NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:561
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kalian Penjahat

Jennifer berlari senang keluar dari paviliun mansion, seperti anak ayam keluar dari kandangnya. Sinar sang surya membelai sukma. Udara segar menyapa tubuhnya Jennifer. Berlari ke sana ke sini menyusuri taman yang luas. Meloncat seperti kayak, mengikuti katak yang sedang berloncat-loncatan. Jennifer benar-benar menyambut hari dengan suka. Luna tertawa renyah melihat kelakuan polosnya Jennifer.

Luna berjalan mengikuti Jennifer sambil mendengar burung berkicau riang, melantunkan senandung alam. Jennifer berhenti meloncat ketika berada du depan teras sebuah ruangan paling mencolok dengan pintu yang terbuat dari kayu mahoni. Di depan pintu itu dijaga oleh dua orang penjaga. Luna menghentikan langkah kakinya di samping kanan Jennifer. Menjongkokan tubuhnya di samping kanan Jennifer.

"Kamu kenapa berhenti, Nak?" tanya Luna lembut sambil menoleh ke Jennifer.

"Di sana apa?" tanya Jennifer polos sambil menunjuk ke pintu ruangan itu.

Luna mengikuti arah tunjuk jari telunjuknya Jennifer, lalu menjawab, "Ruangan hadiah."

"Hadiah untukku?" tanya Jennifer polos.

"Bukan, di sana tempat penyimpanan hadiah-hadiah Tuan Muda Ronald dan Tuan Muda Richard. Nona mau masuk ke sana?"

"Iya aku mau lihat hadiah milik pangeran."

Sedetik kemudian, Jennifer dan Luna beranjak berdiri. Melangkahkan kaki mereka menuju ke pintu ruangan. Pintu ruangan itu dibukakan oleh dua petugas keamanan dengan ekspresi dingin. Tiba-tiba ada rasa gugup menggerogoti jiwanya Jennifer. Jennifer mengikuti langkah kakinya Luna. Ruangan terang benderang, dindingnya terbuat dari susunan rak yang dipenuhi dengan penghargaan, piala, medali dan plakat tanpa celah sedikitpun. Jennifer dan Luna berdiri di tengah ruangan. Jennifer mengarahkan kedua manik matanya yang berkilau pada seluruh sisi.

"Lihatlah, semua hadiah dan penghargaan di ruangan ini adalah milik Tuan Ronald dan Tuan Richard," ujar Luna senang.

"Wahhhh..." ucap Jennifer.

Jennifer tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Kilauan kedua matanya terlihat seperti permata dan mulutnya ternganga. Dia tidak berkedip sekali pun. Semua hadiah dan penghargaan itu tidak bisa dihitung jumlahnya. Jennifer yang kesulitan menelan ludah, perlahan berjalan mendekati sebuah rak yang diisi dengan barusan plakat. Dia membaca plakat yang mengukir nama Ronald dan seluruh prestasinya. Jennifer mengamati deretan piala berkilauan yang diukir dengan nama Ronald, sang pangeran bagi Jennifer.

"Sejak kecil, Tuan Muda Ronald dan Tuan Muda Richard telah menjadi nama dan pilar keluarga ini. Mereka tidak punya waktu untuk bermain-main, apalagi mengurus hal-hal tidak berguna. Mereka sangat tekun untuk mempelajari sebuah ilmu pengetahuan dan berolahraga sehingga mereka berhasil mendapatkan penghargaan dan cita-cita mereka. Mereka juga adalah kakak-kakakmu. Jadilah seperti mereka, pasti Mommy Ros sangat bahagia melihat kamu berhasil meraih cita-cita kamu," ucap Luna sambil menoleh ke Jennifer.

"Iya, Bu Luna, aku akan rajin belajar sehingga bisa membuat Mommy Ros bahagia. Bu Luna, apakah Tuan Muda Ronald, anaknya Mommy Ros?"

"Bukan Nona, dia sebenarnya adalah anak dari Tuan Sean yang kemarin. Sedangkan Mommy Ros adalah tantenya Tuan Muda Ronald. Tuan muda Ronald diurus dan dididik sama Mommy Ros dan Tuan Ricardo sejak dia berusia tiga tahun atau sejak ibunya meninggal dunia."

