NovelToon NovelToon
Bunga Dan Trauma

Bunga Dan Trauma

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Dokter / Trauma masa lalu / Mantan
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mumu.ai

Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.

Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.

Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?


follow IG author : @tulisanmumu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kutukan Bunga

"Yang tadi itu pasien terakhir kita, kan?" tanya Bunga pada perawat yang menjadi asistennya untuk praktik hari itu.

"Iya, dok. Ibu tadi pasien terakhir kita," jawab sang perawat.

"Oke, kalau begitu saya pulang dulu," pamit Bunga. Ia buka jas labor miliknya lalu ia gantung di gantungan yang ada di pojok ruangannya.

"Tumben dokter pulang agak cepat hari ini," tanya sang perawat.

Bunga melihat arloji yang ada ditangannya, dan benar waktu baru menunjukkan pukul 8 malam. Biasanya Bunga baru meninggalkan rumah sakit pada pukul setengah sepuluh malam.

Walaupun jam praktik telah usai dan ia sudah berkeliling memeriksa pasien di kamar rawat inap, Bunga lebih sering memilih untuk tetap berada di ruangannya hingga hampir tengah malam. Dengan begitu, saat sampai di rumah ia hanya perlu langsung beristirahat. Kebiasaan itu sudah ia lakukan sejak pertama kali bekerja di rumah sakit ini. Namun hari ini, untuk kedua kalinya—setelah yang pertama saat kedatangan Olivia—Bunga memutuskan pulang lebih awal.

“Saya mau makan malam dulu di restoran langganan. Lagi pengin tongseng ayam di sana,” ucap Bunga sambil tersenyum. Ia teringat masa kuliah, ketika sering menghabiskan waktu bersama sahabatnya, Rani, di restoran itu.

Bunga berjalan keluar sambil mencoba menghubungi sahabatnya. Sudah dua tahun mereka tak pernah bertatap muka, sejak sahabatnya itu pindah ke kota lain mengikuti sang suami.

Beberapa kali ia mencoba menelepon, namun tak ada jawaban.

“Apa iya sudah tidur jam segini?” batin Bunga.

Ia terus melangkah menuju area parkir tempat mobilnya terparkir. Dengan kecepatan sedang, Bunga mengendarai mobilnya menuju restoran langganan. Lokasinya tak jauh dari rumah sakit, hanya sekitar lima belas menit perjalanan.

Bunga turun dari mobil dan melangkah perlahan menuju restoran. Bangunan itu hampir tidak banyak berubah, masih sama seperti yang ia ingat.

Ia menaiki beberapa anak tangga, lalu mendorong pintu masuk. Malam itu restoran tampak sepi, hanya ada beberapa pengunjung. Sebagian besar meja masih kosong—mungkin karena jam makan malam sudah lewat.

Bunga berjalan lurus menuju meja di pojok ruangan, tempat favoritnya. Namun langkahnya terhenti ketika seseorang tiba-tiba menghadang di depannya.

Deg.

“Bunga…” suara itu terdengar pelan, tapi cukup untuk membuatnya memaku di tempat. Sama sekali tak pernah terbayang olehnya akan bertemu pria itu di sini, saat ini.

“Bisa kita bicara sebentar?” pinta pria itu dengan nada memelas.

“Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi!” tegas Bunga, menahan gejolak di dadanya.

“Ada! Tolong… hanya sebentar saja,” ucap pria itu lagi, penuh harap.

Bunga sempat terdiam, berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk pelan. Tanpa sepatah kata pun, ia melangkah lebih dulu menuju meja yang sejak awal memang menjadi tujuannya. Pria itu, menyusul dari belakang, mengikuti langkahnya.

Kini mereka duduk saling berhadapan. Seorang pelayan datang menanyakan pesanan. Bunga hanya memesan segelas jus apel. Nafsu makannya mendadak lenyap seketika setelah bertemu dengan pria yang ada di hadapannya ini.

