NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 10

Acara One Day with Silver Dawn akhirnya mencapai puncaknya. Teriakan histeris para fans yang memenuhi aula seakan tak pernah surut, bahkan saat para member Silver Dawn melambaikan tangan dan mengucapkan salam perpisahan. Senyum bahagia para peserta terpilih yang baru saja menjalani momen tak terlupakan bersama idola mereka masih jelas terlihat. Mereka saling berfoto, berbagi cerita, bahkan ada yang meneteskan air mata haru.

Namun, tidak bagi Meira.

Ia berdiri dengan wajah masam, menahan rasa kesal yang sejak tadi membakar dadanya. Bayangan Kevin yang terus-terusan dipasangkan dengan peserta lain membuat hatinya terasa panas. Apalagi saat ia mengingat kembali tatapan Kevin yang sama sekali tidak mengarah kepadanya seolah keberadaannya tidak berarti.

Diiringi sorak sorai yang semakin riuh, Meira justru merasa semakin jengkel. Suara tawa para peserta lain terdengar bagaikan ejekan di telinganya. Ditambah lagi notifikasi pesan WhatsApp dari suruhan ayahnya yang masih terngiang-ngiang di kepala ancaman berhenti mengirim uang.

Meira mendengus kasar. Kalau kiriman uang itu benar-benar dihentikan, gue harus cabut dari apartemen ini. Sial... apa gue harus benar-benar kerja?

Acaranya berakhir meriah bagi semua orang. Tapi bagi Meira, acara itu hanya meninggalkan amarah yang menyesakkan. Sementara semua orang pulang dengan hati bahagia, Meira pulang dengan rasa jengkel yang makin menumpuk.

Meira menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan wajah ditekuk. Tubuhnya masih terasa letih setelah seharian mengikuti acara One Day With Silver Dawn. Bukan letih karena senang, melainkan karena kecewa. Rasanya sia-sia saja ia terpilih menjadi salah satu dari lima orang fans beruntung itu, kalau pada akhirnya ia sama sekali tidak bisa dekat dengan Kevin seperti yang diharapkannya.

Di hadapannya, meja kaca kini penuh dengan kenang-kenangan yang dibawa pulang. Ada goodie bag eksklusif dengan logo Silver Dawn berkilau, sebuah photocard bertanda tangan asli tiap member, gelang karet dengan nama masing-masing member, dan kaus terbatas dengan desain khusus acara. Bahkan ada CD yang diberi stiker kecil bertuliskan “Thank You For Coming” yang kabarnya hanya diberikan untuk lima peserta itu.

Meira menatap semua itu dengan malas. “Kenang-kenangan apaan? Yang gue mau cuma satu, Kevin, bukan barang-barang begini,” gumamnya ketus.

Ia mengambil photocard Kevin, memperhatikannya lama, lalu melemparnya ke meja. Satu-satunya hal yang sedikit membuatnya tertegun hanyalah sebuah polaroid. Foto itu diambil saat sesi foto grup di mana Meira berdiri tepat di samping Kevin, meski hanya dalam hitungan detik. Dalam foto itu, Kevin tersenyum ramah, tapi bagi Meira, senyum itu terlalu standar, tidak istimewa sama sekali.

“Buat fans lain mungkin ini surga, tapi buat gue... sama sekali nggak cukup,” keluhnya sambil memeluk bantal sofa.

Teleponnya bergetar, notifikasi WhatsApp muncul lagi. Pesan mengganggu yang masih terus membayanginya sejak tadi siang. Ia mendengus kesal. Semua barang Silver Dawn itu jadi tak berarti di hadapannya, apalagi kalau benar kiriman uangnya benar-benar berhenti. Kalau itu terjadi, ia harus segera angkat kaki dari apartemen ini dan mulai mencari kerja.

Meira menutup matanya sejenak, tubuhnya tenggelam dalam rasa jengkel. Malam itu, alih-alih bahagia setelah pertemuan eksklusif dengan idolanya, ia justru merasa acara itu berakhir dengan kekosongan.

Meira menjatuhkan tubuhnya ke sofa apartemen, tangannya refleks membuka goodie bag yang sejak tadi ia bawa pulang dari acara One Day with Silver Dawn. Di dalamnya ada beberapa merchandise resmi, tapi matanya langsung terpaku pada sebuah botol parfum berdesain elegan dengan label “Silver Dawn Limited Edition”.

Tanpa pikir panjang, ia membuka tutupnya dan menyemprotkan cairan parfum itu ke bajunya. Aroma maskulin yang lembut namun tegas langsung menyelimuti ruangannya. Hidungnya menangkap wangi yang khas, seolah-olah Kevin sendiri sedang berada begitu dekat, bahkan seperti sedang merangkul dirinya dari belakang.