"Kalau Tuan Mudanya Richard?"

"Kalau Tuan Muda Richard, keponakan dari Tuan Ricardo, dia diambil sejak dia berusia enam bulan."

"Aku kira mereka adalah anaknya Mommy Ros. Kenapa Mommy Ros suka ngambil anak orang?"

"Ehm... sebaiknya Nona tanyakan hal itu langsung ke Mommy Ros. Nona, mau masih di sini atau mau keluar dari sini?"

"Aku mau keluar dari sini."

Tak lama kemudian, mereka berjalan menuju pintu ruangan itu. Menarik salah satu handle pintu, lalu menariknya ke dalam sehingga pintu kebuka. Mereka melanjutkan langkah kaki mereka keluar dari ruangan itu. Luna menutup pintu itu ketika mereka sudah berada teras mansion. Mereka berjalan menyusuri teras mansion itu. Jennifer mengedarkan pandangannya dengan tatapan mata yang takjub. Belum jauh mereka melangkah, Jennifer melihat puluhan pelayan membawa kupu-kupu."

"Untuk apa kupu-kupu itu? Mereka mau diapakan? Kenapa mereka menangkap kupu-kupu?" rentetan pertanyaan Jennifer yang polos sambil menghentikan langkah kakinya dan para pelayan yang sedang membawa kupu-kupu.

"Itu Monarch, jenis kupu-kupu besar yang suka bermukim di tanah Tuan Ricardo. Tuan Ronald tidak suka dengan kupu-kupu. Kami diperintahkan untuk menangkap kupu-kupu yang ada pekarangan tanah dan mansion milik Tuan Ricardo. Selain menangkap, kami juga diperintahkan untuk mengawetkan kupu-kupu setiap bulan untuk dijadikan hiasan di dinding, selain itu, di sini ada juga ada hiasan yang terbuat dari puluhan tanduk rusa tua, beberapa helai bulu merak, kulit harimau atau beruang dan beberapa bagian dari tubuh hewan yang lainnya," jawab Luna setelah menghentikan langkah kakinya sambil menoleh ke Jennifer.

Penjelasan Luna mengubah rona takjub di kedua matanya Jennifer menjadi rona kebencian. Dia mengepalkan kedua tangannya sangat erat. Pelupuk kedua matanya membengkak, melihat helaian-helaian sayap tak berdosa yang menyedihkan benar-benar mematahkan hatinya. Jennifer menjauh dari Luna pada titik di mana dia tidak sanggup mendengarnya. Sebagai seorang gadis yang menganggap hewan adalah teman, penderitaan mereka membuat Jennifer menahan tangis.

"Apakah Nona ingin ke tempat galeri seni milik Tuan Ronald?"

"Tidak."

Jennifer sesak nafas lantas bertolak, memunggungi Luna dan tiba-tiba berlari kencang. Berlari sambil mengangkat gaunnya. Dadanya sesak setiap kali melihat kekerasan. Berlari sejauh mungkin hingga menemukan persimpangan jalan. Jennifer menghentikan langkah kakinya. Dia bingung harus memilih ke arah mana karena pekarangan mansion milik Ricardo sangat luas. Dia melanjutkan langkah kaki dengan sangat cepat tanpa tahu arah karena bingung. Mengobarkan rasa putus asa dalam pikiran polosnya Jennifer.

Berharap menemukan jalan keluar. Namun usahanya berakhir dia berlari di lapangan pacuan kuda. Dia mendengar suara derapan langkah kaki beberapa kuda. Rasa takut Jennifer berkali lipat hingga kedua tangan mungilnya gemetaran. Dia panik setengah mati. Mengangkat gaunnya lebih tinggi. Mencoba berlari meski tidak lagi berdaya. Luna dan para pelayan junior mengejarnya dari belakang.

Drap!

Drap!

Drap!

"Nona Muda tolong berhenti!" teriak salah satu pelayan junior.

"Nona Jennie!" teriak Luna.

"Para Tuan Muda dan para tamunya sedang berkuda! Tolong hentikan dia!"

