NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:256.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Perdana Cicipi Masakan Rumi

Langkah kaki terdengar di lorong utama mansion yang mulai temaram oleh cahaya senja. Julian baru saja tiba lebih awal, padahal menurut kebiasaan, jam segini ia biasanya masih di luar menghadiri rapat atau makan malam bisnis. Jasnya ia lepaskan begitu masuk, lalu ia serahkan pada seorang maid yang menyambut di depan pintu.

“Selamat sore, Tuan,” sapa maid itu sopan.

Julian hanya mengangguk singkat. Sorot matanya menyapu sekeliling rumah yang hening. Biasanya, selepas sore, suara hanya datang dari ruang kerja atau ruang tamu. Namun kali ini ada sesuatu yang berbeda.

Ia menghentikan langkah ketika samar-samar terdengar suara tawa dari arah dapur kering. Tawa itu ringan, jujur, dan entah kenapa terdengar asing bagi telinganya, karena sudah lama ia tidak mendengar rumah ini diwarnai kehangatan seperti itu.

Julian mengerutkan kening. Perlahan ia melangkah ke arah sumber suara. Semakin dekat, aroma gurih yang menggoda ikut menyergap penciumannya—campuran harum ayam berbumbu dan kesegaran sayur bayam yang baru direbus.

Saat tiba di ambang pintu dapur, pemandangan di depannya membuat langkahnya otomatis terhenti.

Mama Liora duduk di kursi kecil dekat meja, wajahnya berseri-seri sambil tertawa pelan. Di hadapannya, Rumi, dengan lengan baju digulung, sedang menuang sayur bening ke panci kecil untuk dihangatkan kembali. Senyum sederhana itu terukir jelas di wajahnya, dan ada kelembutan dalam cara tangannya bergerak.

Julian berdiri beberapa detik tanpa bersuara. Ada rasa aneh yang menyelusup di dadanya, campuran heran dan sesuatu yang enggan ia akui. Rumah ini—yang selama ini baginya hanya tempat pulang tanpa kehangatan—tiba-tiba terasa berbeda.

Ia berdeham pelan.

Suara itu cukup untuk membuat dua wanita di dapur menoleh bersamaan.

“Julian?” Mama Liora yang pertama kali bereaksi. Ia tampak terkejut, lalu berdiri. “Kamu sudah pulang? Bukannya ada makan malam bisnis?”

“Aku reschedule,” jawab Julian singkat, menurunkan tas kerjanya di atas meja kecil dekat pintu. Pandangannya bergeser pada Rumi, lalu kembali ke ibunya. “Suasana rumah agak berbeda sore ini.”

Mama Liora tersenyum, menyembunyikan keharuan kecil di hatinya. “Itu karena Rumi. Dia masak sendiri untuk kita.”

Julian menaikkan alis tipis. “Masak?”

Rumi yang sedari tadi menunduk akhirnya bicara lirih, “Saya cuma masak sederhana, Pak. Ayam bumbu rujak sama sayur bening. Kebetulan lagi kangen masakan rumah.”

Julian hanya mengangguk datar, tanpa komentar lebih. Tapi Mama Liora tidak tinggal diam. Ia menepuk kursi kosong di sampingnya. “Ayo, coba dulu. Duduk sini. Kamu harus rasakan sendiri.”

“Mah .…” Julian sempat menghela napas, tapi melihat wajah antusias ibunya, ia mengalah. Ia melangkah mendekat dan duduk.

Rumi segera bergerak, menuang nasi hangat ke piring, lalu mengambil ayam bumbu rujak dan menatanya rapi. Sayur bening yang tadi ia hangatkan, kini ia tuangkan ke mangkuk kecil. Semua ia lakukan dengan cekatan, meski rasa gugup jelas terlihat di wajahnya.

“Silakan, Pak,” ucapnya pelan, menyodorkan piring itu.

Julian menatap sekilas, lalu meraih sendok. Ia mencicipi sesuap nasi dengan kuah sayur bening terlebih dahulu. Diam. Tanpa ekspresi. Hanya suara sendok yang bertemu piring terdengar di ruang itu.

Mama Liora memperhatikan penuh harap. “Bagaimana?”

Julian tidak langsung menjawab. Ia mengambil potongan ayam, menyendok kuah kental berbumbu merah, lalu memasukkannya ke mulut. Lagi-lagi, hanya diam. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya sulit ditebak.

Rumi menunduk, berusaha menyembunyikan kegugupan. Ia tak berani menatap langsung.

Sampai akhirnya, Julian meletakkan sendok. “Tambahkan nasi lagi.”

Rumi sempat tertegun. “I-iya, Pak.” Ia buru-buru berdiri dan menambah nasi di piring Julian, lalu kembali menaruh lauk.

Mama Liora tersenyum lebar, menahan tawa kecil. “Itu artinya enak, Rumi. Jangan bingung kalau Julian tidak memuji. Tapi kalau sampai minta tambah, itu pujian paling tinggi darinya.”

Rumi ikut tersenyum tipis, lega. “Saya senang kalau cocok, Bu.”

Julian tidak berkata apa-apa, hanya melanjutkan makan dengan tenang. Namun diam-diam, setiap suapan membuatnya teringat sesuatu—masa kecilnya. Dulu, sebelum rumah ini dipenuhi kesibukan bisnis, ibunya sering masak sendiri. Rasa ayam bumbu rujak ini … mirip sekali.