“Mau apa kamu, Malik?” suara Bunga terdengar datar. Siapa lagi kalau bukan pria ini yang sanggup menghancurkan selera makannya hanya dengan kehadiran.

“Aku mau minta maaf, Bunga. Aku tahu aku salah,” ucap Malik pelan, menundukkan kepala.

“Lalu?” sahut Bunga singkat, tanpa ekspresi.

“Aku tidak banyak berharap kamu mau memaafkanku. Tapi sungguh… aku terpaksa… menikahinya.”

“Terpaksa?” Bunga tersenyum miring, penuh ejekan. “Padahal dia sedang mengandung anakmu. Setelah malam itu kamu melamarku dengan segala janji manis, kamu pulang… lalu menidurinya. Dan sekarang, kau bilang terpaksa?” Suaranya meninggi, setiap kata terucap dengan penekanan yang menusuk. “Pria macam apa yang sebenarnya duduk di depanku ini?”

“Maaf, Bunga. Tapi sungguh… itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku—aku tidak sengaja. Malam itu kami berdua sama-sama di bawah pengaruh alkohol,” jelas Malik terbata, berusaha meyakinkan, meski wajahnya jelas diliputi rasa bersalah.

Bunga yang mendengarkan pengakuan Malik langsung memejamkan matanya. Sakit. Dadanya langsung terasa sesak. Kemudian Bunga kembali membuka matanya dan menatap tajam ke arah Malik yang masih menundukkan kepalanya.

“Apa menurutmu aku ini begitu mudah? Begitu bodoh? Sampai kamu bisa dengan gampang tidur dengan wanita lain setelah melamarku?” suara Bunga bergetar, bibirnya pun sulit dikendalikan.

“Maaf…” ucap Malik lirih, hampir tak terdengar.

“Kamu tahu betapa sulitnya bagiku untuk menerimamu. Betapa beratnya aku membuka hati lagi, memulai dari awal setelah semua luka yang pernah ada. Tapi begitu aku berusaha… begitu aku akhirnya mulai mencintaimu, kamu malah menghancurkan semuanya, Malik. Lebih parah dari luka sebelumnya. Tahukah kamu?”

Malik hanya menunduk. Ia tidak berani menatap wajah Bunga. Matanya memerah, air yang berusaha ia tahan terus menggenang.

“Atau… apa selama ini kamu sakit hati padaku?” lanjut Bunga, suaranya bergetar tapi penuh penekanan. “Karena aku membuatmu merasa seperti mencintai sendirian? Dan ini balasanmu? Kalau iya, selamat, Malik. Kamu berhasil. Hanya dalam dua bulan aku benar-benar bisa mencintaimu. Dua bulan! Tapi sekarang… cinta itu sudah hilang. Habis. Tidak tersisa sedikit pun.”

Kepala Malik terangkat perlahan. Wajahnya penuh penyesalan. Ia sadar, di hadapannya duduk wanita yang sebenarnya sudah mulai membalas cintanya. Wanita yang ia tunggu selama ini. Namun kebodohan satu malam telah merenggut segalanya.

“Maaf…” hanya kata itu yang keluar. Getir. Kosong.

“Kamu yang dulu menyembuhkan lukaku,” lirih Bunga dengan air mata yang akhirnya jatuh, “tapi kamu juga yang membuat luka itu menganga lagi—bahkan lebih dalam dari sebelumnya.”

Ia menunduk, menggenggam erat tangannya sendiri, air matanya jatuh semakin deras.

“Aku ingin kamu hidup tanpa bahagia,” ucapnya pelan, penuh luka. “Aku ingin kamu menangis setiap malam. Setiap kali memikirkan aku. Aku ingin rasa bersalah itu terus menghantuimu sampai mati.”

