NovelToon NovelToon
Always Gonna Be You

Always Gonna Be You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

Season 2


Bersama Rendra -The young and dangerous-, Anggi menjalani kehidupan baru seperti menaiki wahana rollercoaster.

Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Sempat jatuh, namun harus bangkit lagi.

Hingga akhirnya Anggi bisa berucap yakin pada Rendra, "It's always gonna be you."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Bahagia Melihatmu Dengannya

Dio

Sejak awal sudah berusaha memberitahu anak-anak Romansa jika ia tak bisa bergabung dengan mereka untuk menghadiri pernikahan Anggi. Bukan, bukan karena belum move on atau sejenisnya. Murni karena di tanggal yang sama, ia akan di wisuda. Sebuah kebetulan yang sangat menyenangkan bukan? Tak perlu repot-repot mencari alasan paling masuk akal agar bisa dimaklumi oleh orang lain. Atau dengan kata lain, ia berusaha menghindar karena belum sepenuhnya move on?

Tapi Bayu yang memang sejak awal menjadikan Rendra sebagai pelampiasan amarah tak tersalurkan terhadap suami Inne, mendadak punya rencana lain.

Bayu. : 'Gw sebenernya males banget ketemu ba jingan itu lagi.'

Bayu. : 'Tapi ini hari bersejarah buat Anggi, satu diantara kita.'

Bayu. : 'So, gimana kalau kita datang pas resepsi di Jogja?'

Fira. : 'Totally agree.'

Fira. : 'Gw masih ribet sama skripsi -emoticon nangis-

Fira : 'Nggak mungkin pulang ke rumah.'

Fira : 'Semarang-Jogja lebih dekat. Praktis.'

Chris. : 'Setuju.'

Chris. : 'Skalian, sebelom gw koas, kita ngumpul dulu lah bentar.'

Namun ia tak bergeming. Sudah keburu senang tak harus melihat gadis dambaannya bersanding dengan orang lain, kini malah ada opsi berbeda yang bisa membuat kesenangannya berubah jadi petaka.

Bayu. : 'Sebelom gw ke UK.'

Bayu. : 'Sebelom lo ke Amrik juga kan?' -sambil mentag dirinya-

Fira. : 'Nah ner banged. Kuy lah gaspol.'

Chris. : 'Kapan kalian cabut?'

Bayu. : 'Akhir Juni udah mesti stay disono.'

Chris. : 'Elo?' -ikut mentag dirinya-

Membuatnya tak bisa bersembunyi lagi.

Dio. : 'Sekitar Agustus.'

Bayu. : 'Perfecto.'

Bayu. : 'Sebelom kita melanglang buana dan susah ketemu. Ini momen paling pas.'

Chris. : 'Ok, kita ke Jogja.'

Fira. : 'See u there gaisss.'

Yang benar saja, ia sama sekali tak berminat untuk pergi ke Jogja. Namun pendiriannya mulai goyah ketika siang ini Chris mendadak muncul di depan pintu kamar kostnya.

"Belom punya tiket."

"Ah elah, pan bisa pesan online."

"Nggak punya aplikasinya."

Chris mengernyit, "Sa ae. Nih, gue punya."

Dan ia berharap tiket telah habis terjual.

"Kereta abis banget. Mana weekend pula."

Akhirnya, keinginannya terkabul. Bisa sedikit bernapas lega.

"Naik pesawat aja lah."

Gila, ia belum sesultan itu, bisa naik pesawat on the spot tanpa perencanaan. Kalaupun ada uang mending dipakai buat bonus tambahan anak-anak Lumina yang sudah berkerja keras pagi, siang, malam.

"Go pek ceng doang," Chris bersungut. "Bos start up cincai lah dibanding anak koas kere macem gue."

Namun ia menggeleng. Benar-benar tak ingin ke Jogja apapun alasannya.

"Bis deh....kita naik bis."

Definisi ulet dan pantang menyerah ala Chris.

"Ayolah. Itung-itung nolongin Bayu."

Ia mengernyit, "Gimana?"