Suasana makan malam sederhana itu terasa hangat. Tidak ada percakapan ramai, tapi ada kebersamaan yang jarang sekali hadir di mansion ini.

Mama Liora menatap kedua anak muda itu, hatinya penuh rasa syukur. "Seandainya suasana seperti ini bisa bertahan lama," batinnya.

***

Beberapa menit berlalu, piring Julian sudah hampir kosong. Ia meletakkan sendoknya, lalu meneguk segelas air putih.

“Masakannya … layak untuk dihidangkan,” ucapnya singkat.

Kalimat itu terdengar dingin bagi orang luar, tapi bagi Mama Liora, ia tahu itu adalah pengakuan tersirat. “Nah, kan? Apa Ibu bilang? Enak, kan?”

Rumi hanya tersenyum malu, menunduk. “Alhamdulillah kalau cocok, Pak.”

Julian berdiri, menepuk pelan bahu ibunya. “Istirahatlah, Mah. Jangan terlalu lama di dapur. Saya ke ruang kerja sebentar.”

Mama Liora mengangguk. “Baik. Tapi lain kali, kamu harus sering-sering makan masakan rumah seperti ini. Biar tidak lupa rasa sederhana.”

Julian tidak menjawab, hanya mengangguk tipis lalu keluar dari dapur.

Begitu ia pergi, Mama Liora menoleh pada Rumi dengan mata berbinar. “Rum, kamu lihat sendiri, kan? Jarang-jarang Julian mau makan dengan lahap begitu.”

Rumi tertawa kecil, masih menyimpan rasa haru. “Saya cuma masak seadanya, Bu. Nggak nyangka Pak Julian mau mencicipi.”

“Bukan cuma mencicipi, Nak. Dia bahkan minta tambah. Itu sudah luar biasa.”

Rumi mengangguk, hatinya menghangat. Untuk pertama kalinya sejak masuk rumah besar ini, ia merasa sedikit diterima—meski hanya lewat sepiring nasi dan lauk sederhana.

Sementara di lorong atas, Julian yang sudah berjalan menuju ruang kerjanya menoleh sekali lagi ke arah dapur. Dari jauh, ia masih bisa mendengar suara tawa kecil ibunya bersama Rumi. Entah kenapa, suara itu terus terngiang di telinganya. Ia tidak mengerti, tapi sore ini rumahnya terasa berbeda.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Julian membiarkan dirinya menikmati perasaan itu—meski hanya dalam diam.

Bersambung ... ✍️

1
Oktaviani Agustina
Wah mkn seruuuu
Rida Arinda
nungguin Derry ngomong 😳😳😳
Yam Mato
semakin dag dig dug mom nunggu part selanjutnya
Engkar Sukarsih
ayo...dar der dor keluar kasi tau sama ci juli rahasia yang kamu sembunyikan.biar juli tau kelakuan berengsek ci tiysu 🤪🤪🤪
Kimo Miko
aku ikutan panik karena pagi itu julian akan membahas yang sangat penting dengan derri.? julian setelah tahu siapa mamaknya baby kenzo apa reaksinya ya. semakin penasaran
juwita
pada g sabar mom nunggu Dery cerita sm pak jul. tkt tisya keburu sadar
juwita
mom bongkar dl kebusukannya tisya. Julian hrs tau smuanya jgn smpe tisya plg ke rmh Julian msh blm tau kebusukannya tisya tktnya malah rumi yg di serang sm tisya dn keluarganya
Naufal Affiq
Alasan rumi,dia gak mau jauh darimu,maka nya pak julian,cepetan datang ke kantor,tanya derry masalah rumi,pasti bapak tetkejut
nonoyy
emang yaa pak julian ni susah bgt ditebak wkwk 😅
nonoyy
yaa baguslah kalau tisya sadar biar semua cepat terungkap, 😌
Ooh derry dimana k engkau...
Kimo Miko
semua akan terkuak satu persatu. siapa rumi, baby kenzo darah daging siapa, bahkan ada apa dengan tysa. semakin penasaran pemirsa.
Mulaini
Nggak sabar lihat Julian bertanya ke Derry dan Derry mengungkapkan kebenarannya.
Mulaini
Julian pernah hilang ingatan atau benar² lupa tentang masa lalu?
Farani Masykur
ibarat amplop dan prangko maunya nempel terus
Farani Masykur
dilema mendera jika julian tau tisya sdh sadar rasa antara tetap setia atau memilih pada siapa hati berlabuh
.
tolong ya der ntar lu harus ngomong jujur sejujur jujurnya
Rosvita Sari Sari
derry where are u 🤣
❀∂я ♍𝐦𝐨𝐨𝐧 three
deri kenapa belum juga cerita kejadian yang sebenarnya, keburu sadar tisya, nanti barang bukti bisa dilenyapkqn klo sampai tidak tahu
❀∂я ♍𝐦𝐨𝐨𝐧 three: aiss jadi typo maksudnya kalau sampai tisya tahu
total 1 replies
Bunda Aish
Derry where are you?! ayolah cepat muncul membawa berita heboh yg sudah ditunggu-tunggu
Bunda Aish
waduhhh jangan sampai karena Tisya sadar Jul jadi lupa tanya ke Derry ttg rahasia yg selama ini tersembunyi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!