Di Campakkan Keluarga Di Nikahi Peria Kaya

Seminggu kemudian Caisar terlihat sangat tampan dengan pakaian pengantinnya, di hotel yang megah yang sudah di dekorasi sebagus mungkin para undangan sudah berkumpul.

Kalingga dengan pakaian jas nya terlihat sangat tampan, calina di temani Renata sebagai pelayan pengantar minuman.

"Re itu mas Kalingga bukan." tanya calina berbisik.

"Seperti nya itu lelaki yang setiap hari nganter kamu ca, "tapi kok bisa ada di sini terus pakaian nya juga beda dengan biasa dia pake."

"Mungkin sebagai tamu undangan saja re." ucap calina.

"Coba kamu deketin ca mas mu bukan."

"Enggak ah re aku malu, "di sini aku sebagai pelayan saja." ucap calina.

"Ya kamu coba tawarin minum ca." ucap Renata.

"Ya sudah aku ke sana dulu deh." calina melangkah meninggalkan Renata.

Calina mendekati Kalingga yang lagi berbicara dengan salah satu tamu undangan.

"Mas minum nya." ucap calina menawari Kalingga minum.

"Calina kamu di sini juga." tanya Kalingga.

"Eh iya mas aku di perintahkan jadi pelayan di sini." ucap calina.

"Mas di sini jadi tamu undangan ya." tanya calina.

"Mmmm iya ca aku sebagai tamu undangan." ucap Kalingga.

"Oh ya sudah mas, aku mau memberikan minuman ini untuk semua tamu."

Calina hendak melangkah tapi Kalingga menghentikan nya. "tunggu ca." ucap Kalingga.

"Ada apa mas." tanya calina.

"Aku belum ambil minuman yang kamu bawa." ucap Kalingga sambil meraih gelas yang ada di nampan yang di bawa calina.

Terimakasih ca." ucap Kalingga.

"Sama-sama mas lingga. Jawab calina.

Di tengah megahnya pesta pernikahan Caisar, tidak terlihat Sherina beserta kedua orang tuanya mendatangi pesta.

"Pah kok keluarga Sherina belum datang." tanya Bu Retno.

"Papah juga kurang tau mah." jawab pak Wilson.

"Coba mamah tanya Caisar mah."

"Iya pah mamah tanya Caisar dulu." ibu Retno menghampiri anak nya yang lagi ngobrol sama rekan kerjanya.

"Isar." panggil Bu Retno.

"Tunggu sebentar pak, saya mau menemui mamah saya dulu." ucap Caisar.

"Iya pak Caisar silahkan."

Caisar melangkah mendekati ibu Retno. "Ada apa mah." tanya Caisar.

"Sherina kemana kok belum datang." ucap ibu Retno.

"Apa mah belum datang, ini sudah melewati waktu yang di tentukan, "kemana Sherin mah."

"Kalau mamah tau enggak akan mamah nanya kamu isar."

"Ya sudah mah, "isar coba hubungi Sherina dulu mah." ucap Caisar.

Lelaki yang mengenakan jas berwarna hitam itu menghubungi Sherina, tapi nomor Sherina susah di hubungi begitupun dengan kedua orang tua Sherina semua nya tidak bisa di hubungi.

"Bagai mana nak." tanya ibu Retno.

Caisar menggeleng kan kepalanya. "semua nomor yang Caisar hubungi tidak aktif mah." jawab Caisar.

"Coba kamu perintahkan asisten kamu untuk mendatangi rumahnya." ucap ibu Retno.

"Iya mah Caisar mau perintahkan Erick untuk mendatangi kediaman pak Pramono."

Tidak butuh waktu lama Caisar mengirimi pesan ke ponsel Erick, setelah membaca pesan atasannya Erick langsung pergi meninggalkan hotel.

......................

Di kediaman pak Pramono suasana semakin panas, Pramono di buat kesal oleh anak perempuan nya, di acara pernikahan nya Sherina lebih memilih meninggalkan rumah kedua orang tuanya.

"Pah, Sherina enggak ada di kamarnya." ucap Celine.

"Mah jangan bercanda, ini acara pernikahan nya masa Sherin pergi tanpa memberitahu kita."

"Mamah menemukan surat ini di meja rias nya pah."

Pak Pramono merebut surat dari tangan istrinya dengan kasar, isi dalam surat tertulis.

"Mah pah tolong maafkan Sherin, aku enggak bisa menikah sama Caisar, "di dalam rahim ku tertanam benih lelaki lain, "aku enggak mau membuat Caisar semakin membenci aku, "pah mah maafkan Sherin sekali lagi Sherin pergi tanpa memberitahu papah sama mamah."

Pak Pramono terkejut dengan isi surat yang Sherina tulis, rasa malu dan kecewa membuat Pramono lebih memilih diam ponsel yang sengaja di matikan.

Pramono menjatuhkan bokong nya di atas sofa, pak Pramono ingin meluapkan kekesalan nya tapi pak Pramono tidak bisa melakukan itu.

"Pah terus bagai mana ini." tanya Celine cemas.

"Papah tidak tau mah, "papah tidak tau harus berbuat apa, "seandainya papah pergi ke sana, mau di taruh di mana muka papah."

"Di sana pasti para undangan sudah memenuhi Ballroom hotel mah." ucap pak Pramono sedih.

Tidak lama suara ketukan pintu terdengar tok_tok_tok Bi Yati berjalan membukakan pintu rumah seorang lelaki muda dan tampan berdiri di balik pintu rumah Pramono.

"Selamat siang pak mau bertemu sama siapa." tanya bi Yati.

"Siang bi, pak Pramono nya ada." tanya Erick.

"Ada pak tunggu saya panggilkan dulu." bi Yati melangkah kedalam rumah, pak Pramono sudah tau yang datang pasti utusan keluarga Giotama.

"Pak maaf ada tamu." ucap bi Yati.

"Iya bi saya sudah tau." ucap Pramono sambil berjalan melewati bi Yati.

"Selamat siang pak Pramono." ucap Erick.

"Siang juga silahkan duduk pak." jawab Pramono.

Erick duduk di kursi yang berada di teras rumah.

"Maaf pak Pramono saya di utus datang kesini, "untuk menanyakan tentang putri bapak, "kenapa sampai saat ini belum sampai di hotel yang sudah kami persiapkan." tanya Erick.

"Maaf seribu kali maaf, saya tidak bisa menghadiri pernikahan itu, "anak saya pergi tanpa sepengetahuan saya, ini surat yang anak saya tulis."

"Baik pak kalau begitu, saya pinjam suratnya saya permisi." tanpa banyak berbasa-basi Erick meraih surat yang Pramono ulurkan, setelah membaca nya Erick pergi meninggalkan rumah Pramono.

Pramono kembali masuk kedalam rumah mewahnya, lelaki parubaya itu duduk di atas sofa.

"Pah, papah kenapa." tanya Celine.

"Papah malu mah, "semua orang pasti akan membenci kita mah." ucap Pramono sedih.

"Terus kita harus ngapain pah."

"Untuk saat ini papah enggak tau mah."

Kedua pasangan yang tidak muda lagi itu duduk bersandar di atas sofa merenungi apa yang sudah terjadi, pak Pramono terdiam melihat langit-langit ruang keluarga.

Mimpi apa Pramono bisa melalui kejadian yang memalukan seperti ini.

Bayangan menjadi anggota keluarga orang ternama nomor satu di salah satu kota, tapi semua nya hancur karna ulah Sherina memilih lelaki lain yang belum tau seperti apa wujudnya.

Entah dari kalangan orang berada atau malah sebaliknya, pak Pramono tidak mengetahui nya.