Suara Bunga pecah, tangisnya makin deras. Malik pun tak kuasa lagi. Pria yang dikenal dingin itu akhirnya ikut menitikkan air mata, diam, tak mampu membela diri. Semua kata-kata Bunga terasa pantas ia terima.

Bunga bangkit dari kursinya. Ia meletakkan selembar uang merah di atas meja. “Aku harap ini pertemuan terakhir kita. Dan satu hal lagi… katakan pada istrimu untuk mencari dokter dan rumah sakit lain. Aku tidak ingin bertemu kalian lagi.”

Tanpa menoleh, Bunga melangkah cepat meninggalkan Malik yang masih terpuruk. Syukurlah meja mereka di pojok ruangan, menghadap dinding, sehingga tak ada yang melihat keadaannya.

Malik menunduk semakin dalam, dadanya terasa sesak. Ia mengusap kasar wajahnya, lalu menjatuhkan selembar uang di meja sebelum bergegas keluar menuju mobil.

Begitu masuk, tangannya menghantam setir berulang kali. Ia memukul dadanya sendiri, berusaha meredakan sesak yang makin menghimpit. Isak tangis pun pecah, memenuhi ruang mobil.

Di sisi lain, di dalam mobil yang terparkir tak jauh, Bunga juga menangis keras. Rasa sesak itu menyeruak kembali setelah melihat Malik. Benci kini mendominasi, menelan habis cinta yang dulu dengan susah payah ia tumbuhkan.

Pertanyaan itu terus bergema di kepalanya:

Apakah aku memang tidak pantas dicintai? Apakah selalu harus begini… dikecewakan dengan cara paling menyakitkan?

****

Hai hai… terima kasih sudah mau mampir dan membaca cerita author. Semoga kalian suka ya ❤️ jangan lupa untuk like, komen, dan vote biar author makin semangat nulisnya 🫶🏻🫶🏻

1
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪.bunga fadi gass poll donk
Supryatin 123
come back bunga Ama fadi.kan dah tw cerita sebenarnya.bukalah hatimu.lnjut Thor 💪💪
Esther Lestari
Jelita nanti jadi pemersatu papa Fadi dan tante Bunga....semoga
Supryatin 123
cerita sesungguhnya si fadi sangat mengharukan.semoga bunga dapat berpikir secara jernih dgn kejadian ini.lnjut thor 💪💪💪
Esther Lestari
Ternyata begitu ceritanya Fadi. Apakah Nita meninggal saat melahirkan Jelita ?
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Yanti Gunawan
apakaah bunga akan kembali pada fadi thor hmmm galau, asal jangan sama malik deh
Suci Dava
maksudnya gmna ini thor, msh lanjut kh apa sdh sampai di sini aja, kok gagal paham aku thor
mumu: Maaf kak, author ada salah tulis tadi jadinya beda arti 🤭 cerita masih lanjut kok kak 😊
total 1 replies
Hary Nengsih
lanjut
Esther Lestari
apakah Fadi menikah dengan mama nya Jelita untuk menutupi aib ?
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Suci Dava
Edisi ber kumpul nya para mantan alias deretan para mantan 🤭
Esther Lestari
Turut berduka Olivia dan Malik, harus kehilangan janinnya.

Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.

2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda
𝐈𝐬𝐭𝐲
penasaran sebenarnya apa yg terjadi...🤔
Esther Lestari
langsung pergi waktunya gak tepat
Esther Lestari: sudah malam juga...kan bikin takut😁
total 2 replies
Hary Nengsih
langsung pergi
Hary Nengsih
lanjut
Esther Lestari
Istri Fadi kemana...cerai atau meninggal ?
Dwi Sulistyowati
mantan terindah sampai anaknya pun di nama i bunga jelita 🤍
Supryatin 123
lnjut thor tetap semangat,💪💪💪.
Suryati Surti
bagus
Siti Nurjanah
fadi mantan pertama nya bunga ya
mumu: Betul kak. Pacar pertama Bunga
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!