"Ya...lo tahu kan kalau Inne mo datang ke resepsi Anggi yang di Jogja, berdua sama suaminya."

"Terus?"

"Kemarin Bayu nelpon gue minta bujukin elo biar kita semua bisa ngumpul di Jogja."

Ia mencibir.

"Dia nggak bakalan sanggup kalau ketemu Inne sendiri. Ya, lo tahu kan..."

"Bayu pingin tenang sebelum lanjut studi ke UK. For the last time bisa ketemu Inne buat say goodbye."

"Gila lo! Si Inne udah jadi istri orang. Pakai say goodbye segala," begitupun Anggi, sudah menjadi milik orang lain. Keputusan paling tepat dan bijak yang bisa ia ambil adalah dengan tak muncul lagi di kehidupan mereka.

Chris mendecak. "Lo juga kan?"

Membuatnya mengkerut.

"Sebelum waktu lo abis buat ngambis diluar, besok satu-satunya kesempatan kita bisa ngumpul bareng, full team."

"Sekalian mastiin lo baik-baik aja ngelihat Anggi sama orang lain," sambil menepuk bahunya pelan. "Come on."

Dan setelah mempertimbangkan jarak sejauh hampir 400 km yang harus ditempuh. Dengan perhitungan melalui perjalanan darat yang memakan waktu selama 8-10 jam. Juga selisih harga tiket yang tak jauh berbeda, ia akhirnya setuju untuk menggunakan pesawat.

"Nah, gitu dong, spare waktu bisa kita pakai buat jalan," Chris tersenyum lebar.

Begitu mendarat di bandara, mereka sudah ditunggu oleh petugas hotel, dan ini membuatnya heran, "Lo udah booking hotel?"

Chris menggeleng, lalu menjawab santai, "Fira yang urus semua."

Dan hatinya langsung tertohok begitu membaca nama hotel yang tertera di body mobil, "Kok lo nggak bilang kalau kita mo nginep disini?"

"Ah elah, udah dibilang Fira yang urus semua. Gue nggak tahu apa-apa."

Begitu sampai di hotel, ternyata Fira sudah menunggu mereka di lobby, "Lama amat sih?! Kirain semalem datengnya."

"Ngebujuk ini nih," Chris menunjuknya.

"Serius nginep disini Fir?" ia masih tak percaya.

"Ya kan emang semua tamu luar kota di fasilitasi untuk menginap di tempat yang sama dengan mempelai."

"Mereka booking satu hotel?!" Chris melotot.

"Sultan bebas lah ya," seloroh Fira. "Untung kita dapat di sini. Nggak perlu tenaga buat ke tempat resepsi. Tamu yang nggak kebagian disini dilempar ke hotel sebelah."

Sejujurnya ia lebih memilih dilempar ke hotel sebelah, daripada menginap di tempat yang memiliki kenangan. Ya, menyebalkan memang, karena ini adalah hotel yang sama dengan tempatnya menginap waktu ia mengikuti kompetisi dulu. Jangan-jangan ballroom yang dipakai nanti adalah ballroom yang sama dengan diadakannya awarding night dulu. Double damn!

Membuatnya lebih memilih berenang di hotel daripada berkeliling kota Jogja seperti keinginan Bayu dan Chris. "Gue lagi males."

Namun pilihan yang diambil malah menjadi boomerang. Karena ia justru bertemu dengan pengantin pria di kolam renang. Kebetulan yang menyebalkan bukan? Jika Chris dan Bayu tahu pasti mereka akan terpingkal sampai terjungkal, menertawakan kesialannya.

Ia yang awalnya khawatir Anggi juga sedang berada di area kolam renang, bisa bernapas lega karena sepertinya Rendra datang seorang diri. Dan sebelum keberadaannya sempat diketahui oleh Rendra, ia buru-buru pergi dari kolam renang, karena tak ingin menambah masalah yang bisa kembali menimbulkan luka. Namun sebuah panggilan berhasil menahan langkah kakinya, "Mas Dio?!'

***

Hari ini mereka tak memiliki kegiatan yang berarti. Hanya menunggu waktu hingga acara resepsi nanti malam. Rendra awalnya ingin jalan, namun ia menolak.

"Cape ah. Mending istirahat," ujarnya sembari membayangkan harus berdiri semalaman menyambut tamu dengan memasang senyum paling manis.

Akhirnya mereka sepakat untuk bersantai-santai di kamar hotel sambil menonton televisi. Dan ponsel di atas meja bergetar saat tangan kiri Rendra sedang memindah-mindah chanel televisi, sementara tangan kanan membelai rambutnya.

Dddrrrttttttt Dddrrrttttttt

Membuatnya harus bangkit untuk mengambil ponsel. Lalu tersenyum-senyum sendiri begitu melihat layar ponsel.

"Inne sama suaminya udah di Jogja."

"Good."

"Tapi nginap di hotel lain."

"Yang penting udah disini."

"Suaminya sekarang lagi ngisi seminar," sambil menyebut nama hotel tempat diadakannya seminar. "Inne ngajak ketemuan."

Rendra manggut-manggut.

"Udah otw kesini. Sekalian sama Fira juga yang udah dari semalam disini."

"Ya udah ketemuan gih sama mereka."

"Dimana enaknya ya? Di lounge atau...."

"Disini aja," Rendra menukas cepat sambil menyentuh dagunya lembut. "Aku mau berenang. Biar kalian bebas ngobrol."

Kalimat terakhir langsung membuatnya bangkit untuk mencium pipi sekaligus memeluk Rendra, "Makasih Abang."

Seperti biasa, hanya dengan sedikit sentuhan bisa dengan cepat membuat Rendra terpancing, lalu membalas dengan me lumatnya hingga sesak napas.

"Abang, ih!" ia pura-pura kesal merajuk. Padahal hatinya berbunga-bunga. Sentuhan spontan yang sering ditunjukkan Rendra selalu berhasil membuatnya terbang ke awang-awang.

Rendra hanya terkekeh sambil kembali menciumnya sekilas, "Have fun ya."

Sekitar lima belas menit setelah Rendra pergi ke kolam renang, Inne dan Fira muncul dari balik pintu kamar. Hampir lima menit lamanya mereka saling berpelukan, melepas rindu yang sesakkan dada, hingga tak terasa air mata mulai mengalir.

"Lo cantik banget Nggi," Inne tersenyum sambil menyusut air mata.

"Bahagia dia," seloroh Fira yang juga harus mengelap pipi yang basah oleh air mata. "Aura pengantin barunya memancar."

"Lo juga cantik Ne," ia balas tersenyum. Inne yang ayu dan lembut, masih seperti dulu waktu SMU, tak pernah berubah. "Bahagia juga pastinya," menurut cerita Fira, suami Inne adalah seorang arsitek kenamaan.

Namun Inne tak menjawab, hanya kembali memeluknya erat.

"Laki lo kemana?" Fira mengedarkan pandangan ke seisi kamar. "Nggak keberatan kan kita datang kesini?"

"Lagi berenang."

"Apa?" Fira melotot. "Berenang?"

Ia mengangguk, lalu bertanya heran, "Kenapa lo kaget?"

Fira meringis, "Soalnya barusan Dio lebih milih berenang daripada jalan sama anak-anak."

Membuatnya terperanjat, "D-dio...disini?"

"Iya," Fira mengangguk lemah. "Baru datang tadi pagi. Harusnya sih semalam. Kata Chris mesti dipaksa-paksa dulu baru mau kesini."

"Kasihan, kenapa mesti dipaksa?" Inne yang memiliki hati paling lembut diantara mereka berlima langsung trenyuh. "Harusnya jangan dipaksa, khawatir jadi beban...."

"Harusnya sih gitu," Fira menerawang. "Cuma kapan lagi kita berenam bisa ketemu full team kalau nggak sekarang."

"Gue lagi ribet ngejar wisuda Juli."

"Inne jarang-jarang bisa ngumpul. Ini aja udah rezeki banget yekan suami lo kebetulan ada acara di Jogja. Kalau nggak, lo nggak bakalan bisa kesini kan?"

Inne mengangguk.

"Chris Minggu depan udah mulai coass."

"Oya?" matanya membulat. Anak jahil itu benar-benar sudah otw menjadi dokter rupanya. Luar biasa.

Fira mengangguk lalu berseloroh, "Sulit dipercaya kan anak paling rese di Romansa bisa jadi dokter."

Membuat mereka bertiga tertawa. Ya, jalan hidup seseorang memang tak pernah bisa ditebak.

Lalu Fira kembali melanjutkan, "Terus Bayu, akhir bulan udah terbang ke UK."

Kini giliran mata Inne yang membulat, "Acara?"

"Beasiswa master."

"Oh," ia sempat menangkap nada kelegaan dalam suara Inne. Semua orang tahu bagaimana perasaan mereka berdua, sayang bukan jodoh.

Namun kalimat Fira selanjutnya benar-benar tak pernah disangka. "Dio juga, bulan depan udah ke Amrik."

"Beasiswa juga?" pertanyaan Inne sangat mewakili keingintahuannya.

"Iya. Fullbright. MIT bo. Keren nggak sih?"

You deserves it Dio, batinnya ikut merasa bahagia.

Kini ingatannya mendadak kembali melayang pada kejadian hampir 7 tahun silam. Ketika jam isirahat sekolah. Dimana mereka berlima asyik haha hihi nggak jelas di kantin. Namun Dio justru sibuk mencorat-coret notes, yang berisi rumus matematika ciptaannya sendiri. Benar-benar definisi usaha takkan pernah mengkhianati hasil.

"Jadi momen nikahan lo ini bener-bener menjadi saat terakhir kita berenam ngumpul," Fira tak kuasa menahan haru. "Sebelum kita sama-sama berjuang di belahan bumi yang berbeda."

***

Sekitar setengah jam menjelang acara resepsi, Anggi yang telah memakai ballgown cantik berdiri di atas balkon sambil memandangi gagahnya view gunung Merapi di tengah kegelapan malam. Dengan Rendra yang memeluk dari belakang, sambil berbisik lembut di telinga istrinya, "Udah siap?"

Anggi tersenyum dan mengangguk.

Sementara berjarak beberapa lantai di bawahnya, Dio yang telah memakai setelan jas rapi juga sedang berdiri di balkon sambil memandangi gagahnya view gunung Merapi di tengah kegelapan malam. Dengan Bayu yang menepuk punggungnya dari belakang, "Siap bro?"

Namun Dio tidak tersenyum ataupun mengangguk.

***

Ia hampir tak bisa bernapas ketika melihat anak-anak Romansa ikut berbaris rapi di deretan tamu VIP untuk menuju pelaminan. Di urutan paling depan ada Inne dan seorang lelaki berpenampilan gagah, mungkin itu suaminya. Disusul Fira, Chris, Bayu, dan terakhir Dio.

Keringat dingin semakin deras mengucur ketika barisan mereka semakin mendekat. Pikirannya bahkan melayang entah kemana ketika Inne memeluknya erat sambil berbisik haru, "Selamat Anggi, semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah...."

Disusul ucapan standar dari suami Inne. Lalu Fira yang memeluknya paling lama. Entah kalimat apa yang dibisikkan Fira di telinganya, yang pasti panjang dan mengharukan.

Karena sudut matanya justru bergerak aktif merekam momen ketika Papah memeluk Dio lebih lama dibanding yang lain sambil menepuk-nepuk bahunya.

Dan ia merasa sedang bermimpi ketika melihat Dio dan Rendra bersalaman dengan sangat normal seperti yang semua orang lakukan pada umumnya.

"Selamat," begitu yang sempat ia dengar keluar dari mulut Dio. Disusul tepukan tangan Rendra di lengan Dio sambil berkata, "Thanks udah datang."

Dan ia hanya bisa tersenyum kaku ketika mereka akhirnya berjabat tangan, "Selamat Anggi...semoga bahagia selalu..."

Kalimat singkat namun sarat makna yang membuat dadanya hampir meledak. Dan saat ia berpikir tak lagi mampu untuk berdiri tegak, sebuah rengkuhan lembut berhasil meneguhkannya kembali. Ketika Dio berlalu, ia melihat ke samping dimana Rendra juga sedang tersenyum menatapnya. Senyum yang membuatnya semakin yakin jika memang ini jalan yang terbaik.

Dan sepanjang acara resepsi berlangsung, dari sudut matanya tertangkap sekelebatan bayangan Dio sedang mengobrol dengan Adit. Tak hanya semenit dua menit, bahkan lumayan lama, karena tiap kali ia menoleh, mereka berdua masih saja mengobrol. Sepertinya sedang membicarakan hal yang sangat serius. Membuatnya penasaran, kira-kira apa yang sedang mereka obrolkan. Semoga bukan sedang membicarakan tentang dirinya.

**

Fira

Pagi ini mereka meninggalkan hotel untuk pulang ke tempat masing-masing. Setelah semalam berkumpul bersama, yang mungkin untuk terakhir kalinya.

Malam yang membahagiakan bagi Anggi dan Rendra. Namun mungkin menyakitkan bagi Dio.

Juga malam yang sangat aneh untuk Bayu dan Inne, yang kembali dipertemukan setelah sekian lama. Pertemuan yang sangat kaku dan tak kalah menyakitkan dibanding Dio, terlebih ketika Bayu berjabat tangan dengan suami Inne.

"Bayu."

"Riyadh," lalu disambung dengan kalimat penuh tendensi, "Oh, jadi ini Bayu mantan kekasih?"

Terlihat jelas kecemasan terpancar di kedua mata Inne. Ia pun hanya bisa memandang dengan hati berkecamuk. Khawatir Bayu terpancing emosi. Untung briefing singkat dari Sarjana Kedokteran Christian Setyono sebelum acara berlangsung berhasil merasuk ke dalam jiwa. Hingga respon Bayu tergolong mukjizat karena hanya tertawa kecil, meski dengan tatapan menahan pedih.

Kini mobil hotel yang mereka tumpangi tengah membelah jalanan pagi kota Jogja yang mulai dipadati oleh kendaraan. Bergerak pelan menuju destinasi pertama, yaitu mengantar Bayu ke Terminal. Kemudian baru mengantar Dio, Chris, dan dirinya ke Stasiun Kereta Api.

Sementara itu dari audio mobil terdengar suara merdu sepasang penyiar radio yang sedang membagikan ucapan selamat pagi kepada para pendengar setia.

"Selamat pagi buat Nina di Jakal, juga untuk Reiner di Concat, lalu Adzani di kampus. Wah wah wah, sepagi ini udah di kampus? Mahasiswa teladan ini pasti."

"Teladan atau ketiduran di sekre karena rapat sampai tengah malam, hayo...."

"Nah, nah, gimana nih Adzani...yang mana yang bener...kalaupun karena ketiduran semoga sekarang udah bangun ya. Matahari udah mulai meninggi bro, jangan sampai rezeki dipatok ayam yaa."

"Lalu ada Octa di Selokan Mataram, selamat pagi Octa. Terus Bulan di Gejayan. Selamat pagi buat kalian semua..."

"Ya bagi kamu yang selama ini nggak pernah mendapat ucapan "selamat pagi"....ngenes nggak sih....dari seseorang...ahay...silahkan bisa menghubungi kami. Dijamin langsung dapat ucapan good mowningngng....."

"Absolutely, percayakan kami berdua untuk menemani pagi kalian menjadi lebih bermakna...."

"Your friend in the morning...."

Kemudian mengalunlah sebuah lagu yang membuatnya terkesiap dan langsung menoleh ke belakang.

'Ku akui ku sangat sangat menginginkanmu

Tapi kini ku sadar ku diantara kalian

Aku tak mengerti ini semua harus terjadi'

Namun kekhawatirannya tak terbukti karena Dio dan Bayu terlihat biasa-biasa saja dengan lagu yang sedang diputar. Mereka sama sekali tak terpengaruh, masing-masing melempar pandangan ke jendela samping. Entah apa yang sedang dipikirkan.

"Gua ganti chan...."

"Nggak perlu!"

"Nggak usah!"

Jawab Dio dan Bayu bersamaan. Membuatnya semakin menghela napas.

'Ku akui ku sangat sangat menginginkanmu

Tapi kini ku sadar ku diantara kalian

Aku tak mengerti ini semua harus terjadi

Lupakan aku kembali padanya

Aku bukan siapa-siapa untukmu

Ku cintaimu tak berarti bahwa

Ku harus memilikimu slamanya'

(D'Masiv, Diantara Kalian)

1
Esti Nengsich
ya ampun...
Mereka ngapain siii...
Afidatul Rifa
Owalahhh jadi pas Cakra masuk ganapati saat Regis ketemu Maba yg namanya Adit itu adeknya MBK Anggi Tah?? 😁 aduhhh baru ngeh pdahal baca novel ini sama si Cakra itu dah berkali" aduhh si othor memang the best bikin alur cerita dari ke 4 karya ini nyambung semua
Ardiansyah Gg
yg gk enak pas bagi raport bang... di panggil menurut absen... auto pulang terakhir kita 😆
"ariani's eomoni"
baca lagi,...gegara nonton jendela seribu sungai

gara² ada yg ngomong ikam, auto ingat Rendra
Erna P
kalo aq dah pingsang Nggi g sanggup.sejam perjalanan aja udah tepar.mabokan orangnya makanya g pernah kemana2 hu hu😭padahal pengen kek orang2.kalopun bisa jauh itu aq harus pake roda 2 baru kuat 3 4 jam jg ku jabanin
Erna P
sekarang justru momen2 sama si abang yg di inget ya bukan Dio 😁
Erna P
aq malah jd keinget momen mabanya Anggi sama si abang🤭kalo ada lagu kebyar2 gini
Erna P
abang Renen aq reread entah yg keberapa kali ini y ampun gamon bgt aq.aq salah satu mantanmu jg kah habisnya susah mupon😝😝
Naimatul Jannati
2025 aku balik lg baca,.nunggu kak thir bikin cerita bang riyadh sm inne ini😍😍
Anna Maria Hendraswari
Luar biasa
Hijri Rifai
sering bgt ku lihat nama KK author ini kl pas buka aplikasi ini... tp blm ada cerita baru... cuma judul ini yg blm di bukukan semua sudah di bukukan.... tp mmg semua ceritanya bagus bgt. apa mungkin KK author sedang melakukan riset dll utk judul baru...😂😂😂 sejujurnya ngarep bgt...
Hijri Rifai: kak nama penulisnya sama jg kl di kbm ... aku udah cari tapi blm ketemu.. aku sampai download kbm lho demi mau baca..
total 5 replies
mainrahasia
kota ini aman damai... ya Alloh... andai benar Jogja aman damai tak ada isu sara yg menjadi pemicu beberapa pertikaian... 😩😩😩
sedangkan utk saat ini sungguh..saudara2 "malika" masih banyak berulah di jogja... shg warga sendiri yg banyak menjadi korban ketidakadilan 😭
Haryo Tawang
Luar biasa
Haryo Tawang
Kecewa
St4891
udah baca gak tau udah yg k berapa kalinya, gak pernah bosen bacanya walaupun karya yg skrang udah banyak revisinya
karya nya smua bagus" bnget ak udah baca smua bnyak pembelajaran d dlam nya
syang gak ad karya yg baru lgi ya, sukses slalu
Esther Lestari
circle pertemanan yg gk kaleng2 nih....
Lala Trisulawati
Keren bngt.....♥️♥️♥️♥️♥️👍
Reni Novitasary
ga prnah bosan..baca lagi..lagi...dan lagi
Reni Novitasary
ngambil master sm dio d jepang/Smile/
Fitri Fitri
kepingin kayak cerita ini ☺☺☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!