NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:622
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1. Tentang Nara

Bab 1. Tentang Nara

   “Ini yang terbaik untuk mu Nara.” Ucap seorang pria dewasa dengan nada tegas. 

   “Tapi umurku terlalu jauh dengan laki-laki pilihan Ayah, 15 tahun! .” Jelas wanita yang berparas cantik di hadapannya, dengan nada sedikit meninggi. 

   “Kamu lihat, anak mu semakin hari semakin besar. Siapa yang akan menafkahi kalian?” Tunjuknya ke arah anak laki-laki yang ada di pangkuan Nara.

   Seketika Nara terdiam, isi kepalanya langsung ramai berlalang buana kesana kemari.

   Bagaimana Ibunya yang dulu berjuang untuk Nara dan Adiknya, yang bernama Ananta. Bagaimana usaha Ibunya membahagiakan anak-anaknya hingga ajal menjemputnya.

   Dulu Ayahnya sangat egois menurut Nara, Ayahnya memang bekerja tapi hasilnya tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan mereka.

   Hingga suatu saat pertengkaran hebat terjadi di antara orang tua Nara, ntah masalah apa yang memulainya pertengkaran tapi Nara mengetahui isi di dalamnya pasti soal perekonomian.

   Nara sudah cukup mampu menelaah pertengkaran orang tuanya, dia sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Bagaimmana keluarnya teriakan dan lemparan benda pecah nyaring di pendengaran Nara.

   Ibu Nara memilih merantau keluar negeri demi mencukupi kebutuhan mereka semua, yang mana suaminya pun sudah tak mau menau urusan rumah tangganya sendiri.

   Sekitar 5 tahun merantau dan memilih pulang, akhirnya Ibu Nara mengalami penyakit berat yang lumayan sulit disembuhkan dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya disaat Nara masih berumur 20 tahun. 

   Dalam perjuangan melawan sakitnyapun Ayah Nara tidak peduli, hingga Ibu Nara memilih tinggal dirumah orang tuanya sendiri yang jaraknya lumayan jauh dari rumah suaminya.

  “Aku tak akan mampu terus menafkahi kalian, bagaimana dengan ibu sambung dan adik tirimu yang sudah banyak mengalah disini!” Lanjut Ayah Nara dengan intonasi yang cukup tinggi. 

   Nara tersentak dari berisiknya isi kepalanya, bulir air mulai mengalir pelan keluar dari pelupuk matanya yang indah.

   Hingga akhirnya… 

   “Baiklah jika itu mau Ayah, dan aku berterima kasih atas semua usaha Ayah untuk ku dan anak ku.” ucap Nara bergetar, hingga air matanya mulai deras menetes.

   “Maaf jika hidup ku dan Airel terlalu menyusahkan selama ini, mungkin sering mengganggu kenyamanan istri dan anak Ayah.” Lanjutnya dengan suara yang semakin lirih. 

   Nara beranjak dari tempat duduknya, menggendong Airel didekapannya. Sebisa mungkin Nara menghapus air matanya dan berusaha menahan agar tak menangis dihadapan buah hatinya.

*

*

*

   Ia memandangi wajah kecil yang kini tengah tenang dan menyelami alam mimpinya itu. Airel Narayan, yang biasa Nara panggil Airel, anaknya yang pertama dengan mantan suaminya dulu. 

   Itu juga hasil perjodohan dari Ayahnya, saat Nara berumur 22 tahun ia dijodohkan dengan anak teman Ayahnya.

   Pernikahan yang baru berumur 2 tahun harus kandas, Nara sudah tidak mampu menahan kerasnya sifat suaminya. Karna perselisihan paham dan kdrt yang Nara alami, akhirnya Nara memilih bercerai. 

   Saat itu Airel masih berumur 3 bulan, Nara memilih pulang kembali ke rumah Ayahnya untuk meminta perlindungan.

   Nara heran kenapa Ayahnya suka sekali menjodohkan Nara. Kali ini terulang kembali, padahal Nara berpisah dengan suaminya masih baru berjalan 8 bulan dan kini dijodohkan dengan pria yang hampir setara umurnya dengan Ayahnya. 

   Ingin sekali rasanya Nara menolak dan melawan keinginan Ayahnya, tapi mau bagaimanapun usahanya pasti akan gagal. Sepertinya sifat keras yang Ayah Nara miliki sudah mendarah daging dalam dirinya. 

