarahkan kepalanya pada pasien yang semakin parah yang sudah berada di belakangnya. Mata Tavisha juga melihat hal itu.
"Kau tidak bergerak juga?" tanya pria itu.
"Maaf saya harus menangani pasien ini," sahut Tavisha memang harus menolong pertama pasien yang juga membutuhkan pertolongan.
"Anda bisa melakukan pendaftaran dan Suster akan membawa pasien ke ruangan Icu lalu akan segera ditangani Dokter," ucap Tavisha dengan tegas yang kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Apa peluru ini harus sampai ke dadanya agar kau berhenti!" Tavisha kembali menghentikan pekerjaannya saat mendengarkan ancaman itu dan sementara suster yang berada di sekelilingnya sudah semakin takut melihat orang-orang tersebut.
Tavisha kembali menoleh ke arah belakang pria tersebut dan sekarang pistol itu sudah pada dahinya.
"Kau tangani secepatnya atau aku juga mengirimmu ke neraka sekalian!" titah pria itu.
"Dokter kami akan membawa pasien keruang UGD dan akan ditangani Dokter lain," ucap Suster memberi saran yang sejak tadi sudah sangat gemetar.
"Baiklah!" sahut Tavisha yang akhirnya setuju.
Beberapa Suster langsung mendorong pasien yang mengalami serangan jantung itu dan sebagian lagi langsung mengambil alih untuk mengurus pasien yang terluka parah di atas kursi roda itu.
Tavisha tidak punya pilihan lain yang akhirnya menuruti permintaan pria yang penuh dengan amarah itu.
"Untuk kalian semua yang ada di sini berani macam-macam kalian akan menjadi mayat di rumah sakit ini!" ucap pria memberikan ancaman yang pasti tidak ada yang berani melakukan hal itu karena juga takut menjadi sasaran.
Akhirnya pasien yang terluka parah itu dibawa ke ruang UGD. Tavisha menjalankan tugasnya sebagai Dokter secara profesional yang memang harus menangani pasien.
"Maaf silahkan menunggu di luar!" Suster mencoba menghalangi pria tersebut saat ingin masuk.
"Siapa kau berani membuat peraturan," jawabnya dengan suara berat.
Tavisha mendengar pembicaraan itu yang membuatnya meninggalkan pasien sebentar dan langsung menghampiri pintu ruang UGD yang terlihat ada beberapa pria yang bagian dari mereka ingin masuk ke dalam ruangan itu.
"Maaf tolong ikuti peraturan yang ada di rumah sakit ini," ucap Tavisha memberikan pernyataan.
"Aku tidak menyuruhmu untuk berbicara kau hanya bertugas untuk menyelamatkan dia!" tegas pria itu.
"Tapi tidak boleh ada yang masuk dan apalagi seramai ini," ucap Tavisha yang sangat berharap pria itu mendengarkannya.
"Aku harus tahu apakah kau benar-benar menangani pasien dengan baik apa tidak. Aku tidak bisa mempercayai siapapun!" tegas pria itu.
"Masuk dan kembali tangani pasien!" pria itu lagi-lagi memberikan ancaman dengan menodongkan senjata.
"Hanya 1 orang saja. Aku tidak akan bisa konsentrasi jika dilihat banyak orang seperti ini," ucap Tavisha memberikan syarat.
Pria itu tidak mengatakan apapun dan Tavisha kembali memasuki ruang UGD dan pria itu juga mengikuti yang ternyata pria itu mau mendengarkan hanya dia yang masuk ke dalam ruang UGD tersebut dan sementara yang lain menunggu.
Suster yang ikut menemani Tavisha sudah takut yang pasti kali ini baru terjadi seumur hidupnya bagaimana dia menangani pasien dan mendapatkan ancaman dari beberapa orang secara bersamaan.
"Pasang semua alat medisnya!" titah Tavisha berikan perintah kepada suster yang mana mereka semua berusaha untuk profesional dan menghilangkan rasa ketakutan saat ditonton.
Pria tersebut terus saja melihat bagaimana pria yang sepertinya sebaya dengannya itu ditangani.
"Apa yang kau berikan!" tiba-tiba saja Tavisha mengerutkan dahi saat pria itu bertanya kepadanya di mana dirinya hendak menyuntikkan bagian lengan pasien tersebut.
"Aku mengatakannya juga tidak ada gunanya, ini cairan berupa obat, jangan khawatir aku tidak akan membunuh pasien," jawab Tavisha.
"Awas saja jika keadaannya semakin parah kau akan berurusan denganku!" tegas pria itu memberikan ancaman yang menohok
Tavisha menghela nafas yang kembali melanjutkan pekerjaannya. Tavisha berusaha profesional yang mulai membuka pakaian pria tersebut karena juga terdapat luka tembakan di bagian dadanya.
Kondisi pasien yang benar-benar darurat membuat Tavisha harus mengoperasi pasien tersebut. Pria itu tetap saja menjadi penonton yang sedikit-sedikit sangat khawatir jika pasien tersebut sampai kenapa-napa dan dia selalu memperhatikan apapun yang dilakukan Dokter bersama suster.
Dari membedah bagian yang terdapat peluru dan sampai akhirnya berhasil mengeluarkan peluru tersebut. Kondisi pasien juga semakin parah yang mungkin terlalu lama tidak ditangani yang akhirnya pasien mengalami kekurangan darah yang cukup banyak.
"Dokter denyut jantungnya lemah!" ucap Suster mengingat.
"Apa yang sudah kalian lakukan?" tanya pria itu menekan suaranya yang malah menyalahkan Dokter dan Suster tersebut di saat temannya semakin kritis
Bersambung.....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini