Dunia dimana yang kuat berkuasa dan yang lemah di tindas, tempat dimana banyak harta karun tersembunyi dan hewan moster berkeliaran. Seni bela diri adalah kehidupan dan kehidupan adalah seni bela diri itu lah kehidupan para kultivator
Zhou Yun yang merupakan keturunan dari Klan Zhou yang agung, serta mempunyai bakat yang luar biasa ingin menyatukan seluruh upper realm dibawah namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengangguran Sukses, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gerbang Iblis
Di Depan Gerbang Iblis
Ketiga kelompok murid berdiri dalam lingkaran, menatap retakan merah yang bergetar di permukaan Gerbang Iblis. Aura gelap perlahan merembes keluar, membuat udara di sekitar terasa berat.
Tetua pendamping dari masing-masing sekte memberi instruksi singkat, lalu mundur ke kejauhan untuk mengawasi dari balik formasi. Misi ini adalah ujian bagi para murid, bukan tugas yang dikerjakan oleh para tetua.
Di antara rombongan Sekte Blue Thunder, seorang pria muda melangkah maju. Tingginya menjulang, rambut peraknya memancarkan cahaya samar biru, dan di tubuhnya berloncatan kilatan petir. Dialah De Lubin, pemimpin misi Blue Thunder kali ini.
Ia menyapu pandangannya ke seluruh kelompok, lalu berhenti pada Zhou Yun. Senyuman tipis muncul di bibirnya—namun bukan senyum ramah.
“Jadi ini orangnya… Zhou Yun, murid inti tertinggi baru dari Sekte Pedang Surgawi,” katanya dengan suara tajam.
“Temanku, Chu Bian, pernah bercerita panjang lebar tentangmu. Katanya kau mempermalukannya di depan banyak orang. Menarik sekali.”
Zhou Shen langsung menegang, tangannya mengepal.
“Chu Bian? Jadi kau salah satu kawannya? Tidak heran auramu terasa sama menjengkelkannya!”
De Lubin tertawa pendek, suaranya seperti dentuman petir.
“Hmph, benar. Chu Bian memang kalah, tapi itu hanya karena kelalaiannya. Jangan berpikir kemenangan sekali berarti kau lebih tinggi dari kami semua.”
Lan Xue yang berdiri di sisi Zhou Yun menatap De Lubin dengan dingin.
“De Lubin, misi ini bukan ajang persaingan pribadi. Kalau kau terlalu sibuk mencari masalah, iblis di balik gerbang itu akan memanfaatkan celah di hati kita.”
De Lubin melirik Lan Xue, sejenak matanya terhenti karena kecantikan sang Dewi Es, tapi segera ia mendengus.
“Hmph, aku tidak mencari masalah. Aku hanya tidak suka melihat orang yang dipuja-puja padahal belum terbukti pantas.”
Zhou Yun akhirnya angkat bicara. Suaranya tenang, tapi penuh ketegasan.
“Kalau kau ingin mengujiku, lakukan setelah misi selesai. Di sini kita punya musuh yang sama—dan mereka jauh lebih berbahaya daripada perselisihan kecilmu denganku.”
Kata-kata itu membuat murid-murid lain terdiam sesaat. Bahkan sebagian murid Sekte White Tiger menatap Zhou Yun dengan rasa hormat.
Wanita tinggi berambut putih dari White Tiger, yang memperkenalkan diri sebagai Mu Qingya, akhirnya berbicara.
“Cukup. Kalau kalian ingin membuktikan siapa yang terkuat, lakukan setelah segel ini aman. Sekarang, kita perlu bekerja sama. Retakan itu semakin melebar.”
Retakan merah di gerbang bergetar keras, seolah menegaskan ucapannya. Dari celah kecil, asap hitam mulai merembes keluar.
De Lubin mengklik lidahnya, lalu berpaling.
“Baik. Tapi ingat, Zhou Yun—aku akan menunggu saat yang tepat untuk melihat apakah naga muda ini benar-benar bisa terbang.”
Zhou Yun menatap balik dengan sorot mata yang tajam tapi tetap tenang.