Meira memejamkan mata sejenak, membiarkan ilusi itu menelusup jauh ke dalam perasaannya. Hatinya berdesir, antara kagum dan jengkel. Kagum karena aroma itu benar-benar membuatnya merasa istimewa, namun jengkel karena pada kenyataannya Kevin sama sekali bukan miliknya.

Tangannya kemudian menyentuh sebuah kartu kecil yang terselip di dalam goodie bag. Kartu itu bertuliskan ucapan khusus dari Silver Dawn dengan tanda tangan asli para member. Meski kartu itu ditujukan untuk semua fans terpilih, Meira tetap menatapinya lama, seakan kata-kata di sana hanya ditulis untuk dirinya seorang.

Namun, seindah apa pun kenang-kenangan itu, rasa kesal tetap menempel di dadanya. Wangi parfum yang menenangkan pun tak mampu menghapus kenyataan bahwa hari itu tidak berjalan seperti yang ia haharapkan.

____

Di kediaman Kevin, suasana malam itu terasa santai. Sambil melepas lelah, manajernya duduk di sofa panjang berhadapan dengan Kevin yang masih mengenakan kaos simple.

“Jadi, gimana kesan lo ketemu sama lima fans Silver Dawn tadi?” tanya sang manajer sambil membuka laptopnya.

Kevin bersandar di sofa, memainkan gelang di pergelangan tangannya. “Hmm... aku notice satu cewek, she looks... how to say... very plain, very simple. Tapi aura dia tuh... kinda unique. Like she hide something inside, you know?” ujarnya.

Manajernya terkekeh nakal. “Mungkin yang dia sembunyiin itu... perasaan sama lo?” godanya.

Kevin mendengus, lalu tertawa kecil. “Ah come on, don’t start with that. You always make fun of me, bro,” balasnya sambil menggeleng.

Obrolan pun beralih ke insiden tak terduga siang tadi. “Eh iya, si Lora tuh gimana ceritanya bisa ke-locked di kamar mandi?” tanya Kevin sambil menyipitkan mata, berusaha menahan tawa.

“Untung dia bawa ponsel. Kalau nggak, bisa lama dia di toilet itu. Katanya sih panik banget,” jawab sang manajer sambil menepuk keningnya sendiri.

Kevin terkekeh, “That’s crazy, man. Really... so embarassing.” Ia menutup wajahnya sebentar, masih dengan tawa ringan.

Sesaat setelah itu manager Kevin menatapnya serius, lalu menanyakan,

“Kevin, lo masih mikir buat keluar dari SilverDawn nggak sih?”

Kevin menoleh, menatap dengan mantap.

“No, not yet. Aku masih cari kampus di Inggris yang cocok sama minat aku. Once everything’s clear, aku bakal kasih tau you.”

Manager Kevin menghela napas panjang, wajahnya menegang.

“Sialnya... kamu tau kan, Kevin, SilverDawn bisa bersinar karena ada kamu. Beberapa tawaran show yang bayarnya fantastis... aku udah tolak gara-gara lo nggak jelas begini. Kalo memang serius mundur nanti... aku nggak tau deh, band ini bakal gimana.”

Kevin menatap manajernya, lalu berkata dengan nada santai tapi tegas:

“Aku pikir... maybe kita bisa cari vokalis lain yang suaranya mirip aku. Jadi band tetap jalan.”

Manager hanya menggeleng, wajahnya serius. “Kevin... gue nggak bisa bilang ada yang sehebat lo. Lo itu unik. Suara, style, aura lo... nggak ada yang bisa gantiin itu. Band ini hidup karena lo, Kevin.”

Kevin hanya terdiam beberapa detik, menatap manajernya. Suasana hening sejenak, sebelum akhirnya ia berkata:

“I’ll... talk with the other members first, before we start looking for a new vocalist. Need to... make sure everyone’s on board, you know?”

Manager mengangguk pelan, raut wajahnya tetap serius. Ia tahu Kevin mempertimbangkan semuanya dengan matang, tapi tetap merasa sulit menerima kemungkinan ada vokalis pengganti.

Kevin menunduk sebentar, lalu menatap ke jendela, seolah membayangkan langkah-langkah yang harus diambil berikutnya.

1
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
Aquarius97 🕊️
tabok dulu wajah kau mei hhh
Aquarius97 🕊️
selmattt Meiraa 💪😵
Aquarius97 🕊️
apal bgttt.. orang si kevin dunia meira
Aquarius97 🕊️
wuahhh.. kalau aku jadi Meira bakalan kayang trus jungkir balik tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!