Pembalasan Mantan Istri

Hari ini adalah hari yang paling dinantikan Olivia, bagaimana tidak, karena hari ini adalah hari dimana Olivia akan hadir di acara yang sama dengan Elard dan untuk pertama kalinya juga Olivia akan bertemu dengan seorang Elard sang pewaris kerajaan bisnis Evandra grup.

Olivia menatap pantulan dirinya dari cermin, Olivia begitu cantik dengan menggunakan kemeja berwarna putih, trousers pants high waist berwarna cream, tak lupa detail pita pada kerah menjadi pemanis tampilan Olivia, lalu dipadupadankan dengan heels dan tas berwarna putih juga agar senada dengan atasan Olivia.

Setelah itu, Olivia pun segera pergi ke acara peluncuran tersebut. Selama perjalanan, Olivia begitu gugup, sejujurnya ia juga takut jika rencananya gagal karena bagaimanapun Olivia belum kenal bagaimana Elard, tidak banyak pula informasi yang membahas mengenai sosok Elard.

"Semangat Olivia, demi balas dendam kamu. Kamu harus bisa naklukin seorang Elard," gumam Olivia.

Tak butuh waktu lama, Olivia pun sampai di acara tersebut, begitu ia sampai disana terlihat jelas bagaimana meriah dan mewahnya acara tersebut, ditambah juga banyak perwakilan perusahaan ternama di acara tersebut.

Netra Olivia mencari sosok yang harus ia temui, namun setelah beberapa menit ia tidak menemukan pria tersebut. "Masa dia gak datang, jadi sia-sia aku ikut acara ini," gumam Olivia.

Olivia pun sudah putus asa dan merelakan rencananya gagal bahkan sebelum ia beraksi, ketika hendak menjauh dari kerumunan tiba-tiba pandangan Olivia tertuju pada sosok pria tampan, tegas dan datar tanpa ekspresi yang baru saja masuk kedalam ruangan tersebut.

"Apa dia Elard? kok ya nakutin gitu. Gimana ini, aku lanjut deketin atau aku batalin aja rencanaku?" gumam Olivia.

Ketika ia tengah fokus pada sosok pria tampan itu, tiba-tiba seorang pria paruh baya mendekatinya dan mengobrol dengannya.

"Apa kabar, Olivia?" tanya pria paruh baya tersebut.

Olivia pun melihat pria itu dan menatapnya dengan malas, ketika Olivia hendak pergi dari tempat itu, pria itu justru mengatakan hal yang membuat Olivia marah.

"Apa kau belum bisa melupakan anakku? wajar sih karena Albert adalah pria sempurna yang susah dilupakan," ucap Jordan yang merupakan Ayah dari Albert.

"Najis banget sih, ngapain juga masih inget pria kayak mantan suami itu. Begini ya Om, saya itu sangat bersyukur karena saya bisa lepas dari pria br*ngsek kayak anak Om," ucap Olivia.

"Halah, kamu nanti pasti nyesel dan rugi karena udah pisah dari Albert," ucap Jordan.

"Ampun deh Om, Om gak lihat saya cantik, saya pinter dan saya gak kekurangan uang. Jadi gak ada ruginya, justru malah sebaliknya, anak Om yang bakal rugi karena dia idah menyia-nyiakan istri secantik saya, kita lihat nanti aja Om. Oh ya, Om gak usah deket-deket sama saya lagi, takutnya nanti saya muntah soalnya kalau deket-deket sama keluarga mantan bawaannya pengen huek aja," ucap Olivia lalu pergi meninggalkan Jordan yang sudah kesal atas hinaan Olivia.

"Kurang ajar, untung Albert cerai sama ular itu," gumam Jordan.

Olivia sendiri yang awalnya ragu dan takut untuk mendekati Elard pun berubah pikiran setelah hinaan Jordan, "Satu-satunya caraku buat balas Albert dan keluarganya hanya dengan mendekati Elard, aku gak peduli nanti Elard akan menjauh atau tidak, coba aja dulu," gumam Olivia.

Selama acara berlangsung, Olivia mencoba mencari kesempatan agar ia bisa mengobrol dengan Elard, namun sayang hal itu tidak semudah yang ia bayangkan karena sejak kedatangan Elard banyak yang mendekatinya.

