NovelToon NovelToon
Aku Kalah Dengan Yang Baru

Aku Kalah Dengan Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Penyesalan Suami
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Malam mulai menjemput, tapi lampu-lampu di rumah sakit tetap menyala hangat. Aisy berjalan pelan di koridor, menengok satu per satu bangsal yang kini sudah lebih tenang. Tangannya memegang clipboard, tapi matanya selalu melirik ke anak-anak yang sedang tidur atau baru saja tertidur.

Di salah satu bangsal, terdengar suara batuk pelan. Aisy mendekat dan melihat seorang anak laki-laki yang berbaring sendirian, matanya menatap ke langit-langit. Tanpa ragu, ia duduk di samping ranjang. “Hai, nak. Susah tidur ya?” tanyanya lembut.

Anak itu hanya mengangguk pelan. Aisy tersenyum, menepuk bahu kecilnya. “Nggak apa-apa, Mama Aisy di sini. Kita lihat besok kamu bisa main lagi, oke?”

Anak itu tersenyum tipis, dan Aisy merasakan sesuatu hangat di dadanya. Rasanya seperti seluruh perjuangan yang ia lewati, seluruh luka lama yang sempat menyesakkan, kini terbayar dengan momen sederhana ini. Sebuah detik yang membuatnya sadar, menjadi dokter bukan soal gelar atau pengakuan, tapi tentang hadir di saat yang paling dibutuhkan.

Setelah memastikan anak itu nyaman, Aisy berdiri dan berjalan menuju taman kecil rumah sakit. Udara malam yang sejuk menyambutnya. Kenny ternyata ikut menyusul, membawa termos kecil berisi teh hangat.

“Kamu kelihatan capek, tapi senyummu nggak hilang,” ucap Kenny sambil menyerahkan gelas hangat itu.

Aisy menerima, menyesap perlahan. “Capek iya, tapi hati ini terasa penuh, Pak. Rasanya kayak… semua yang pernah hilang, perlahan kembali.”

Kenny menatapnya dengan lembut. “Itu karena kamu berani memulai lagi, Ais. Berani menghadapi masa lalu, dan tetap memilih untuk peduli pada orang lain. Itu hal yang nggak semua orang bisa lakukan.”

Aisy tersenyum tipis. Ia menatap langit malam yang sudah gelap tapi dihiasi bintang-bintang kecil. Dalam keheningan itu, hatinya menemukan ketenangan yang sudah lama hilang. Ia sadar, bahwa rumah sakit ini bukan sekadar tempat bekerja, tapi juga tempat ia menemukan kembali bagian dirinya yang hilang. keberanian, harapan, dan rasa sayang yang tulus.

Dan malam itu, di antara tawa anak-anak, dan dinginnya suasana di taman menambahkan kesejukan di hati wanita itu.

"Makasih Pak Ken sudah banyak sekali membantuku menemukan semua ini," ucap Aisy dengan senyum simpul.

"Itu karena kamu sendiri mau berusaha Ais," sahut Kenny dengan tatapan yang penuh Arti.

☘️☘️☘️☘️☘️

Keesokan paginya, udara terasa lembap, langit masih kelabu sisa hujan semalam. Aisy melangkah perlahan di jalan kecil menuju pemakaman, membawa setangkai bunga melati dan mawar putih di tangan. Di sisi lain jalan, Kenny menyusul dengan membawa termos kecil berisi air untuk menyiram pusara.

Suara daun kering yang terinjak membuat pagi itu terasa lebih sunyi. Di tengah barisan nisan yang berjajar, langkah Aisy berhenti di depan dua pusara yang bersisian. Namanya terukir jelas di batu nisan itu nama ayah dan ibunya. Di sisi sedikit berjarak, tampak nisan milik Alina, mendiang istri Kenny.

Aisy berjongkok, mengusap lembut tulisan di nisan itu.

“Ibu, Ayah… aku sudah di sini lagi,” suaranya bergetar, tapi senyum kecil tetap terlukis di bibirnya. “Aku sudah berani berdiri sendiri sekarang. Sudah gak menangis setiap malam seperti dulu. Kalian pasti bangga, kan?”