*

*

*

   “Halo.. Bagaimana kabarmu dan istrimu Nata?” Ucap Nara berbicara dengan ponsel yang kini tengah ia genggam.

   “Semua baik kak, hanya mulut tetangga yang kurang baik.” Sautan dari sebrang telefon yang Nara pegang. 

   “Kakak gimana kabarnya? Dan kemana ponakanku yang ganteng seperti Omnya itu?” Lanjutnya.

   “Airel sedang tidur. Aku ingin memberimu kabar Nat.” Ucap Nara dengan nafas berat. 

   “Ada apa kak? Terdengar dari suaramu sepertinya kabarnya kurang enak ditelinga ya.”

   “Ayah akan menjodohkan kakak lagi Nat.” Nara menghela nafas panjang. 

   “Apa..” Dari suaranya saja pasti Nata terkejut dengan berita yang Kakaknya sampaikan.

   “Baru juga 8 bulan Kak. Laki-laki mana yang dipilih Ayah kali ini!” Ini bukan pertanyaannya melainkan kalimat penuh keheranan yang Nata sampaikan. 

   “Nanti pasti Ayah akan memberimu kabar juga, tapi gapapa Kakak terima kok perjodohan ini.” Jelas Nara. 

   “Wih, pasti pilihan kali ini mapan, tampan dan baik ya Kak. Buktinya Kakak juga setuju.”

   Panggilan dalam telepon itu terputus, Nara menghela nafas berat dalam dirinya. Ingin rasanya menolak tapi mungkin takdir tengah tak memihak kepadanya. 

   Angan-angan Nara terus berputar, dimana saat hari kepergian Ibunya yang masih baru 2 bulan, Ayahnya sudah membawa istri baru dan anak tirinya ke rumah.

   Bagaimana sakitnya Nara menerima kenyataan pahit itu. Bukan Nara tak menerima, hanya saja liang lahat milik Ibunya saja masih basah, luka yang menggores dihatinya juga masih baru, tapi Ayahnya seperti menyiram luka itu kembali dengan air garam.

   Tak selesai dari itu hanya selisih beberapa bulan, Ayahnya menjodohkan Nara dengan anak dari teman baiknya, yang menjadi Ayah dari Airel itu. 

   Menurut pendapat Ayah Nara, dia laki-laki yang baik, tegas dan mapan. Tapi kenyataannya Nara menerima ketegasan itu dari pukulan, bentakan dan mungkin yang dibilang mapan adalah harta dari orang tuanya yang terus mantan suami Nara hamburkan. 

   Nara sudah mencoba ingin memperbaiki hubungannya dulu, tapi mungkin memang bukan jodoh. Nara terus menerus mengalah, tapi suaminya semakin semau dan seinginnya saja.

   Kata-kata kasar yang terlontar, serta hinaan karna Nara berasal dari keluarga yang kurang berada dan kurang harmonis, dan finalnya setelah terus-terusan diusir Nara memilih berhenti berjuang dan pulang kembali ke rumah orang tuanya. 

   Belum lepas dari rasa trauma akan rumah tangganya, kini Nara harus merasa asing dan merasakan ketidak adilan dari perilaku Ibu sambungnya.

   Sekuat mungkin Nara bertahan, setidaknya sampai anaknya tumbuh sedikit besar, Nara ingin mencari kerjaan sendiri untuk mencukupi kebutuhannya dan anaknya.

   Memilih keluar dari rumah yang dulu membuatnya nyaman saat ada Ibu didalamnya. Belum juga terealisasikan niat Nara, Ayahnya kembali melukai hati Nara, perjodohan yang kedua kali. 

   Bukan Nara tak ingin patuh, tapi rasanya Nara masih memiliki trauma untuk memulai lagi berumah tangga.

   Tangis terus mengiringi hidup Nara, “kenapa harus aku, apakah bahuku sekuat itu.” ucapnya sangat lirih.

*

*

*

   “Nara ada tamu untuk mu, cepat keluar dan berpakaian sedikit rapi.” Itu suara Ibu tiri Nara yang berasal dari luar kamarnya.

   Jantung Nara kembali berdetak cepat, apakah ini pilihan Ayah Nara yang akan dijodohkan dengannya.

   Segera Nara turun dan bersiap, Nara tak ingin jika sampai Ayahnya yang turun tangan menyeretnya keluar dari kamar ini kedepan.

   “Semoga semuanya baik.” Ucap Nara dalam hati menenangkan langkah dirinya.

*

*

*

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!