Disisi lain, Elard yang sejak tadi didekati banyak orang merasa lelah. Bagaimana tidak, baru saja Elard sampai di acara tersebut, hampir semua perwakilan perusahaan mendekatinya. "Saya tidak tertarik dengan apa yang kalian katakan, jadi simpan saja kata-kata kalian," ucap Elard datar lalu meninggalkan orang-orang yang sejak tadi mendekatinya.

Elard memutuskan untuk keluar dari ruangan dan pergi ke taman yang ada di belakang gedung tersebut, ketika Elard tengah menikmati kesunyian taman tersebut, netranya menangkap sosok perempuan yang begitu anggun. Perempuan tersebut duduk membelakangi Elard sehingga perempuan tersebut tidak mengetahui kedatangan Elard, Elard hanya menatapnya sekilas lalu ia menjauh dan mencari tempat untuk menikmati taman itu.

Ditempat lain, Olivia yang bingung hatus bagaimana mendekati Elard pun memutuskan untuk santai di taman. "Huh, gimana ini caranya deketin Elard," gumam Olivia.

Dirasa sudah puas merenungkan semuanya, Olivia pun pergi dari tempat tersebut dan masuk ke dalam tempat acara, namun ketika Olivia hendak masuk, ia melihat sosok Elard dari kejauhan. Dengan penuh percaya diri, Olivia masuk ke tempat acaranya dan mengambil segelas wine lalu ia keluar kembali dan menghampiri Elard.

"Apa di dalam terlalu ramai?" tanya Olivia yang berdiri di samping Elard.

Elard yang memang tidak menyadari kehadiran Olivia pun terkejut, tapi tetap mempertahankan ekspresi dingin dan datarnya. Elard tidak menjawab pertanyaan Olivia, ia tetap berdiri tanpa merubah posisinya meskipun Olivia berada di sampingnya.

"Dalam suasana sepi seperti ini, bukankah minum segelas wine adalah yang terbaik," ucap Olivia dan memberikan segelas wine tersebut pada Elard.

Elard hanya melirik gelas itu tanpa menyentuhnya bahkan Elard tidak merespon ucapan Olivia, Elard kembali menatap kearah depan hingga akhirnya ia bersuara.

"Apa kau juga mengajukan kerjasama dengan Evandra grup?" tanya Elard.

"Apa aku terlihat seperti itu?" tanya Olivia.

"Ya," jawab Elard lalu pergi meninggalkan Olivia yang terdiam dengan jawaban Elard.

"Gila, dia kenapa nakutin gitu sih. Gapapa Olivia, ini adalah tantangan yang harus kamu hadapi, lagipula kalau dia mudah di dapatkan yang ada jadi gak menarik," gumam Olivia.

Olivia kembali ke tempat acara, suasana semakin meriah menjelang akhir acara. Karena tidak mungkin mendapatkan kerjasama dengan Evandra grup, maka Olivia pun mendekati perwakilan Keenan grup.

"Selamat sore, Pak," sapa Olivia.

"Oh kamu Olivia putri dari Aditama grup bukan?" tanya Haris yang merupakan perwakilan dari Keenan grup.

"Iya, Pak. Senang sekali saya bisa bertemu dengan Pak Haris disini," ucap Olivia ramah.

"Apa kamu ingin membahas mengenai kerjasama?" tanya Haris dengan tatapan menggodanya.

"Iya, apa bisa kita membicarakan hal itu?" tanya Olivia.

Olivia masih berusaha untuk tetap ramah meskipun ia tau jika Haris memiliki niat lain. Tapi, Olivia sudah tidak punya cara lain karena bagaimanapun Olivia harus bisa mendapatkan kerjasama dengan perusahaan yang ikut dalam acara kali ini.

"Kalau mau bahas soal kerjasama itu gampang, bagaimana kalau kita membahasnya di hotel dekat sini saja biar lebih enak gitu," ucap Haris.

"Maaf, Pak. Tapi, kita bisa membahasnya disini, karena menurut saya tidak ada bedanya juga," ucap Olivia.

"Kalau disini gak nyaman, ayo ke hotel aja. Nanti kerjasamanya langsung saya setujui deh," ucap Haris dan memegang lengan Olivia.

.

.

.

Bersambung.....