Kenny berdiri beberapa langkah di belakang, menunduk sopan. Setelah beberapa saat, ia ikut berjongkok di depan pusara istrinya. “Lin, aku masih datang. Tapi kali ini rasanya beda,” katanya pelan. “Aku masih ingat semua kenangan kita, tapi Tuhan kasih aku kesempatan untuk menjaga orang lain lagi. Semoga kamu juga tenang di sana.”

Aisy menoleh, matanya bertemu dengan Kenny. Untuk sesaat, tak ada kata yang perlu diucapkan hanya keheningan yang terasa hangat. Dua hati yang sama-sama pernah kehilangan, kini berdiri di tempat yang sama, tapi dengan cara pandang baru tentang hidup.

Aisy lalu menyiramkan air di pusara orang tuanya, membiarkan tanah yang sempat kering menjadi lembap. “Dulu aku selalu takut datang ke sini, Pak,” ujarnya lirih. “Takut merasa sendirian. Tapi sekarang… entah kenapa rasanya lebih tenang. Kayak Ibu sama Ayah ikut ngedoain aku dari sini.”

Kenny tersenyum lembut. “Mungkin memang begitu, Ais. Kadang kita nggak kehilangan mereka sepenuhnya. Mereka cuma berpindah tempat dari pelukan kita, ke dalam doa dan hati kita.”

Aisy menatapnya, matanya berkaca. “Kata-kata Bapak selalu bikin hati tenang, ya.”

Kenny menunduk, tersenyum samar. “Karena kamu juga udah mulai tenang. Orang yang hatinya damai, bisa dengar hal baik dari sekitarnya.”

Angin pagi berhembus lembut, menggoyangkan dedaunan di atas makam. Aisy menatap nisan orang tuanya sekali lagi sebelum berdiri. “Terima kasih ya, Pak Kenny… sudah mau datang ke sini.”

“Bukan cuma mau, Ais,” jawabnya dengan nada hangat. “Aku merasa perlu. Karena di tempat ini, aku juga belajar tentang arti kehilangan, dan sekarang… tentang keberanian memulai lagi.”

Aisy menunduk pelan, menatap bunga yang ia letakkan di atas pusara. “Mungkin benar, Pak. Kadang Tuhan menaruh kita di titik paling gelap, bukan untuk menghukum… tapi supaya kita belajar mengenali cahaya.”

Langit mulai terang perlahan. Cahaya matahari menembus awan tipis, menyinari tiga pusara yang berdampingan itu. Di antara rasa haru dan keheningan, Aisy tersenyum tulus untuk pertama kalinya, bukan karena berusaha kuat, tapi karena benar-benar merasa damai.

Kenny berdiri tak jauh dari pusara, membiarkan Aisy menunduk lama di depan makam kedua orang tuanya. Angin pagi berhembus pelan, menggoyang ujung kerudungnya yang lembap karena embun. Di samping dua pusara itu, ada satu makam lain nama mendiang istrinya terukir rapi di batu nisan. Sekilas pandang mereka saling diam, seolah luka masa lalu keduanya menyapa tanpa kata.

Aisy menarik napas dalam, lalu berbisik lirih, “Aku harap, kalian tenang di sana. Aku sudah sampai di tahap di mana aku harus belajar ikhlas.”

Ia menunduk sekali lagi, menabur bunga dan mengusap sedikit tanah di tepi batu nisan, lalu beranjak perlahan.

Kenny melangkah mendekat, suaranya tenang.“Udara pagi ini dingin banget, kamu mau aku antar pulang?”

Aisy tersenyum kecil, matanya masih merah. “Enggak usah repot, Pak Kenny. Saya bisa naik ojek nanti.”

Kenny menggeleng pelan. “Kamu belum sarapan, kan? Sekalian mampir aja. Zea udah tanya-tanya terus kapan Mama Aisy ke rumah.”

Nada suaranya ringan, tanpa maksud lain, hanya ingin menenangkan suasana yang masih sendu.