“Kalau begitu, bersiaplah. Sebab naga sejati tidak pernah takut badai.”
Udara di sekitar mereka bergetar, seakan menyadari ketegangan antar sekte, sementara dari balik Gerbang Iblis, raungan mengerikan mulai terdengar lebih jelas.
Udara bergemuruh, cahaya merah dari retakan di Gerbang Iblis berdenyut semakin cepat. Aura jahat menyebar, membuat formasi pelindung yang dipasang para tetua bergetar samar. Semua murid tahu, jika mereka tidak bergerak cepat, gerbang itu bisa terbuka lebih lebar.
Ketiga kelompok murid inti berkumpul dalam lingkaran. Di tengah lingkaran itu, api biru dari obor spiritual menyala, menjadi pusat diskusi.
Mu Qingya dari Sekte White Tiger maju selangkah. Suaranya lembut tapi berwibawa, membuat semua orang menoleh.
“Kita tidak punya waktu untuk saling menuding. Gerbang ini butuh kekuatan segel dari tiga sekte sekaligus. Kalau salah satu pihak lalai, retakan akan menelan kita semua.”
Zhou Yun mengangguk tipis.
“Benar. Lembah ini adalah perbatasan tiga wilayah. Kalau jatuh ke tangan iblis, ketiga sekte akan sama-sama rugi.”
Lan Xue menambahkan dengan nada dingin:
“Pekerjaan ini membutuhkan sinkronisasi. Satu kelompok bertugas menstabilkan formasi segel, kelompok lain menjaga perimeter dari iblis yang keluar, dan kelompok terakhir menyalurkan energi inti untuk menutup retakan.”
De Lubin, meski jelas tidak menyukai Zhou Yun, menyilangkan tangan sambil mendengus.
“Hmph. Sekte Blue Thunder punya formasi guntur yang bisa menekan aura iblis. Kami bisa menjaga perimeter. Biarkan petir kami membersihkan makhluk yang keluar dari retakan.”
Mu Qingya menatapnya sebentar, lalu mengangguk.
“Baik. Kalau begitu, Sekte White Tiger akan bertanggung jawab menjaga formasi segel tetap stabil. Kami punya teknik tubuh yang bisa memperkuat formasi dengan kekuatan fisik.”
Tatapannya beralih ke Zhou Yun dan kelompoknya.
“Sekte Pedang Surgawi terkenal dengan pedang penakluk iblis dan teknik roh. Tugas kalian adalah inti—menyalurkan energi untuk benar-benar menutup retakan.”
Semua mata langsung tertuju pada Zhou Yun. Meskipun ia masih sangat muda, statusnya sebagai murid inti tertinggi membuat keputusan itu sulit dibantah.
Zhou Shen menepuk dadanya, setia seperti biasa.
“Hahaha, biar aku yang jadi perisai kecil untuk Yun! Kalau ada iblis yang mencoba mendekat, aku yang pertama menebasnya!”
Beberapa murid White Tiger tersenyum kecil mendengar sikap lugas Zhou Shen, sementara murid Blue Thunder mendengus meremehkan.
Zhou Yun tetap tenang. Ia menyapu pandangan ke sekeliling, lalu berkata pelan tapi tegas:
“Baik. Tapi ingat, gerbang ini bukan hanya ujian kekuatan, melainkan juga hati. Kalau ada yang goyah atau ingin menjatuhkan pihak lain, iblis akan menyusup lewat celah itu. Jadi aku harap… semua bisa menahan ego masing-masing.”
Ucapan itu membuat suasana hening sejenak. Bahkan De Lubin terpaksa tidak membalas karena kata-kata Zhou Yun terasa seperti peringatan yang menusuk langsung ke arah dirinya.
Mu Qingya akhirnya mengangkat tangannya.
“Kalau begitu, mari kita mulai. Waktu kita tidak banyak.”
Obor spiritual di tengah lingkaran menyala lebih terang, dan ketiga sekte mulai membentuk formasi sesuai peran masing-masing.
Langit di atas lembah mulai mendung, kilatan merah dan petir biru saling bersahutan, menandai awal dari sebuah pertempuran besar yang segera pecah.