"Tuan Muda Ronald sedang berkuda! Tidak ada yang boleh mengganggu saat beliau berkuda!"

"Gila! Sudah gila dia!"

"Nona Jennie!"

"Hai, kembali!"

Orang-orang terus berteriak panik karena langkah kaki Jennifer mengarah acak ke tempat pacuan kuda. Ronald paling benci diganggu. Dia tidak suka ada orang tidak penting di sekitarnya ketika sedang fokus pada hal-hal berharga. Jadwal hidupnya sudah diatur ketat. Dia tidak pernah mengizinkan siapa mengganggu waktunya saat melakukan hal yang dia sukai. Pikiran Jennifer berputar dipenuhi kecemasan. Koleksi bangkai binatang itu begitu menakutkan bagi Jennifer. Jennifer tidak tahan lagi, dia terus berlari tanpa arah.

"Nona Jennie, berhenti!" teriak Luna.

"Hati-hati!"

"Nona Jennie!"

"Ya Tuhan!"

"Anak kecil itu sudah gila!"

SRAAAK!

Tiba-tiba dari arah utara di jalan, gerombolan kuda sedang berlari kencang semakin dekat dengan Jennie. Pemimpin kelompok kuda yang berlari kencang itu, menarik tali kekang kudanya dengan keras. Kudanya berderik mendadak, berdiri dengan dua kaki belakangnya, mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi ke udara. Dia mempertahankan keseimbangan dengan sempurna. Sementara teman-temannya berada di belakangnya juga menarik kendali kuda mereka untuk berhenti.

Jennifer terjatuh di atas tanah, gaunnya tersingkap tinggi hingga ke paha. Sedangkan para pelayan menghentikan langkah kakinya di bibir lapangan terbuka jadi lemas tak berdaya. Kegelapan mulai merayap, membuat mereka terdiam kaku dengan wajah yang pucat. Jennie mendongak ke atas secara perlahan. Tubuhnya gemetar. Matanya menjadi merah dan basah. Wajahnya tampak marah memandang Ronald. Ronald mengerutkan dahinya karena bingung melihat keberadaan Jennifer di lapangan kuda.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Ronald dengan nada suara yang tegas.

Rona biru dari kedua matanya Ronald menyala di bawah bayang-bayang matahari menembus jantungnya Jennifer. Mereka terdiam lama, kedua matanya Ronald menatap landasan tak terduga milik Jennifer. Ronald melihat ada goresan di kedua pahanya Jennie. Luna berlari mendekati Ronald. Berlutut di atas tanah, jauh di belakang Jennifer. Luna menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Maafkan saya Tuan Ronald, saya sedang mengajak Nona Jennie berkeliling mansion, tetapi dia tiba-tiba melarikan diri dari pengawasan. Saya lalai, saya sungguh minta maaf," ucap Luna yang merasa bersalah.

"Tidak apa-apa Bi Luna. Jennie apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ronald melunak.

Nada bicara yang terdengar begitu lembut, tapi sangat dingin, tapi sangat mendebarkan di hatinya Jennifer. Jennifer tidak mampu menjawab, dia hanya gemetaran. Dia mati-matian menurunkan gaunnya. Wajahnya merah padam karena malu Ronald telah melihatnya. Para penunggang kuda yang lain mendekati Ronald. Mereka melihat Jennifer yang sedang terdiam bisu.

"Ternyata seorang anak kecil, siapa anak kecil yang cantik ini?" tanya Richard ramah dan sopan.

"Dia Jennie Tuan Muda Richard, baru semalam dia berada di sini, Tuan Muda Richard," jawab Luna sopan.

"Dia anak angkat Mommy?" tanya Ricard.

"Iya Tuan Richard."

"Ah iya, aku baru ingat sekarang. Bawa dia keluar dari sini."

"Sekalian obatin luka di kedua pahanya," samber Ronald.

"Baik Tuan Muda Ronald dan Tuan Muda Richard," ucap Luna setelah beranjak berdiri, lalu berjalan mendekati Jennifer.

"Dasar pecundang, kalian penjahat!" teriak Jennifer yang telah membuat mereka bingung sambil beranjak berdiri.

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!