Aisy sempat ragu, menatap sekilas batu nisan di belakangnya. “Boleh deh, tapi sebentar aja, ya.”

Kenny hanya mengangguk, tersenyum tipis.

☘️☘️☘️☘️☘️

Sesampainya di rumah Kenny, aroma roti panggang dan susu cokelat langsung menyambut dari dapur. Zea yang sedang duduk di ruang tamu, spontan melonjak berdiri.

“Mama Aisy! Mama Aisy datang Lagi!”

Aisy menunduk dan tersenyum, memeluk sebentar bocah itu. “Pagi, Zea. Wah, rambutnya udah digerai sekarang. Cantik banget.”

Zea tertawa kecil, “Papa bilang Mama sibuk terus.”

Aisy terkekeh, “Iya, Mama banyak tugas di rumah sakit. Tapi sekarang bisa main bentar sama Zea.”

Kenny menatap pemandangan itu dari meja makan. Ada sesuatu yang sederhana tapi menenangkan di sana bukan perasaan cinta, tapi semacam ketenangan yang sudah lama hilang. Ia menaruh dua cangkir teh hangat, lalu berkata ringan,

“Minum dulu, Ais. Teh manis hangat, biar gak masuk angin.”

Aisy menerima cangkir itu, menatap uap hangat yang mengepul. “Terima kasih, Pak Kenny. Saya jarang minum teh buatan orang, tapi yang ini... aromanya enak banget.”

Kenny tersenyum kecil, tidak menanggapinya dengan kata-kata, hanya membiarkan keheningan pagi itu berbicara. Di antara tawa kecil Zea dan suara sendok yang beradu pelan, suasana rumah itu terasa hidup bukan karena cinta, tapi karena kedamaian yang perlahan kembali tumbuh.

Bersambung ....

1
Sasikarin Sasikarin
di tgu2 karma mantan mertua blm Jgn nongol sih... othor plese tuk karma nya
Ayumarhumah: Sabar kak setelah pendekatan Aisy dulu ya sama Kenny 🙏🙏🙏
total 1 replies
Narti Sunarti
semangat author kuuu🥰🥰💪💪 d tunggu up nya
Ayumarhumah: Iya kakak ... makasih banyak ya 🥰🥰🥰🙏🙏
total 1 replies
Mela Nurmala
double up thor..
Ayumarhumah: ini udah Double kakak 🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Ayumarhumah: iya kakak makasih banyak ya
total 1 replies
Dew666
😍😍
Narti Sunarti
alhamdulillah,,, prahara dgn Reyhan akhirnya selesai,, semoga aisy bahagia🥰 lanjut Thor semangaaat💪
Ayumarhumah: iya kakak ....
total 1 replies
Dew666
🌻❤️
Kasih Bonda
next Thor semangat
Ayumarhumah: Iya Kakak ....
total 1 replies
Tasmiyati Yati
bahagia selalu aisy
Narti Sunarti
d tunggu lanjutannya thor💪💪💪🥰
Siireng Siireng
gak akan bosan kalo sering2 up kak
Kasih Bonda
next Thor semangat
Dew666
😍😍
Tasmiyati Yati
kalau ada pria mau poligami dan berjanji akan adil itu bohong tak ada manusia yg bisa adil kecuali Rosulullah
Ayumarhumah: iya kakak .... 🥰🥰🥰
total 1 replies
Aether
Klise adegan suami selingkuh tapi nuduh istri yang selingkuh
Ayumarhumah: di cerita nyata juga sering kok terjadi 😂😂😂
total 2 replies
Narti Sunarti
suasana semakin memanas senangnya hatiku,,, ayo semangat Thor d tunggu up nya💪💪💪🥰🥰🥰
Kasih Bonda
next Thor semangat
Tasmiyati Yati
jangan terlalu dekat dulu Aisy takut di gunakan senjata oleh Reyhan buat memutar balikin fakta
Kasih Bonda
next Thor semangat
Tasmiyati Yati
menjalin hubungan nya jangan sekarang nanti pihak Rayhan memutar balik fakta menuduh Aisy selingkuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!